Epilog

44 3 0
                                    

Jangan lupa kasih aku kritik dan sarannya, yah. Love you (。♡‿♡。)

________

"Aku memang orang miskin!"

"Kenapa menjadi wanita semenyakitkan ini!"

"Kenapa aku dilahirkan seperti ini?"

"Aku manusia, tetapi diperlakukan seperti hewan."

Napasnya memburu, matanya memerah entah karena tangisnya atau kemarahannya. "Siapapun yang bertemu denganmu, aku harap akan merasakan apa yang aku rasakan! Menjadi wanita dan miskin adalah neraka!"

Tanpa aba-aba dia melayangkan pisau di tangannya itu, lalu menusuk dadanya sendiri. Semburat darah mengenai kacaku, dia mengotoriku dengan darah segar dari tubuhnya. Seketika dia ambruk dengan pisau yang masih menancap di dadanya. Dari mulutnya pun keluar dan menyemburkan darah.

Kini aku dan sekelilingku penuh dengan cairan merah pekat dan bau amis yang menyengat, sepertinya aku sudah memiliki pemilik yang abadi.

Dari semenjak kejadian itu, orang-orang selalu merasakan rasa takut kala melewat di hadapanku, ketika cahaya bulan masuk melalui jendela tanpa kaca dan menyorot padaku, aku selalu mengeluarkan darah segar. Sampai salah satu pembantu yang melihatku ketakutan dan berlari.

Keesokan harinya, dia melaporkanku kepada pemilikku bahwa dia melihatku berdarah-darah. Namun, usahanya itu sia-sia. Aku akan kembali bersih tanpa ternoda dan cairan merahnya menghilang.

Kisahku masih belum selesai, saat cahaya bulan lagi-lagi menyorotku, di situlah aku bagaikan memiliki nyawa seperti manusia. Kala itu aku menyadari bawa bulan purnama selalu memberikanku cahaya. Berbarengan dengan waktu itu, pemilikku atau pria yang telah menyiksa gadis malang , melewat di hadapanku.

Posisinya sangat pas berada di depanku, saat itu aku terjatuh dan menimpa pemilikku hingga kacaku terpecah dan berhasil melukai pemilikku hingga kehilangan nyawanya. Tidak masuk akal untuk sampai menghilangkan nyawa, tetapi aku merasakan aku seperti hidup dan memiliki kekuatan.

Tampilanku tidak benar-benar hancur, kacaku tinggal sebelah dan juga retak, bahkan tidak bisa digunakan lagi. Karena aku adalah benda yang berharga dan ke sayangan pemilikku, aku dibiarkan berada di sini.

Hingga semua orang merasa terganggu karena keberadaanku. Seorang kakek yang kutahu selalu membersihkan halaman dan selalu menyiram tanaman dengan gayungnya. Namun, jika diingat-ingat lagi dia sudah lama tidak bekerja lagi, kenapa sekarang dia kembali?

Tanpa membuang waktu lagi dia memindahkanku. Tidak. Lebih tepatnya membuangku. Di sebuah hutan belantara, dia menyandarkanku di pohon yang sudah bertahun-tahun hidup.

"Malati, saya tahu kau ada di sini, dendammu sangat membahayakan. Aku berharap kau tenang di alam sana, saya berharap akan ada manusia yang bisa membalikkanmu seperti semula," ucap kakek itu, lalu pergi meninggalkanku sendirian.

•••

Bruk!

Setelah beberapa lama Yardan dan Juna melihat cuplikan-cuplikan buram di cermin itu, mereka di kejutkan dengan suara jatuh di belakang mereka. Dengan was-was mereka menatap sumber suara.

"Kalian bisa membantuku?" tanya kakek itu dengan suara yang bergetar.

"Kakek?" gumam Yardan.

"Saya tidak mau, ada korban lagi," tuturnya.

"Ma-maksudnya, Kek?" tanya Juna kebingungan.

"Tolong perbaiki cermin terbalik itu, kakinya harus di bawah," titah sang kakek.

Cermin Terbalik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang