16.LULUH

7.5K 350 50
                                    

"Kita memang memiliki pandangan terbatas akan kebenaran, tapi jangan lupa kita punya Tuhan yang pandangannya Tidak terbatas"

~Faiz Al-Ghassan Ghafarullah~

*******

Kini diruangan khusus untuk gus Faiz, sudah ada Ayra dan ustadz habsyi. Fungsi ustadz habsyi agar tidak terjadi kesalah pahaman, padahal kenyataannya gus Faiz dan Ayra sudah halal.

"Habsyi, Gua mohon lu duduk di sofa sana, trus pake earphone". Perintah gus Faiz yang diangguki Ustadz habsyi.

Ayra yang sudah takut akan dimarahi gus Faiz, ia sudah menyiapkan mental agar tidak menangis. Ia tertunduk dengan wajah yang ketakutan.

"Ay, duduk dulu".

"Coba sini, saya pengen dengar kejadian yang sebenarnya".

"Kan tadi udah sih gus, Ayra capek, Ayra pengen ke asrama". Ucap ayra yang langsung berdiri dari tempat duduknya.

Gus Faiz tidak akan tinggal diam, ia menahan tangan Ayra. "Ay, kita selesain dulu, jangan kabur dari masalah. Gabaik".

"Trus ayra harus apa gusss, Ayra capek". Teriak Ayra tetapi ia langsung menangis.

"Ay, jangan nangis. Makannya sini biar kamu tenang, kamu ceritain semuanya sama saya".

"Percuma Ayra gak bakal tenang".

"Kamu mau tenang, hm?".

"Iya lah". Ucap Ayra dengan nada tinggi. Sebenarnya ia lakukan ini agar gus Faiz ilfeel dengan Ayra.

"Yaudah sini deket saya". Ucap gus Faiz sembari menarik tangan Ayra dengan lembut.

"Saya bacain kamu surat Ar-rahman yaa?, ini sebagai hadiah pernikahan kita".

"Gausah kali gus, gus kan nikah sama Ayra karna terpaksa kan?iya kan?".

"Shuttt, dulu saya memang terpaksa tapi saya ikhlas, dan sekarang saya bersyukur".

Gus faiz menarik tangan Ayra, dan mendudukkan nya kembali tepat disampingnya. "Saya sudah menjadi suami kamu Ayra, tolong nurut sama saya yaa selagi itu baik buat kamu dan rumah tangga kita".

Jujur Ayra sangat tersentuh dengan kata kata yang diucapkan tadi. "Gus faiz mau mempertahankan rumah tangga ini?".

"Bismillah Atas izin Allah Saya akan selalu mempertahankan dan menjaga rumah tangga kita Ay".

Ayra tersenyum tipis, pipinya merah. Jujur ia benar benar luluh.

"Pipi kamu merah Ay, Cocok dipanggil Humairah".

"Iih apaansih Gus".

"Iya maaf ya". Ucap Gus faiz seraya memegang punggung tangan Ayra yang sangat halus. "Sekarang mau saya bacain Ar-rahman?".

"Terserah Gus".

"Yaudah".

"Duduk yang bener, senyum jangan cemberut gitu".

TAKDIR SANG GUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang