07. AYRA...

8.6K 502 27
                                    

"Percayalah, semua takdir yang sekarang kamu jalani adalah yang terbaik".
~Faiz Al-Ghassan Gahafarullah~.

Kini Ayra dan alya sedang berada di taman belakang pesantren. Taman yang penuh dengan bunga bunga cantik dan ada sungai yang airnya sangat jernih, sangat indah. Mereka berbincang bincang apapun yang mereka suka.

Alya menatap sang kakak ipar, jujur alya kasian sama kehidupan yang dijalani oleh kakak iparnya ini, penuh duka. Alya harus bisa buat mbak ayra bahagia.

"Mbak ayra besok jadi kuliah?". Tanya alya.

"Kayanya jadi al". Jawab ayra, dengan tangan yang masih ada perban.

"Universitas mana?".

Ayra membalas tatapan alya, ia tersenyum. Hanya beberapa detik ia langsung mengalihkan pandangannya kearah sungai. "Aku mah ikut aja al. Lagian juga ara disini numpang, ayra rasanya pengen ikut papah sama bunda al".

Alya merangkul sang kakak ipar, ia tersenyum kearahnya. "Mbak, mbak disini gak numpang, anggap aja alya adiknya mbak".

Alya berdiri dari duduknya dan mengajak ayra untuk lebih dekat kearah sungai. "Mbak lihat deh indah banget ya sungainya".

"Iya".

"Mbak pengen lihat keindahan yang lebih indah dari ini di syurga".

"Mau".

"Kalo mbak pengen lihat keindahan di syurga, mbak gak boleh terus menerus terpuruk seperti ini. mbak harus semangat mengejar cintanya Allah, karna Kalo Allah sudah cinta sama hambanya, Allah akan kasih apapun yang hambanya mau".

Alya diam sejenak, ia memegang tangan kakak iparnya. "Termasuk syurga mbak".

"Jadi mari sama sama kita ngejar cintanya Allah. Alya yakin mbak ayra bisa bangkit dari kesedihan ini".

"Boleh peluk". Izin ayra ke alya.

"Boleh mbak, boleh banget". Alya langsung merentangkan tangannya dan memeluk sang kakak ipar.

"Ayra bersyukur bisa ketemu kalian disini. Makasih banyak yaa al".

"Sama sama mbak".

Ketika hendak melerai pelukannya alya melihat darah segar mengalir dari perban tangan ayra. "Mbak, tangan mbak berdarah lagi".

Ayra yang kaget langsung mengecek tangannya. "Iya al, gapapa nanti juga berhenti sendiri".

"Ishh jangan mbak. nanti mbak ayra malah kehabisan darah".

Wajah ayra sudah pucat. rasanya ayra bener bener ingin kehilangan kesadarannya.

"Mbak, mbak ayra. Ayo kita ke obatin lukanya mbak".

Alya belum mendapat tanggapan dari ayra, ia terus memanggilnya hingga...

BRAK

Lagi lagi ayra pingsan. Alya panik ia bingung harus apa.

"Ya Allah mbak, aduh ini gimana. Alya gak mungkin ninggalin mbak ayra disini. Mana taman lagi sepi banget, semua santri sudah masuk kelas". Lirihnya pelan.

TAKDIR SANG GUS Where stories live. Discover now