"Sopo seng nikah, sopo seng repot!" (Siapa yang menikah, siapa yang repot!)

Berpamitan dengan pria lainnya yang masih diam saja tak ikut menonton namun juga tak ikut membubarkan kerumunan, Abyasa yang menggunakan setelan jas biru navi itu kembali ke tujuan awal.

Masuk ke dalam di antara orang-orang yang diusir untuk tak berkerumun, suara bisik-bisik yang terdengar membuat jantungnya berdenyut nyeri.

"Jemima kui loh, linglung!"

Untuk kalimat yang ia dengar entah dari mana itu Abyasa bisa menerka artinya. Karenanya sesuatu di balik dada langsung merespon dengan nyeri tak terkira.

Dia salah.

Caranya untuk mendapatkan Jemima salah. Tapi ... Pria itu bukan jenis manusia yang bisa merelakan cintanya demi kebahagiaan wanita itu. Apa yang ia inginkan, harus ia dapatkan.

Begitulah cara hidupnya selama ini.

Terus masuk, menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya, pria itu terhenti ketika dari tempatnya berdiri, Abyasa satu sosok yang paling bersinar di antara kerumunan.

Dalam balutan kebaya putih dan sanggul yang dihias oleh bunga melati, Jemima yang telah kacaukan hatinya selama bertahun-tahun itu berdiri dengan pandangan kosong meski air mata terus turun, membasahi wajah ayunya.

Jemima....

Semakin maju agar sosoknya dapat tertangkap netra wanita itu, Abyasa terbelenggu dalam kesedihan wanita yang selalu terlihat ceria selama ini.

Diam-diam, pria yang selalu merasa tak memiliki cela itu menelan saliva yang terasa kelat ketika sudut hati mengatai ia sebagai manusia yang tak memiliki nurani.

Tapi kali ini ia katai diri sendiri.

Terus menatap dalam, menikmati siksaan di balik dada hanya karena pedih yang tergambar di pendar iris Jemima pria itu terhenyak karena pukulan tak kasat mata ketika akhirnya Jemima menemukan sosoknya.

Tak ada segurat ekspresi apapun yang wanita itu berikan, seolah sudah tak sanggup tunjukkan rona malu yang biasa terjadi tiap ia pandang Jemima. Abyasa yang merasa tatap pilu wanita itu memberinya sebuah penghakiman untuk pertama kali membuang wajah dari tatapan Jemima yang mengunci dirinya.

Kontak mata yang terjalin mengirim rasa sakit yang mendera Jemima saat ini membuat pria itu semakin mengatai dirinya sendiri.

Dia kejam.

Dia terlalu jahat

Benar. Semua olok-olok itu dirinya terima namun jika ditanya apakah ia menyesal?

Abyasa akan mengatakannya dengan tegas.

Dia tak pernah menyesali apapun yang ia lakukan.

Kembali menggulir bola matanya pada Jemima yang masih terus memandanginya meski kini terlihat seraut ekspresi heran barangkali bertanya-tanya mengapa ia harus mendekat. Pria itu lalu berhenti tepat di samping Jemima yang masih diam tak mampu mengatakan apapun kepadanya.

Wanita ini harusnya menyambut kedatangannya, kan?

Sakit mencekat tenggorokan Abyasa yang tak peduli jika hadirnya yang tiba-tiba mendekati calon pengantin menjadi pusat perhatian dari banyaknya pasang mata itu membungkuk untuk membisiki kalimat yang sudah ia lafalkan berulang kali bahkan sebelum ia tiba di tempat ini

"Biarkan saya yang menggantikan laki-laki itu. Saya yang akan menikahi kamu."

Barangkali terlalu terkejut mendengar ucapannya yang berlagak bagai pahlawan, Abyasa melangkah mundur sebelum hampiri ayah Jemima yang ia terka adalah ayah Jemima.

Personal Assistant : WIFE!Where stories live. Discover now