21. Dibawa Kemana?

237 13 0
                                    

Bian dan Anby tampak kebingungan saat dibawa Sean ke apartemen.

"Pa, kenapa kesini?" tanya Bian yang digandeng Sean di tangan kanan. Kepalanya mendongak tinggi untuk melihat wajah papanya.

"Iya pa, ini kan bukan rumah kita," tukas Anby digandengan Sean ditangan kiri, gadis kecil itu sama bingungnya dengan saudara kembarnya.

Sean tersenyum lembut. "Papa mau kenalin kalian sama seseorang," sahut Sean.

"Siapa?" Bian menggaruk kepalanya.

"Papa mau kenalin Anby sama guru les ya?" tebak gadis itu.

Bian melotot ngeri setelah mendengar perkataan Anby. "Bian nggak mau ketemu sama guru les. Bian nggak suka belajar!" pekiknya heboh. Tangan mungilnya berusaha melepaskan tangan Sean yang tengah menggenggamnya erat.

"Bian tenang ya nak, papa nggak ngenalin Bian sama Anby ke guru les kok."

"Terus siapa?" tanya Anby.

"Rahasia." Sean dan kedua anaknya keluar dari lift. Berjalan sebentar dan akhirnya berhenti di sebuah pintu tertutup.

Sean mengetuk pintu. Tak berapa lama pintu di depan mereka terbuka dan menampilkan seorang wanita yang tengah tersenyum lebar.

"Silakan masuk," ujar Aura begitu ramah.

Bian dan Anby saling pandang dengan raut bingung yang terlihat jelas.

"Bian, Anby, kenalin ini tante Aura, mamanya kak Kevin," ujar Sean.

"Mamanya kak Kevin?" Beo kedua anak kembar itu secara bersamaan.

"Maksudnya?" tanya Anby kepada sang ayah.

"Ayo masuk dulu, nanti papa jelasin." Sean mendorong Bian dan Anby masuk ke dalam apartemen.

"Hai, Anby, apa kabar cantik?" tanya Aura dengan ekspresi ceria. Wanita itu berjongkok di depan kedua anak Sean.

"Baik," sahut Anby dengan gaya centilnya. Bahkan gadis kecil itu mengibaskan rambutnya  ke belakang.

Tatapan mata Aura beralih ke Bian. "Kamu pasti Bian ya? Ganteng kayak papanya. Papa kalian sering cerita tentang kamu ke tante," ujar Aura berusaha mengakrabkan diri dengan kedua anak Sean.

Mata Aura terlihat berbinar cerah. Bagaimana tidak, di mata Aura wajah rupawan Bian dan Anby bagaikan aset berharga selain Kevin. Tadinya Aura tidak terlalu semangat saat Sean memberitahu kalau akan membawa anak kembarnya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi. Kedua anak kembar Sean bisa ia manfaatkan juga sama seperti Kevin.

"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulut Bian. Entah kenapa ia tidak suka melihat wanita itu.

"Oh iya, tante ambilin kue kering sama jus dulu ya di dapur." Aura tampak bersemangat dan hal itu tak luput dari penglihatan Sean. Tak pelak sudut bibirnya naik melihat hal itu.

Sean pikir Aura tampak bersemangat karena sudah berubah dan menyukai anak kecil. Tapi pemikiran itu salah besar. Lagi dan lagi, yang Aura lihat adalah peluang untuk menghasilkan uang banyak.

Bagaimana jadinya jika ia menjadi manajer Kevin, Bian dan Anby. Lalu sebagian besar uang dari kerja keras mereka ia gunakan untuk perawatan dan bersenang- senang diri sendiri. Dan sebagian kecilnya akan ia berikan kepada mereka supaya Sean tidak curiga. Bukankah enak hidup bergelimang harta tanpa bekerja keras?

Didepan mereka bertiga Aura memasang ekspresi ceria dan sangat ramah bagaikan peri khayangan. Sampai-sampai Anby betah berada di apartemen ini.

Lain halnya dengan Bian, bocah laki-laki itu menatap Aura dengan tatapan permusuhan. Tangannya terlipat di depan dada dengan wajah cemberut.

Aku Bukan Istrimu 2Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu