Entah kenapa Ana jadi kepikiran untuk mengambil ponsel Alcyone. Ia khawatir ada hal yang tidak ia ketahui dari suaminya itu. Ia langsung beranikan diri membuka chatnya kebetulan hapenya tidak memakai pola dan tidak terkunci.

Terlihat cukup banyak chat yang masuk padanya, dan anehnya semua orang yang chat dirinya sering mengatakan tuan, bos, pak atau..... ketua...

Ana curiga. Bukankah jabatan suaminya hanyalah staf kantor di kepolisian saja? Bukan jenderal atau apapun? Tapi kenapa seolah olah dia adalah ketua dari sebuah organisasi?

Alcyone terbangun dan tak lagi melihat Ana disamping tempat tidurnya. Alcyone kaget saat melihat Ana ada dibelakangnya dan sibuk membaca chat diponselnya.

Alcyone langsung bangkit. Ana tersentak saat melihat Alcyone sudah bangun. Alcyone meminta Ana menyerahkan ponselnya, tangannya terulur. Ana memberikan ponselnya ke tangannya.

"A,ah.. maaf... tadi aku habis lihat jam." ujar Ana berbohong. Ia langsung gelar sajadah didepannya dan mulai shalat. Alcyone menaruh ponselnya ke bawah bantalnya dan kembali tidur.

Esok paginya Ana terlihat sedikit penasaran tentang yang terjadi tadi malam, tentang sang suami yang menadadak memiliki nama panggilan Alcyone dan dia yang dipanggil tuan, bos, ketua oleh semua orang disekitarnya.

Apakah mungkin ada kegiatan lain diluar kepolisian atau memang dari kepolisian itu sendiri dirinya memiliki beberapa kegiatan yang membuatnya begitu dikenal sebagai sosok pemimpin?

Ana pun memutuskan untuk pergi ke kantor polisi setelah ia berbenah dirumah. Kebetulan juga ia ingin memberikan surprise pada suaminya karena tidak ingin dirinya tahu kalau ia berkunjung kesana.

Tibanya di kantor polisi tempat Rayyan bekerja, Ana sudah dihampiri oleh seorang polisi. "Ada perlu apa ya bu?"

"Ah, saya mau bertanya tentang suami saya, Rayyan. Bapak kenal sama suami saya kan ya?" tanya Ana.

"Rayyan? Saya gak kenal tuh mbak... emang dia kerja di bagian apa?" tanya Joni.

"Di bagian lapangannya sih pak..."

"Jelas jelas saat aku melihat hapenya, dia seperti dikenal banyak orang." batin Ana.

"Bagian lapangan? Coba saya tanya ke rekan saya lainnya ya bu." ujar Joni langsung menghampiri salah satu temannya.

"Kenal Rayyan gak?"

"Enggak... Siapa tuh?" tanya temannya balik.

Temannya bertanya lagi ke temannya yang lain dan jawabannya sama. Tidak ada yang mengenalnya. Ana mulai bingung.

Namun tiba tiba saja muncul Dimas. Tentu Ana kaget saat melihat Dimas menghampirinya. "Loh mbak Ana yang waktu itu kan?" tanya Dimas.

"Iya pak saya yang waktu itu ngembaliin dompet."

"Mbak ngapain kesini?" tanya Dimas.

"Ah enggak sih, aku cuma mau nyariin suamiku mas Rayyan."

Dimas tersentak kaget mendengar perkataannya.

Dimas membawa Ana menjauhkan diri dari dari mereka. "Mbak masih belum sepenuhnya nerima ya mbak?" tanya Dimas, membuat Ana kaget. "Apa maksud kamu?" tanya Ana.

"Pak Rayyan kan sudah meninggal."
Membuat Ana syok mendengarnya.

"Mas jangan aneh aneh... mas Rayyan itu masih hidup. Aku tiap hari ketemu dia kok. Aku bahkan tinggal bersamanya." ujar Ana.

