2. Si Paling Jahil

379 14 0
                                    

***
"Gimana bos kecil, siap buat main sama pakde Piki?" tanya Vicky dengan semangat.

"Siap pakde!" seru Bian tak kalah semangat dari pakdenya.

Beby sampai geleng-geleng kepala melihat kedua pria beda usia itu. Begitu kompak dalam hal kejahilan. Kalau sudah begitu, ia harus siap mental menghadapi duo jahil, jangan sampai Anby atau dirinya yang menjadi korban kejahilan mereka.

Setelah makan siang, keluarga itu berkumpul di ruang keluarga. Kevin seperti biasa, mendapat tugas memijat kaki Edi. Sementara Anby, ikut-ikutan memijat kaki Romlah. Nanti kalau sudah selesai, Kevin dan Anby akan mendapat uang saku dari kakek neneknya. Meskipun jumlahnya tidak lebih besar dari uang saku yang diberikan oleh Sean setiap harinya, tapi keduanya sangat senang. Nanti ujung-ujungnya uang tersebut malah disimpan dicelengan. Dan dibuka saat lebaran tiba. Di saat itulah Bian iri karena tidak mendapatkan uang. Bagaimana mau dapat uang, kalau kerjaannya saat di rumah kakek nenek malah berbuat kejahilan bersama pakde Vicky.

Beby menyipitkan matanya saat melihat Bian berjalan dari sebuah ruangan dengan senyum mencurigakan. Bocah itu menyembunyikan kedua tangannya dibalik punggungnya.

"Bian, jangan macem-macem!" Beby memperingatkan. Bocah itu malah cengengesan seperti biasanya.

"Kamu bawa apa itu dibelakang?" tanya Beby lagi, curiga Bian membawa benda berbahaya.

Bocah itu malah menggelengkan kepalanya sambil nyengir lebar. Semakin mencurigakan.

Bian malah terkikik sambil menutup mulutnya dengan salah satu tangannya. Otomatis Beby semakin memelototi bocah itu. Berharap dengan begitu, Bian mengurungkan niat jahilnya.

Karena hanya fokus ke arah Bian, Beby jadi melupakan sesuatu yang sangat penting.

Dan benar saja, sebuah ular piton albino panjang sudah bertengger nyaman dilehernya. Tubuh Beby gemetar hebat, ia ingin berteriak namun sayangnya tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Mendadak Beby menjadi bisu. Mulutnya terus bergerak-gerak dengan tangan meremas paha Sean yang duduk di sebelahnya dengan kencang. Hingga pria itu berteriak kesakitan.

Sementara tawa Bian dan Vicky meledak seketika. Mereka berdua sangat menikmati penderitaan yang dirasakan Beby.

Vicky langsung mengambil ponselnya lalu merekam ekspresi ketakutan Beby. "Udah Vik, kasihan Beby," tegur Edi yang juga menahan senyum.

Setelah puas, barulah Vicky mengambil ular piton ukuran besar itu dan mengendongnya dengan santai. Beby menangis seketika dan memeluk sang suami erat-erat.

Disaat Beby menangis dipelukan sang suami, Vicky malah sibuk mengedit lalu menguploadnya di media sosial. Sementara ular piton itu tampak nyaman dipangkuan Vicky. Anby sudah berada di gendongan Kevin saking takutnya.

"Sini By, ularnya lucu," panggil Bian sambil melambaikan tangan ke arah saudari kembarnya.

Bulu kuduk Anby merinding seketika saat melihat ular besar itu dielus-elus oleh Bian. Dan bergeliat seakan suka dengan elusan tangan Bian di badannya. "Nggak pa-pa By, ularnya baik," rayu Bian agar Anby mau mengelus ular tersebut.

"Nggak," tolak Anby tegas sambil menggelengkan kepalanya dengan raut ketakutan.

"Ayo sini, elus ularnya, badannya lembek licin, lucu deh." Bian begitu kegirangan seperti mendapat mainan baru.

Beby bergidik ngeri melihat ular itu masih ada di sekitarnya. "Bang, bawa pergi ularnya!" pinta Beby yang kini sudah bersembunyi di belakang punggung suaminya.

"Pegang nih," ujar Vicky jahil sambil menyodorkan ular piton ke arah Beby.

"Aaaaaa!" teriak Beby histeris.

Meski umur Vicky sudah dewasa, tapi hobi menjahili dan mengganggu adiknya tidak akan pernah berubah. Karena disitulah keduanya bisa menjalin keakraban.

"Udah Pik, jangan bikin Beby takut." Romlah memelototi Vicky. "Umur udah tiga puluhan, mending elus-elus istri, ini malah elus-elus uler. Nyari istri sono!"

