9. Tamu Tak Diundang

174 12 0
                                    

Sudah sebulan Aura tinggal di apartemen Sean. Penampilannya pun sudah mulai kembali seperti dulu, berkat uang yang Sean transfer tentu saja. Dengan penampilan barunya Aura sudah mulai percaya diri lagi. Lalu menemui Nita, sang mantan manajer untuk meminta bantuannya agar ia bisa kembali ke dunia hiburan.

"Maaf Ra, aku nggak bisa bantu," sahut Nita, wanita itu menatap Aura mantan artisnya yang duduk dengan angkuh di hadapannya.

Aura yang sedang menyeruput kopi tampak menatap Nita tak percaya. "Kenapa?"

"Susah," sahut Nita mengembuskan nafas lelah.

"Susah gimana maksud kamu? Kejadiannya kan udah bertahun-tahun yang lalu."

"Jejak digital mengerikan Ra, maaf aku nggak bisa bantu. Lagian kamu udah nggak laku lagi, artis-artis baru yang lebih cantik dan muda dari kamu udah banyak. Bahkan mereka jauh lebih berbakat daripada kamu," sahut Nita jujur apa adanya. Wanita itu lebih baik memanajeri artis muda cantik berbakat dibandingkan kembali memanajeri Aura. Karena jelas selera pasar sudah berubah. Sekarang bukan jamannya Aura lagi. Karena selera pasar sudah beralih ke artis yang imut seperti artis-artis Korea.

Aura meletakkan cangkir kopinya ke meja dengan begitu kuat, hingga menghasilkan bunyi yang kencang dan mengagetkan Nita.

"Aku udah nggak laku lagi?"

"Maaf kalo kata-kataku nggak enak didenger, aku cuma berusaha jujur sama kamu."

Aura mendengus, sia-sia ia membuat janji dengan Nita. Ia pikir wanita itu akan membantunya masuk kembali ke dunia hiburan. Tapi nyatanya tidak bisa ia andalkan.

"Sekali lagi aku minta maaf," ujar Nita lemah. Wanita itu akhirnya bangkit dari duduknya dan mengambil tas mewahnya di atas meja. "Aku nggak bisa lama." Nita pergi meninggalkan Aura sendiri di kafe.

Aura tersenyum getir. "Aku udah nggak laku lagi? Cih... Sialan."

"Dia pamer tas mewahnya." Aura tersenyum sinis. Hatinya dengki dan iri melihat kesuksesan mantan manajernya. Karena sekarang koleksi tasnya sudah raib dicuri mantan pacarnya. Alhasil Aura tidak memiliki tas mewah satupun.

Hasrat untuk kembali menjadi istri Sean pun meningkat.

***
"Bian! Anby! Ayo tidur siang!" teriak Beby sambil mengejar kedua anak kembarnya.

"Nggak mau!" Bian meledek Beby dengan menggoyangkan tubuhnya.

Sementara Anby tengah mengambil gambar menggunakan ponsel mamanya dengan pose genit. Mengerucutkan bibir, mengedipkan sebelah mata dan juga menggembungkan pipi. Alhasil galeri foto di ponsel Beby penuh dengan foto-foto putri satu-satunya itu.

"Udah main hpnya," ujar Beby seraya mengambil ponselnya dari tangan sang anak. "Yah, maaa... Bentar lagi," ujar Anby memohon.

"Waktunya tidur siang," ujar Beby tegas. Anby meniup poninya dengan raut kesal. Lalu beranjak dari sofa menuju ke kamarnya untuk tidur siang.

Satu anak sudah Beby tangani. Sekarang satu bocah lagi yang belum bisa ia kendalikan. Siapa lagi kalau bukan Bian. "Kemana lagi tuh bocah? Ditinggal kedip sebentar, malah ilang." Beby berkacak pinggang sambil mengedarkan pandangannya mencari bocah itu.

"Bian!"

"Bian!"

"Bian!"

"Astaghfirullah, ilang kemana sih?" Beby menggeram kesal. Langkahnya dipercepat saat mendengar suara Bian yang sedang mengobrol dengan pak Yanto, satpam di rumah ini.

Gayanya sudah seperti orang dewasa, duduk sambil makan gorengan jatah pak Yanto. Satu piring gorengan dan hebatnya setengahnya telah dihabiskan oleh sang putra tercinta.

Aku Bukan Istrimu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang