31. Apa sih keluarga itu?

280 56 10
                                    

“Jangan menahan suaramu seperti itu, Jisung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Jangan menahan suaramu seperti itu, Jisung.”

“Tidak, tidak. Bukan seperti itu. Kau harus membuka mulutmu lebih lebar agar pelafalanmu terdengar jelas.”

“Anggap saja di rumah ini tidak ada orang. Keluarkan suaramu. Jangan ditahan.”

“Hey, Jangan malu-malu, di rumah saja kau menahan suaramu seperti ini apalagi nanti saat tampil?”

Jisung mendengus jengah. Ia menghentikan nyanyiannya sambil menatap bosan pada sosok yang sejak tadi menghuni kamarnya. “Ini jam sebelas malam, Hyung. Aku tidak mau diamuk yang lainnya karena terlalu berisik.”

Minho tertawa pelan. Ia beranjak dari posisi duduknya untuk menghampiri Jisung yang berdiri di depan cermin dekat pintu kamar mandi. “Lagipula untuk apa berlatih sampai selarut ini?”

Sudah kurang lebih tiga puluh menit Minho bertamu dan menonton Jisung berlatih menyanyi –walau tidak terlalu bisa disebut menyanyi karena Jisung lebih banyak hanya menggumamkan nada. Ia berniat masuk ke kamarnya tadi, tubuhnya memang sudah lelah karena pemotretannya hari ini ditambah ia juga menghadiri acara makan malam bersama teman-temannya selesai pemotretan tadi. Tapi niat untuk segera beristirahat ia urungkan begitu mendengar suara Jisung dari dalam kamarnya yang kebetulan bersebrangan dengan kamar Minho.

“Aku takut, Hyung. Aku takut kalah dan mengecewakan Daddy.” Jisung menatap Minho yang berdiri di belakangnya melalui cermin.

Minho membalas tatapan adiknya dengan hangat. Jisung akan mengikuti lomba menyanyi tingkat nasional sepuluh hari lagi. Ia menjadi satu-satunya perwakilan dari Kota mereka yang diseleksi melalui lomba menyanyi antar sekolah. Tentu saja hal itu sangat membanggakan keluarga ini, termasuk Namjoon yang sangat bahagia saat Jisung menjadi juara pertama tingkat kota minggu lalu.

“Ah mana mungkin.” Satu buah senyuman terpatri di wajah Minho. “Kemampuan menyanyimu kan yang paling baik. Kau sudah lolos di tingkat Kota saja itu sudah hebat loh. Kita, apalagi Daddy sudah sangat bangga padamu, kok."

"Tetap saja, ini kan tingkat nasional. Bagaimana kalau saat bernyanyi nanti suaraku tiba-tiba menghilang?" Jisung mengatakan itu dengan sedikit serius. Wajahnya terlihat gusar.

Minho berdecak, "kau ini!" Ia maju selangkah untuk menepuk bahu yang lebih muda. "Pikiran buruk seperti itu lambat laun akan menghancurkan semangatmu. Kau lupa ya jika ucapan itu bisa menjadi doa? Bagaimana kalau Tuhan mengabulkannya, huh?"

Jisung terdiam.

"Jisung, Hyung tidak membebanimu untuk menjadi juara satu, Hyung yakin Daddy juga pasti seperti itu. Juara satu atau tidak itu bukan masalah untuk kami, yang penting kau melakukan yang terbaik saat tampil nanti, oke?”

Jisung menganggukkan kepalanya dengan lesu. “Oke.” Sebenarnya masih ada yang mengganjal. Sebenarnya masih banyak kekhawatiran yang dirasakannya. Sebenarnya masih banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang berseliweran di otaknya. Tapi sudahlah, Minho tidak akan mengerti.

Brothers - SKZ x BTSWhere stories live. Discover now