"Izinin gue ya Gre, buat ngasih tau keberadaan lo ini. Gue nggak tega Gre ngelihat dia."

"Jangan Nin, gue belum siap ketemu sama dia. Gue masih kecewa Nin, udah dulu ya Nin gue mau istirahat." Tanpa mendengar balasan dari Anin, Gracia langsung mematikan panggilannya.

"Aku nggak yakin Shan, perubahan kamu saat ini karena aku. Perubahan kamu bukan karena aku Shan tapi karena Chika yang sudah ninggalin kamu." Monolog Gracia yang tak percaya dengan apa yang di katakan Anin tadi.
.
.
.

Pagi ini Shani pergi ke cafe tempat ia bekerja dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Wajahnya yang pucat dan matanya yang bengkak karena terlalu lama menangis.

"Shan muka lo pucat banget, lo istirahat aja deh." Salah satu teman kerjanya menyadari keadaan Shani.

"Nggak usah Nan gue nggak pa-pa." Ucap Shani yang sedang merapikan meja-meja di dalam cafe.

"Iya udah deh, tapi kalau lo nggak kuat lagi. Lo bisa istirahat biar gue aja yang ngerjain bagian lo." Ucap Jinan rekan kerja Shani.

"Iya Nan, terimakasih." Balas Shani yang di balas Jinan dengan anggukan.

Sepulang kerja, Shani mampir terlebih dulu di rumah Naomi. Sampai saat ini ia masih berusaha bertanya dimana keberadaan Gracia.

"Kamu mau ngapain lagi sih Shan, kan mamah sudah bilang Gracia nggak ngebolehin mamah untuk ngasih tau kamu." Ucap Naomi, sebenarnya ia kasihan dengan keadaan Shani. Ia tidak menyangka jika kepergian Gracia membuat Shani seperti ini, awalnya ia tak percaya akan kata-kata Shani yang mengatakan kalau dia menyesal. Tapi setelah melihat perjuangan Shani membuat Naomi percaya, sebenarnya ia belum menceritakan keadaan Shani kepada Gracia.

"Mah, tolong ma, kasih tau Shani dimana keberadaan Gracia mah. Shani tau, Shani salah, jahat, nggak punya hati dan bodoh. Tapi apa salah, jika Shani ingin tau keberadaan Gracia mah yang sampai saat ini masih sah jadi istrinya Shani mah." Ucap Shani dengan suara yang bergetar.

"Aku cuman mau ketemu sama Gracia mah, terserah dia mau maafin atau enggak mah." Lanjutnya.

"Maaf Shan tapi ini sudah keputusan Gracia. Sebaiknya kamu pulang, kamu pucat banget Shan." Ucap Naomi menyuruh Shani untuk pulang.

"Iya mah, Shani pulang tapi Shani akan datang lagi kesini besok." Dengan sedikit sempoyongan Shani pergi dari rumah Naomi, Naomi menatap iba ke arah Shani. Sebenarnya ia ingin memberitahu keberadaan Gracia namun sang anak sampai saat ini masih kekeh tidak mau Shani mengetahui keberadaannya.
.
.
.

Baru saja Shani membuka pintu rumah nya, ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Sedari tadi ia sudah menahan sakit di kepala dan seluruh tubuhnya.

Bertepatan dengan itu pula perasaan Gracia gelisah, ia tidak tau mengapa.

"Kok aku khawatir sama Shani ya." Batin Gracia yang teringat dengan perkataan Anin tadi, yang memberitahukan jika Shani tak baik-baik saja.

"Apa aku tanya mama aja ya? Aku tanya mama aja deh." Gracia menelpon Naomi untuk menanyakan tentang Shani.

"Halo ma." Ucap Gracia setelah panggilannya terhubung.

"Iya Gre, kenapa? Kok kamu kek khawatir gitu."  Balas Naomi yang menyadari kekhawatiran Gracia.

"Ma Shani masih nanyain keberadaan aku?" Tanya Gracia.

GRESHANWhere stories live. Discover now