15

15 6 0
                                    

Tangannya terus saja meremas, kakinya ia gerakkan bergetar, terus menunduk tak tahu berbuat apa. Yardan tidak suka situasi seperti ini, terlebih dia harus berhadapan langsung dengan orang yang pernah merundungnya.

Bruk! "Si anjir, tu anak malah pacaran!" teriak Sirbul sembari memukul meja di depannya.

Sontak Yardan terlonjat kaget, bagaimana tidak. Sirbul seperti orang yang tengah dirundung kekecewaan.

"Ke-kenapa?" tanya Yardan dengan gugup.

"Si Delva, malah pacaran sama emak-emak, gila dia!"

"Itu bukan pacaran kali, bisa aja sama emaknya," ujar Yardan.

Sirbul menyipitkan matanya. "Ehe kau lupa? Si manusia itu yatim."

Yardan tertegun, dia baru mengetahui bahwa Delva termasuk anak yatim. Dia meringis saat sadar bahwa pasti Juna tahu tentang temannya. Masalahnya yang berhadapan dengan Sirbul saat ini bukan Juna walaupun bertubuh Juna.

Yardan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Eh lupa aku, maaf."

Sirbul melipat tangan di dada. "Eh, kenapa kau akhir-akhir ini pendiam?"

Lagi-lagi Sirbul membuatnya membisu, pasti semua orang yang berada di sekitar Juna akan merasakannya, perubahan dari sosok Juna. Apakah Yardan harus menceritakan yang sebenarnya?

Bruk! Sirbul menggeplak meja kafe. "Kenapa malah bengong, monyet!"

"Jangan asal ngomong, Nyet!" timpal Yardan berusaha menyesuaikan sifat Juna.

"Kenapa, sih? Ada masalah?"

Yardan menggeleng. "Gak juga, cuman banyak pikiran aja."

Yardan beranjak. "Sebaiknya kita cari si Delva."

Yardan berusaha untuk berbaur dengan orang-orang ini, mereka berencana untuk bermain-main, entah pergi ke mana. Sirbul bilang mereka akan pergi ke tempat tongkrongan mereka. Pergaulan Juna cukup bebas, walaupun masih di bawah umur, salah satu temannya Delva sudah berani merokok.

Entah bagaimana pergaulan Juna yang sebenarnya, Yardan yang tiba-tiba masuk ke kehidupannya mendadak berubah. Yardan tahu kanapa ini bisa terjadi, keluarga Juna tidak ada yang membimbing. Rumahnya besar tapi isinya kosong, kosong dari canda tawa dan interaksi antar keluarga.

Juna anak tunggal, dia kesepian, itulah kemungkinan alasan dia lebih memilih bermain-main bersama temannya ke arah yang tidak benar.

"Eh, itu kayak si jema!" teriak Sirbul saat berjalan menyusuri setiap pedagang kaki lima.

"Si jema?" tanya Yardan tidak mengerti.

"Emakku, beg*!" Sirbul langsung menghampiri ibu-ibu yang katanya mirip emaknya.

Saat sudah berada dekat dengan ibunya, Sirbul lantas memanggil emak. "Emak?"

Sang empu menoleh, sadar mengenali suara itu. Seketika Yardan tercekat, ternyata di depan wanita itu ada seorang yang sebaya dengannya.

"Delva?" ungkap Yardan

"Anjir!" Sirbul menunjuk Delva.

Tak kalah terkejutnya, Delva juga seperti tersambar petir saat mendengar Sirbul menyebut ibu-ibu di depannya emak.

"Kau pacaran sama emakku!" timpal Sirbul.

"Anjir!" umpat Delva.

Tak lama Delva menatap lekat Sirbul, lalu merentangkan tangan. "Anakku?" ucapnya.

What?

Yardan menggaruk kepalanya, situasi macam apa ini? Mereka kenapa?

"Ayah!" balas Sirbul.

Cermin Terbalik 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang