35. Mengajak Kerjasama

707 25 8
                                    

Diam-diam Sean mendatangi kamar Gala dirawat setelah memastikan Beby pergi.

"Mau apa lo ke sini lagi? Rajin bener lo nengokin gue?"

"Siapa yang nengokin kamu, saya ke sini mau mastiin badan saya sembuh sama istri saya nggak diapa-apain sama kamu."

Gala terkekeh mendengar jawaban Sean.

"Santai bro, gue masih belum sembuh total, mana bisa ngapa-ngapain istri lo, tapi kalo udah sembuh baru," ujar Gala sukses memancing emosi Sean.

"Kurang ajar!" Sean mencengkeram kerah leher Gala. Bukannya takut, Gala malah tertawa terbahak-bahak. Akhir-akhir ini ia sangat senang menjahili Sean. Entah kenapa itu menjadi hobi barunya saat ini.

"Gue udah tau semuanya tentang lo, pantes Beby marah sama lo, ternyata lo itu suami payah, gampang banget distir sama mantan istri lo itu. Gue sebagai cowok aja sampe malu. Ngapain elo biayain mantan istri, inget! Dia itu bukan tanggung jawab lo. Justru istri sama anak-anak lo itu tanggung jawab lo yang utama. Wajar sih kalo Beby marah, elo ngasih ini-itu. Mending uangnya dipake buat kebutuhan rumah sama biaya sekolah anak."

"Sekarang gue yang bakal bahagiain Beby sama anak-anak lo, jadi lo nggak usah khawatir bang."

"Ngomong apa kamu? Saya nggak akan biarin itu terjadi."

"Tapi sekarang jiwa kita tertukar. Gue nggak bisa apa-apa soal ini."

***
Sean keluar dan mengamati Beby yang sedang berbicang-bincang dengan seorang pasien. Sepertinya mereka sudah akrab, terlihat dari bagaimana cara mereka berinteraksi.

Sean menatap dengan sendu sang istri yang kini entah kenapa semakin terasa jauh. Dan tak mungkin digapai olehnya. Apakah benar ia harus merelakan sang istri dengan pria lain. Begitu berat, tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada cara untuk membuat jiwa mereka bertukar kembali.

Tidak mungkin mereka harus mengalami kecelakaan untuk kedua kalinya. Bagaimana kalau jiwa mereka tidak bertukar kembali, malah nyawa mereka melayang. Resikonya sangat besar dan belum terbukti berhasil.

Di saat Sean sedang menatap Beby tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahunya. Saat menoleh Sean terkejut seketika.

Di sebuah restoran yang terletak tak jauh dari rumah sakit. Sean duduk berhadapan dengan Aura. Tadi wanita itu tiba-tiba mendatanginya dan ingin mengajak mengobrol. Entah mengenai apa. Pasalnya setahu Sean, Aura tidak mengenal Gala. Tubuh yang ia pakai saat ini.

"Aura." Wanita itu menjulurkan tangannya dan disambut Sean dengan sopan.

"Gala," sahut Sean sedikit kaku lantaran itu bukan namanya sendiri.

"Begini, akhir-akhir ini aku perhatiin kamu selalu lihatin Beby. Dan dari tatapan kamu, aku tau kalo kamu suka sama wanita itu."

"Maaf, saya tidak mengerti maksud anda?"

"Aku tau kamu suka sama Beby, tapi sayangnya dia masih punya suami."

Kening Sean berkerut dalam, tak mengerti arah pembicaraan Aura.

"Nasib kita berdua sama, kamu suka sama Beby sementara aku suka sama Sean, suaminya."

Sean tentu saja syok mendengar pengakuan Aura.

"Gimana kalo kita kerja sama aja, kita bikin mereka pisah, aku udah muak sama Beby, kamu suka kan sama wanita itu? Begini rencananya, nanti aku akan masukin obat tidur dimakanan Beby, terus setelah itu aku bakal bawa dia ke hotel, di sana kamu jebak dia seolah-olah kalian habis minum-minum lalu tidur berdua."

Sean tak mendengar perkataan Aura yang sedang memberitahu rencananya untuk menghancurkan rumah tangganya. Pria itu syok berat mendengar langsung dari mulut Aura yang mengajaknya bekerja sama untuk menghancurkan rumah tangganya. Sean tak mengira kalau sifat Aura yang dulu telah kembali, atau memang inilah sifat Aura yang sebenarnya. Dan selama ini ia telah dibohongi dan dengan bodohnya ia percaya begitu saja semua ucapannya.

Aku Bukan Istrimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang