Tabir Janda

3.5K 205 42
                                    

SILENT READERS tolong kasih Vote dan komment nya, mudah tapi berarti.

*********

Aku bahkan belum berfikir untuk memiliki seorang istri untuk saat ini, umurku belum terlalu tua untuk terburu-buru mengabdikan diri di dunia perumah tanggaan. Dunia masih luas untuk ku jelajah, dan lagi masih banyak gadis yang menanti untukku permainkan. Tapi gara-gara janda muda itu, sepertinya aku tak bisa untuk sekedar melirik gadis-gadis binal diluar sana.

Sisi evil dan sisi Angel mulai bertarung dalam benak ku. Aku memang sangat tertarik dengannya tapi dia janda, ah andai aku bertemu dengannya lebih cepat dari mantan suaminya tentu akan lebih mudah. Sekali lagi aku menyalahkan waktu.

Cupid asmara sepertinya salah sasaran menembakkan panah cintanya. Bagaimana mungkin seorang Orlando Reeves, harus dapat sisa. Suara evil meledak-ledak dalam sisi gelapku. Tapi hanya dia yang bisa membuatku merasakan getaran aneh yang tak bisa dideskripsikan dengan kata apapun. Gairah itu, hmmm masih sulit ku jelaskan.

Aku memacu motorku di jalanan kota yang tak terlalu padat di tengah malam, kota ini tak pernah tidur. Pilihan untuk melabuhkan kesal ini ada pada sebuah club malam yang cukup terkenal di kota ini. Musik memekakkan telinga menyambutku, asap rokok bagai embun panas disini. Gadis-gadis dengan pakaian minim meliuk-liuk di lantai dansa. Disini semua kesenangan berujung neraka tersedia lengkap.

Aku duduk di kursi tinggi bar, dan mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat ini. Kenapa tak se menarik dulu. Gadis-gadis yang menggeliat di lantai dansa tak se menggairahkan dulu, mereka hanya mirip cacing.

"Hay, Ory, baru muncul, heh!" Teriak seseorang berusaha mengatasi suara musik yang semakin memekakkan telinga.

Aku hanya tersenyum miring. Dio, sahabatku yang tak kalah bejat atau bahkan lebih rusak dari ku. Bau alkohol menguar dari mulutnya, yang membuatku mengernyitkan keningku.

"Ah, berapa banyak yang kau minum, Yo." Kataku.

"Cuma sebotol ah tidak, mungkin dua." Katanya.

"Cih, sejak kapan orang mabuk bisa menghitung berapa botol yang dia minum."

Dio tertawa kencang hingga rongga dalam mulutnya terlihat jelas. Aroma alkohol kembali menyeruak bersama suara tawa Dio.

"Mau checks in malam ini, kawan." Kata Dio sambil menepuk pundak ku.

"Tidak, aku sedang tak ingin melakukan itu malam ini." Kataku.

Aku cukup tahu apa yang di maksudkan Dio dengan cheks in. Lelaki keturunan arab-jawa ini sebenarnya sudah mempunyai calon istri tapi sepertinya Dio tak ada niatan untuk pensiun dini dari kerjaannya sebagai petualang ranjang.

Tampan, kaya, dari keluarga terpandang, wanita mana yang tak akan tunduk padanya.

"WOW, ada apa, apa CEO kita ini sudah tobat?" Katanya sambil mendengus menahan tawanya.

"Sudahlah, jangan ganggu aku, pergi sana. Wanita mu tampak sudah tak sabar." Kataku.

"Bukan hanya dia, akupun sudah tak sabar, Ory." Katanya menyeringai.

"Cih, dasar setan." Kataku melihat senyum demon di bibirnya.

"Kau apa? malaikat?" Tanyanya mencibir.

"Maybe, malaikat yang tampan." Kataku.

"Tapi impoten." Seru Dio.

"Hey, jaga mulutmu, bung!" Seruku jengkel.

SEVEN ELEVEN Where stories live. Discover now