BAB 2 : Semua yang Terjadi untuk Pertama Kalinya

70 7 0
                                    

Kyujin menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangan, posisi duduknya di kursi membuatnya semakin mungil karena tubuhnya meringkuk. Kehadiran kakaknya yang tiba-tiba—juga dengan emosi membuatnya takut dan terkejut. Bukannya ia korban kekerasan dari yang lebih tua, hanya saja hampir setiap kali sosok blonde itu berinteraksi dengannya pasti situasinya tidak begitu nyaman.

"Kyujin, buka matamu."

Bisikan Hao yang menenangkan mengalun dengan merdu. Kyujin memberanikan diri untuk menatap kembali sang kakak.

Namun, ada yang aneh.

"H-Hao, ada apa ini...??" Tepat di depan Kyujin, kakaknya yang jangkung membeku begitu saja—seakan-akan lelaki itu hanya sebuah manekin. Sebenarnya, si devil telah memperlambat waktu, menciptakan ruang khusus yang saking lambatnya seakan waktu berhenti—untuk memberi momen bagi situasi krusial ini. "Zhang Hao...??"

Zhang Hao tidak menghiraukan pertanyaan Kyujin. Dengan satu ayunan tangannya, nampak sesuatu yang asing di depan Kyujin. Ia mendeskripsikannya seperti opsi menu jika sebuah game sedang di-pause.

"Dua opsi di hadapanmu adalah arahan tindakan yang dapat kau inisiasi dalam situasi ini. Pilihlah satu dengan bijak."

"Gimana caranya?" Kyujin menatap kagum dua opsi yang terpampang di hadapannya, bersinar dengan aksen warna merah muda tanpa keberadaan monitor seperti gadget pada umumnya. Rasanya seperti bermain VR, walau Kyujin sendiri tak pernah mencobanya. "Apa nanti bakal kayak Mystic Messenger? Dating simulator, atau... Ah! Otome game?"

"Apaan itu—ah, pokoknya tekan saja satu opsi yang sudah kau pilih dengan yakin, dan semua akan mengalir begitu saja."

Kyujin menatap kedua opsinya. Yang satu menyatakan keluar sana! sementara yang satunya lagi aku traktir, mau nggak?

Semuanya sangat personalized. Kalimat yang tertera di kedua opsi dapat dengan lancar Kyujin lontarkan dalam benaknya.

Setelah mempertimbangkannya, Kyujin menekan salah satu di antara keduanya.

"Aku traktir, mau nggak?"

Kalimat itu terlontar begitu saja, dan Kyujin puas dengan ketegasan yang ia dapatkan tepat pada saat itu. Sebelumnya, setiap momen dimana ia harus menghadapi si kakak terasa lebih menegangkan daripada membacakan hapalan panjang di hadapan guru agamanya—yang mana sudah cukup menegangkan.

Ia sangat menyukai penampakan wajahnya yang begitu percaya diri di hadapan sang kakak. Ia ingin menghancurkan tembok raksasa yang entah sejak kapan berdiri di antara keduanya.

"A-apa?" Si kakak tergagap, kebingungan dengan determinasi yang berkilat dalam tatapan Kyujin.

Kyujin tak memberi jawaban apapun. Respon yang ia beri hanya sambaran agresif tangannya, menangkap dompet yang tergeletak di meja seolah benda itu hendak kabur.

"Mas Ricky. Let's go."

——

Ricky menatap lekat es krim yang ia pegang dalam genggamannya. Sang adik yang manis bersikeras membayar, dan Ricky yang masih kebingungan hanya menurut.

Tadi dia yakin banget waktu nyodorin ini. Dia tau—?

"Mau makan di rumah aja, ya, mas?" Pertanyaan Kyujin membuyarkan pikiran Ricky. Ia memfokuskan kembali dirinya ke fakta bahwa mereka sedang berjalan pulang berdua, berdampingan dengan jarak tergolong tipis.

Ada yang ketiga, tuh. Setan, mas.

"Iya."

"Aku inget dulu waktu kecil mas suka stroberi. Makanya tadi aku kasih yang itu langsung. Maaf, ya? Kesannya jadi kek gak kubolehin milih."

[✓] My Guardian Devil ㅣ Kim Gyuvin-centricWhere stories live. Discover now