Menghabiskan waktu bersama mereka keluarga kecilnya yang sampai kapanpun takkan ternilai bahkan jikapun itu harus dibandingkan dengan perhiasan dan berlian sebanyakan apapun.

"Aku ingin kamu ikut denganku An..."

"Mau kemana mas?" tanya Ana.

"Kita pergi ke Turki.."

"Turki? Mau ngapain kesana?"

"Kita hidup damai disana sebagaimana orang biasa pada umumnya... disini terlalu berbahaya."

"K-kamu ngajakin aku sama Maryam tinggal bersama disana? Tapi bagaimana kehidupan aku disini?" tanya Ana.

"Udahlah An... Alcyone bener... mending lo pergi aja ke Turki, disini enggak aman.." ujar Reno.

"Mas Reno setuju aku tinggal disana? Ninggalin kehidupanku disini?" tanya Ana.

"Iya yakin An... Kasihan Maryam, lo pasti berat kan hidup ngurusin sendirian Maryam... Mending lo pergi aja ke Turki sama dia." ujar Reno.

Ana merasa bimbang, melihat ke arah Alcyone. Alcyone menatapnya. "Kau tidak mau?"

"Bagaimana nanti kalau Maryam sekolah?" tanya Ana.

"Bisa menyesuaikan dengan lingkungan sana nanti."

"Oh... Yaudah... Aku akan menuruti keinginan kamu. Tapi disana aman kan ya?"

"Aman selama kamu berada disekitar saya."

"Berarti aku gak boleh keluar dong?"

"Iya enggak boleh.. harus dengan saya atau pengawalan bodyguard saya."

"Oh gitu... yaudah..."

"Benar mau?"

"Iya."

"Kalau begitu aku akan menyiapkan tiketnya sekarang."

Michele mendengar kabar kalau Alcyone telah ke Indonesia tentu hal itu langsung membuat rasa penasarannya meninggi. Ia langsung pergi saat itu juga ke kota Jakarta untuk menemui Alcyone.

Tapi nyatanya disana ada Ana juga bersama putrinya. Membuat Michele sedikit jengkel.

"Kau masih saja berurusan dengan wanita ini? Setelah lama berpaling darinya sekian tahun, kamu malah kembali lagi kepadanya. Tidakkah kamu ini sedikit plinplan?" tanya Michele.

"Aku tidak merasa demikian, aku bahkan tidak pernah berpaling pada siapapun. Aku setia padanya, aku tidak pernah berniat untuk melakukan hal semacam itu."

"Kau ini..."

"Kami akan pindah dari sini... Tepatnya tinggal diluar negeri. Jangan cari kami dan jangan usik hidup kami lagi setelahnya. Kami akan hidup bahagia disana tanpa adanya campur tanganmu." ujar Alcyone.

"Cih, kau tidak pernah berubah."

"Sama halnya denganmu."

"Apakah kau bisa menjamin diluar negeri akan membuatmu aman? Terhindar dari segala macam bahaya?"

"Selama anda tidak ada dan selama saya bersama para pengawal, memiliki alat pelindung diri dan otak untuk berpikir, aku cukup aman."

"Itu anakmu?" tunjuk Michele pada Maryam.

"Ya, kenalkan namanya Maryam."

Michele melihat Maryam dan kelihatan sekali Maryam cukup ketakutan dilihati seperti itu, tapi Michele melihatnya terlihat lucu dipakaikan dengan hijab, seperti boneka yang imut. Merasa gemas rasanya melihatnya terus.

"Boleh aku menggendongnya?" tanya Michele. Ana dan Alcyone tersentak. Sedikit aneh mendengar ucapan itu terlontar dari mulutnya.

"Bo-boleh." ujar Ana yang langsung memberikan Maryam yang semula digendongnya padanya. Michele menggendongnya.

"Uh kau sangat enteng ya... Hey kau, berilah dia makan yang banyak.... Supaya dia dapat tumbuh dengan baik." ujar Michele pada Ana.

"I-iya mah.." ujar Ana.

"Kau juga Alcyone, sebagai seorang ayah kau juga harus bisa peka terhadap lingkungan sekitarmu termasuk anak dan istrimu."

"Pasti."

"Akhirnya aku memutuskan untuk merestui kalian..." ujar Michele membuat Ana dan Alcyone tersenyum senang. "Terima kasih mamah." ujar Ana.

"Yah dengan begini kalian bisa hidup jauh dengan perasaan nyaman kan? Aku lelah terus menghalangi kalian, toh kalian selalu terlihat solid seperti itu. Aku tidak akan mengganggu hidup kalian lagi." ujar Michele.

Sebelum benar-benar berangkat ke Turki, Ana memutuskan untuk pergi ke toko tempat kerjanya. Hilma kaget saat melihat ada Alcyone dan Ana serta anaknya.

"Aaaaa Anaaa..." Hilma memeluk Ana. "Ada Alcyone juga... Ih kalian bikin kaget aja tahu dateng dateng kayak ngasih kejutan." ujar Hilma.

"Iya mbak, kita kesini pengen silaturahmi sekaligus mau ijin pamit."

"Kok baru dateng udah pamit?" tanya Hilma.

Ana pun menceritakan semuanya padanya dan tujuan mereka pergi ke luar negeri saat itu. Hilma paham. "Oh gitu... Yaudah hati-hati ya.."

"Iya makasih mbak... titip salam buat yang lain ya.. Rika kemana?"

"Dia lagi makan siang.."

"Yaudah titip salam ya.."

"Oke hati hati.."
"Eh jangan lupa nanti pertunangan datang ya.."
"Ciyeee udah mau tunangan aja nih..."
"Hehe iyalah kan gegara elo yang pepetin dia terus..."
"Ciyeee.."
"Apaaa yee!!"

Di bandara.

Mereka saling jalan berdampingan naik ke dalam pesawat. Ana duduk disebelah Alcyone, di paling kanan. Ana mulai bebacaan karena ini pertama kalinya ia naik pesawat.

Perjalanan mereka pun dimulai saat itu. Perjalanan menuju tempat dimana mereka akan membuka lembaran baru kembali. Bersama keluarga kecil mereka dan harapan mereka untuk kedepannya.

Tamat.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Where stories live. Discover now