BAB 11 : Hati yang Telah Terisi

28 3 0
                                    

Jiwoong menerima telepon menghebohkan dari Matthew sehari sebelumnya. Ia sudah meluruskan racauan Matthew soal Kyujin seperti menguraikan earphone yang berbelit. Sejak ia sudah paham situasinya, ia menumbuhkan inisiatif untuk membantu.

"Aku nawarin Kyujin berangkat bareng aku, kak." Ujarnya pada Ricky.

"Kamu siapa." Lelaki blonde itu menatap Jiwoong tajam, dan sebaliknya, Jiwoong membalas tanpa takut sedikitpun.

"Aku temen sekelasnya Kyujin. Sekedar, kak. Biar sekalian." Jelasnya sambil mencuri pandang ke arah Kyujin yang menunduk. Kepribadian gadis itu yang biasanya periang kini menjadi murung.

"Kim Kyujin. You decide."

Kyujin menggigit bibirnya. Aura mendominasi milik Ricky membuatnya meronta di dalam, meyakinkannya bahwa ia harus segala menurut. Tetapi, di lain sisi, ia merasa lebih aman jika bergabung dengan Jiwoong.

Setelah memejamkan matanya erat, Kyujin melangkah mendekati Jiwoong, tanpa membalas tatapan Ricky.

"Nd-dang berangkat, gih. Nanti telat, mas." Ucap gadis itu pelan.

Tak ingin membuang-buang waktu, Jiwoong mengangguk mantap dan mendongak agar dapat mempertemukan pandangannya dengan Ricky yang tergelak. Sebenarnya ia sedikit kasihan, tapi apa boleh buat.

"Mari."

Setelah berpamitan singkat, Jiwoong mengajak Kyujin berjalan menuju mobil yang telah menantikan mereka. Tak lama kemudian, mereka berangkat bersama.

Di jalan, Kyujin sama sekali tak dapat membuat dirinya nyaman. Satu hal soal Kyujin, ia memiliki masalah carsickness.

Hao berusaha menenangkan gadis itu, berbisik padanya bahwa ia harus bertahan sebentar lagi. Jalanan yang macet juga sama sekali tak membantu.

"정말 고마워여, 지웅아. 내일도 이렇게 가면 괜찮아, 어? (makasih banyak ya, Jiwoong. kalo besok berangkat kayak gini lagi juga gak papa.)" Seorang pemuda yang mengambil alih kursi pengemudi berucap dalam tempo cepat.

"Taerae-hyung, Kyujin lagi ada masalah." Timpal Jiwoong, bermaksud menyampaikan pesan agar Taerae tidak memanfaatkan situasi. Ia sebenarnya tak tahu apa yang sedang dialami Kyujin karena telepon panik yang ia terima dari Matthew juga tidak menjelaskan apa-apa. Namun demikian, ia merasa harus siaga.

"Eh?! Cinta, ada apa??" Kini lelaki berlesung itu beralih pada Kyujin. Yang ditanya hanya menggeleng, dan wajahnya yang pucat bernasib tak terdeteksi oleh siapapun.

Sesampainya di gerbang, Kyujin membuka pintu mobil dan beranjak keluar dengan lemas. Kepalanya seakan-akan diputar oleh sepasang tangan tak kasat mata.

"Makasih, Taerae-hyung." Ucap Jiwoong pada sepupunya.

"Aah, iyaaa~! Dadah, cinta! Sampai jumpa~!" Taerae melambaikan tangannya pada Kyujin yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Entah kebetulan atau apa, gadis itu langsung bertemu dengan Matthew.

"Astaga, kakak!!" Bocah itu menghampiri Kyujin dengan heboh. "How are you?!! Aku gak bisa tidur, sumpah!! Gimana?? Bareng Jiwoong-hyung, kan?!"

"Matthew, berisik." Tegur Jiwoong.

Tanpa disadari, satu orang lagi sedang mendekat ke arah mereka.

"Hey, Kyujin-noona?" Itu adalah Yujin, yang datang-datang langsung mencengkeram bahu si gadis.

Kyujin tak menjawab, dan sekarang ia malah merasakan gejolak tak mengenakkan di dalam perutnya. Ia menutupi mulutnya dengan satu tangan dan wajahnya semakin memucat. Tiga lelaki yang berdiri di dekatnya menjadi semakin khawatir.

[✓] My Guardian Devil ㅣ Kim Gyuvin-centricWhere stories live. Discover now