Merasa bahwa dirinya di kacangi, Enver hanya tertawa hambar dengan ekspresi datar. "Sepertinya aku harus keluar," ucap pria itu membuat Rhiana tersadar dari lamunannya.

"Eh, tadi kau bicara apa?" tanya Rhiana memastikan saat dirinya tersadar.

"Tidak Mom," sahutnya langsung bergegas pergi meninggalkan Rhiana serta Azhaan yang masih menatapnya.

"Aku ikut,"

Enver membalikkan tubuhnya menatap sang kakak. Really? pikirnya. Tidak seperti biasanya Azhaan ingin ikut dalam kegiatanya.

"Tumben, tidak biasanya kau—"

"Apa?" putus Azhaan yang membuat Enver diam membuang pandangannya ke sembarang arah.

Azhaan berjalan mendahului sang adik. Semangat betul. gumam Enver dalam hati menatap kepergian sang kakak.

"Mom, aku pamit."

Rhiana mengangguk pelan-menghampiri putra bungsunya tersebut. Ia mengelus lembut surai coklat milik Enver. "Kalian hati-hati," ucapnya seraya tersenyum sendu.

Enver membalas senyuman tersebut seraya mencium kedua pipi Rhiana. "Siap Mom."

.   .   .

Hening, hanya terdengar suara gaduh dari mesin mobil yang tengah melaju di tengah padat-nya ibu kota. Tak ada yang memulai percakapan antara Azhaan maupun Enver. Keduanya saling diam enggan berbicara satu sama lain. Azhaan yang menatap kosong pemandangan di balik kaca mobilnya, sedangkan Enver tetap fokus menyetir.

Maserati Quattroporte milik Azhaan melaju memasuki pekarangan rumah komplek yang sangat asing menurut Azhaan. Pria itu menoleh ke arah Enver seolah ingin bertanya. Kita mau kemana? belum sempat Azhaan mengutarakan pertanyaannya tersebut-Enver telah lebih dulu memberitahunya.

"Aku ingin menjemput seseorang," ucapnya meski tak dapat jawaban dari sang kakak.

Setibanya mereka di sana, Enver memarkirkan mobil sport sedan milik Azhaan. Tanpa berbasa-basi, pria itu segera bergegas keluar dari mobilnya menghampiri salah satu rumah dengan cat berwarna cream.

Pandangan Azhaan tak putus dari dalam mobil memperhatikan sang adik yang tengah mengetuk pintu rumah tersebut. Terbesit rasa penasaran di dalam dirinya. Sebenarnya siapa yang anak itu jemput? Penting kah orang itu hingga membuat Enver menjemputnya? Azhaan menghela panjang napasnya, hingga tiba-tiba saja pria itu di buat terkejut oleh sesosok gadis yang baru saja keluar menemui Enver menggunakan kursi rodanya.

"Haura?" gumam-nya pelan dengan wajah yang tampak kebingungan.

Dengan senyum merekah Enver mendorong kursi roda gadis itu menuju ke mobilnya. Azhaan yang menyadari bahwa mereka telah tiba di sisi mobilnya-segera beranjak keluar.

Untuk yang ketiga kalinya pandangan mereka bertemu. Antara Azhaan dan Haura. Tatapan yang tidak pernah berubah sejak awal pertemuan mereka. Garis senyum yang masih sama seperti dulu, jantung Azhaan benar-benar berdegup dengan kencang kala memandangi wajah teduh dari gadis di hadapannya tersebut.

"Perasaan macam apa ini? tanya pria itu pada dirinya sendiri."

Haura menatap lekat wajah Azhaan, gadis itu mengernyitkan dahinya, ia seperti merasa pernah melihat pria itu, namun dimana? Dengan kondisi yang belum sepenuhnya stabil, Haura memaksa pikirannya untuk mengingat kembali pria tersebut.

BILLIONAIRE HUSBANDWhere stories live. Discover now