31. Apa sih keluarga itu?

Začít od začátku
                                    

“Sudah, tidak usah memikirkan apapun. Kau kan penyanyi terbaik di kota ini, Changbin saja sampai iri loh dengan suaramu.”

Sanjungan itu justru membuat Jisung mendecih. “Kembali ke kamarmu saja, Hyung.” Jisung berbalik untuk mendorong tubuh Minho agar keluar dari kamarnya. “Aku mau overthinking dulu malam ini.”

Minho tergelak tapi tidak menolak juga ketika tubuhnya didorong untuk keluar dari kamar adiknya. Sampai saat mereka sudah sampai di ambang pintu dan Jisung berkacak pinggang menunggunya keluar, Minho menyempatkan untuk mengelus kepala adiknya. “Lakukan saja seperti sebelum-sebelumnya. Hyung tahu kau pasti bisa menampilkan yang terbaik.”

Selepas pintu tertutup dan Minho menghilang di baliknya, Jisung masih terdiam di tempatnya.

Tok tok

Pagi-pagi sekali Jeongin sudah berdiri di depan pintu kamar Minho masih dengan piyamanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya menampakkan diri. Mungkin sebagian anak-anak Lim pun masih tertidur pulas di kamarnya masing-masing. Waktu sarapan juga masih lumayan lama tapi Jeongin tidak bisa menunggu sampai semua anak berkumpul untuk bicara dengan Minho.

“Hyung, sudah bangun belum?” Jeongin kembali mengetuk, tidak terlalu kencang tapi semoga dapat didengar Minho di dalam sana.

Lama tidak ada jawaban. Harapan Jeongin sudah setipis tissue. Ia butuh bicara berdua dengan Minho untuk meminta uang sebab uang yang diberikan kakak tertuanya beberapa hari yang lalu sudah tinggal sedikit. Bisa habis ditanyai oleh yang lain jika Jeongin meminta uang saat mereka sarapan nanti. Ia juga takut Namjoon akan bertanya-tanya kemudian ia mungkin secara tidak sengaja akan membeberkan alasan habisnya uang jajannya. Ia tidak mau masalahnya menjadi besar.

“Ayen, sedang apa di situ?”

Jeongin otomatis menoleh ke sumber suara dan mendapati Seungmin dengan setelan olahraganya sedang berdiri di ujung lorong.

“Aku….” Jeongin berusaha berpikir cepat untuk mencari kebohongan yang masuk akal. Siapapun akan merasa aneh jika mendapati dirinya berdiri di depan kamar Minho sepagi ini. “Aku ada urusan dengan Minho Hyung.”

Ada kerutan halus di dahi Seungmin setelah mendengar jawaban adiknya. “Sepagi ini?”

Jeongin mengangguk yakin, berusaha menutupi kegugupannya karena tatapan curiga dari Seungmin. “Iya, memangnya kenapa?”

Cukup mencurigakan, tapi Seungmin memilih untuk menghempaskan rasa curiganya. Hari masih terlalu pagi untuk berpikiran buruk. Seungmin juga butuh segera mandi dan bersiap-siap sekolah. “Minho Hyung dan aku baru pulang jogging. Sekarang Minho Hyung ada di dapur sedang membuat infused water, mungkin sebentar lagi ke sini soalnya dia bilang ada pemotretan pagi ini.”

“O–oh –” Jeongin mengangguk mengerti, ia berdehem singkat untuk membersihkan tenggorokannya. “Terima kasih, Hyung. Aku akan menunggu di sini saja.”

Seungmin mengangkat bahunya. “Yah, oke.”
Selanjutnya ada keheningan yang menggantung selama beberapa saat. Seungmin tidak kunjung pergi ke kamarnya begitupula dengan Jeongin yang masih di tempatnya. Seungmin masih menatap penuh selidik kepada Jeongin. Sementara yang ditatap sudah berteriak keras dalam hati agar tidak ditanyai lebih lanjut oleh kakaknya. 

“Kalau begitu aku ke kamar dulu.”

Suara dari tertutupnya pintu kamar Seungmin membuat Jeongin membuang nafas lega. Ia sedikit gugup sebenarnya, jika yang memergokinya tadi adalah Hyunjin atau Changbin mungkin ia tidak akan setakut ini. Seungmin adalah orang yang cukup serius. Biasanya ia tidak terlalu mau tahu urusan orang lain, makanya saat Seungmin bertanya tadi, rasanya Jeongin ingin menghilang saja.

Brothers - SKZ x BTSKde žijí příběhy. Začni objevovat