"Mbak tenangin diri dulu ya... coba kitq duduk dulu." ujar Dimas mengajak Ana duduk, tapi Ana langsung menepisnya.

"Maaf pak saya baik baik saja. Saya kurang suka ya sama tuduhan bapak.. mengatakan suami saya sudah meninggal... suami saya sehat walafiat kok dikatakan sudah meninggal." ujar Ana kesal.

Dimas ikut terheran. "Masa sih mbak? Jelas-jelas saya ikut ke pemakamannnya waktu itu... kalau mbak masih belum percaya. Saya bisa tanyakan ke teman-teman atau rekan kerja semasa pak Rayyan masih hidup." ujar Dimas. Ana hanya diam saja mengartikan ya, setuju.

Dimas bertanya pada Joni. "Pak, ini dia ngaku sebagai istri almarhum pak Rayyan... dan mengaku kalau pak Rayyan masih hidup..." ujar Dimas.

"Astagfirulloh bu, istigfar... suami ibu udah meninggal... satu bulan yang lalu kita menghadiri pemakamannya, beliau meninggal selepas diculik oleh ketua mafia tengkorak hitam."

Ana langsung kaget. Air matanya menetes cepat dan menjatuh hingga ke pipi. "A-apa maksudnya... jelas jelas saya setiap hari selalu memasak untuk dia, dia selalu pulang awal, dia normal... dia masih hidup..."

"Ibu terlalu banyak pikiran... itu cuma ada dibayangan ibu mungkin. Istigfar ya bu.."

Ana berguguran air mata. "Enggak mungkin, saya setiap hari menyiapkan keperluannya berangkat dan pergi kerja, tadi malam juga dia tidur bareng saya, dia tidur di kamar yang sama dengan saya."

"Astagfirullah...."

"Itu bener... saya enggak bohong... untuk apa saya berbohong... bahkan kakak saya pun tahu, dan kita pernah jalan jalan bersama. Kalau mau buktinya bisa tanyakan ke kakak saya!" ujar Ana bersikeras. Dimas mencoba menyabarkan Ana saat itu.

"Tenangin diri ya mbak... yang sabar... kalau memang mbak bersikeras suami mbak masih hidup, bisa mbak beritahu ke kami dimana keberadaan suami mbak sekarang?" tanya Dimas.

Ana masih terisak, sangat sedih rasanya mendegar suaminya dituduh telah meninggal. Ana langsung mengambil teleponnya dan telepon Alcyone saat itu juga. "Saya cuma mau membuktikan, kalau suami saya beneran masih ada." ujar Ana sesegukan.

"Iya mbak."

Ia coba telepon berkali-kali tapi sayangnya tidak diangkat. Ana mulai cemas. "Kenapa sih enggak diangkat..."
"Gimana mbak?"

"Dia enggak nerima telepon saya."
Joni berkata pada temannya. "Jelas jelas suaminya udah meninggal ditangan Alcyone.... dia bilang masih hidup." ujar Joni berkata pada temannya. Ana tersentak kaget ketika mendengar nama Alcyone disebut. "Meninggal ditangan...  Alcyone?!"

Mas Rayyan meninggal ditangan... Alcyone...?

"Alcyone? Meninggal ditangan Alcyone maksudnya apa!" tandas Ana kesal. Membuat membuat mereka eemua tersentak melihat Ana kesal seperti itu. Dimas mencoba menyabarkan Ana.
"Istigfar mbak... tenangin diri dulu ya.." ujar Dimas.

"Apa maksud dia mengatakan mas Rayyan dibunuh ditangan Alcyone?!"
Dimas mau tak mau pun terpaksa berkata.

"Pak Rayyan benar telah meninggal di tangan Alcyone, Alcyone adalah ketua geng mafia tengkorak hitam."

Ana tersontak kaget... tidak mungkin....
Akhirnya... semua yang menjadi pertanyaan dilubuk hatinya terdalam, terjawab sudah... Alcyone... orang itu...

Dia telah... memainkan perasaannya dengan sangat rapih.

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang