00. KILAS BALIK I

483 251 550
                                    


Holla....

Ga usah lama-lama, lanjut baca aja!

Dapatkan setengah potongan puzzle pertama mu di bab ini 💜

~rintikan hujan yang tak pernah usai~

Awan hitam yang kini mulai kelabu, suara percikan demi percikan air kini mulai terdengar mereda, cahaya petir menyambar permukaan bumi memancarkan cahayanya masuk kedalam sebuah ruangan gelap, menampakkan seorang bocah laki-laki di dalamnya.

Bocah berusia 10 tahun itu terlihat berbaring di bawah lantai tak berkeramik, dengan badan yang meringkuk kesamping kanan. Kedua tangannya memeluk erat 38 lembar kertas yang sejak tadi dia jaga, dari percikan hujan diluar sana.

Ringisan kecil sejak tadi menemaninya, menikmati rasa perih dipunggung nya, bibirnya tersenyum getir kala merasakan cairan kental mulai mengalir dipunggung nya. Matanya menatap lurus keatas melihat sebuah jendela kecil yang buram karna air hujan.

Hembusan demi hembusan nafas ia coba keluarkan dengan perlahan, dan menghirup kembali pasokan oksigen yang terus-menerus habis di kantong paru-parunya.

Sudah sekitar 10 menit ia berada di posisi ini, jauh di dalam hatinya ia sangat ingin bergerak, berlari dan mencari pertolongan, ia sangat ingin berteriak, mengucapkan kata tolong, berandai ada yang mendengar dan akan membantunya. Tapi, itu mustahil.

Ia tidak bisa bergerak, pisau yang sejak 10 menit yang lalu tertancap dipunggung nya berhasil membuat energi nya hilang tak bersisa. Ia juga tidak bisa berteriak, perutnya terasa sangat sakit, bahkan hanya untuk mengambil nafas pendek.

Ia tidak berdaya, hatinya sudah pasrah. matanya perlahan ia tutup, ingatan ingatan tentang sahabatnya satu persatu kini mulai terlintas dikepalanya.

Namun, belum sempat matanya tertutup dengan sempurna, suara langkah kaki terbalut sepatu dari arah belakang kembali membuat matanya terbuka, hatinya kini mulai berharap yang datang adalah seseorang yang akan membantunya.

Ia mencoba menggerakkan kepalanya, membalik untuk melihat siapa yang datang menghampiri nya?, yang sejak tadi tak bersuara saat melihat keadaannya.

"Tolong...." Lirih Daffa, bocah itu dengan susah payah mengatakannya ketika ia melihat sosok pria yang tengah berjongkok di belakangnya. Pria dengan baju rapih berjas, dan sebuah dasi dileher nya.

Pria itu menatap lekat ke arahnya, menampilkan sebuah senyum simpul penuh arti di dalamnya. "Saya tau kamu anak yang baik," ucap pria tersebut setengah berbisik.

"Saya tau kamu pintar dan pemberani," lanjutnya, tangannya bergerak meraih pisau yang tertancap dipunggung Daffa.

"Tapi di sini, kamu tidak jauh berbeda dengan penumpang kereta api yang ceroboh,"
"tinggalkan yang tidak mau ikut, dan tabrak yang menghalangi." Ucapnya penuh arti.

Jleb...

"Ahhgrrrr...." Teriak Daffa, kala pisau yang tertancap dipunggung nya dicabut kasar oleh pria tersebut. Matanya memejam merasakan perih dan sakit yang mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Cairan bening yang entah sejak kapan menumpuk dikelopak matanya kini mulai keluar, jatuh melalui sudut matanya, bibirnya meringis kesakitan.

Pria itu meringis melihatnya, ia kemudian memasukan pisau tersebut ke dalam sebuah plastik hitam yang sudah ia siapkan.

Pria itu, mematung diposisi nya, melihat Daffa yang mulai sesak dan mencoba mencari pasokan oksigen disekitar nya, ada sedikit rasa simpati dalam hati pria tersebut, dadanya bisa merasakan sesak yang dialami Daffa saat ini, tapi sesuai dengan perkataan sebelumnya

PUZZLE PIECES  [ ON GOING ]Where stories live. Discover now