"Biarin Mak, uler malah lebih nurut daripada perempuan. Ya nggak Putri?" tanya Vicky sambil mengelus ular pitonnya yang ia beri nama Putri dengan santainya.

"Nggak usah curhat bang," sahut Beby.

"Pakde Piki sadboy," celetuk Anby.

"Eh, tutup mulutmu ya, anak bau kencur. Pakde bukan sadboy, tapi jompy alias jomblo happy. Liat nih pakde, punya mobil keren, pake baju branded, jam mahal, nggak ada sad-sadnya tuh," sahut Vicky menolak perkataan Anby, keponakannya.

"Iya, pakde Piki, keren, punya uler gede," ujar Bian begitu bangga dengan pakdenya, bagaimana tidak bangga. Mereka berdua memang partner in crime yang sangat mendukung satu sama lain.

"Nah ini baru ponakan Pakde," ujar Vicky tersenyum pongah.

"Halah, jomblo happy dari Hongkong. Emang Abang pikir aku nggak tau kalo rumah lagi sepi abang sering nangis di pojokan," ujar Beby dengan nada meledek.

Vicky terlihat terkejut. "Lo kok tau?" Perasaan adiknya tinggal di rumah suaminya, bahkan jarang menginap di rumah ini. Palingan kalau libur sekolah saja seperti saat ini. Bagaimana bisa Beby tahu kalau ia sering menangis meratapi hidup karena sering diselingkuhin pacarnya, padahal Vicky sudah memastikan semua orang telah pergi. Tapi kenapa Beby bisa tahu?

Beby terkikik geli. "Noh liat di atas," ujar Beby sambil menunjuk kamera cctv yang terpasang di sudut-sudut ruangan.

"Anjir!" pekik Vicky refleks.

"Mulutnya dijaga!" tegur Romlah supaya ketiga cucunya yang menggemaskan itu tidak mengikuti ucapan pakdenya yang kasar.

Vicky menepuk bibirnya lalu nyengir lebar.

"Emang anjir itu apa nek?" tanya Anby. Sementara Romlah kebingungan mendapat pertanyaan dadakan dari cucu cantiknya.

"Nggak ada artinya. Anby mau main sama kakak di halaman belakang nggak?" Kevin mengalihkan perhatiannya.

"Mau," sahutnya sambil menganggukkan kepalanya. Keduanya akhirnya pergi ke halaman belakang melihat banyak tanaman bunga yang ditanam oleh neneknya.

"Bian nggak mau ikut ke halaman belakang?" tanya Vicky.

"Nggak ah, males liat bunga," sahutnya.

"Kata siapa cuma ada bunga. Pakde baru beli kelinci," ujar Vicky dan sukses memancing atensi bocah laki-laki itu.

"Beneran pakde?"

"Iya, noh di halaman belakang, ada kandangnya, kamu liat aja sendiri."

Dengan semangat Bian menyusul kakak dan adiknya ke halaman belakang.

"Sejak kapan ada kamera cctv disini?" tanya Vicky setelah Bian sudah tak terlihat batang hidungnya.

"Udah dari lama, Abang aja yang nggak tau," sahut Beby.

"Disini siapa yang tau ada cctv di dalam rumah?" tanya Vicky sambil menatap seluruh anggota keluarganya. Raut wajahnya langsung berubah masam lantaran melihat semua anggota keluarganya yang tampak terdiam. Sepertinya hanya dirinya saja yang tidak mengetahui keberadaan kamera cctv.

"Pacar terakhir Lo kemaren, sape namanya pik, Emak lupa."

"Indah," sahut Vicky dengan nada kesal.

"Kenape Lo putusin? Kayaknya dia bocah baek-baek dah."

"Baek dari luar, dalemnya kagak Mak," sahut Vicky.

"Halah, kayak Lo baek aja PiK," celetuk Romlah. Beby menertawakan abangnya.

"Vicky emang nggak soleh-soleh amat Mak, tapi Vicky nggak pernah selingkuh." Vicky berdiri lalu melenggang pergi menuju ke halaman belakang sambil menggendong ular kesayangannya.

"Kasih tau Abang Lo sono, biar nyari pacar lagi, jangan hewan-hewan yang dikumpulin di rumah," ujar Romlah kesal dengan tingkah anak sulungnya yang kini hobi sekali memelihara hewan aneh-aneh.

Kalau memelihara kucing atau kelinci Romlah masih tak masalah. Tapi nyatanya Vicky malah memelihara ular piton, kecoa Afrika, kodok dan masih banyak hewan lainnya.









Aku Bukan Istrimu 2जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें