Paket Kombo

3.8K 218 44
                                    


Cerita ini gue dedikasikan buat,

@vivianaputri
@pauuul
@Navisha_park
@jelinta

Dan para mentor yang tak bisa disebut.

----------------------------------------------

Aku buru-buru memacu mobil mewah dengan lambang kuda jingkrakku keluar dari area parkir kantor. Ah,tapi sial,secepat apapun mobil yang kau punya kalau sudah melaju di jalanan Jakarta akan sama cepatnya dengan siput, bahkan di jalur tol sekalipun.Aku membuang nafas kesal, acara ketemu klien membuatku sedikit membuang waktu di kantor hingga aku harus keluar saat jam macet begini.

Semoga gadis itu masih disana,harapku.

Dua jam dijalan akhirnya aku sampai juga di convenience store asal Amerika tersebut. Malam ini Seven Eleven tampak sepi mungkin karena hari ini hari Senin, anak-anak Abg yang biasa nongkrong disitu sedang sibuk dengan tugas sekolahnya.

Beberapa orang disana menoleh ke arahku dengan wajah takjub dan heran jadi satu, mungkin mobil merah mencolok seperti ini jangan lagi digunakan kalau mau datang ke tempat seperti ini.

Hanya ada beberapa orang malam ini. Mataku menyapu sekeliling store tersebut mencari sosok yang selama ini berani bergentayangan dalam pikiran seorang Orlando Reeves. Gotcha! Dia disana di ruang dalam store seperti biasa sibuk dengan laptopnya. Dari kaca bening didepannya aku bisa melihat wajahnya yang malam ini tampak sangat lelah, lingkaran di bawah matanya menghitam.

Aku melangkah masuk, mendorong pintu kaca kemudian berjalan ke arahnya. Seperti biasa, cimory mix berry dingin ada di depannya. Gadis yang sangat monoton, tempat yang sama, kegiatan yang sama, minuman yang sama hampir setiap hari. Aku berada dibelakang punggungnya, menatap leher jenjangnya yang hari ini nampak jelas karena rambutnya dicepol tinggi dengan karet hitamnya. Aku meneguk saliva ku hanya dengan melihat leher jenjangnya saja. Hmmm, ada yang bereaksi di suatu tempat dibawah sana.

Aku maju beberapa langkah, kemudian mengulurkan tanganku menggenggam cimory di depannya, membuka tutupnya kemudian meneguk nya pelan. Gadis itu memutar kepalanya memandang tajam tepat di manik mataku.

"Malam Mrs. Seven."Sapaku sambil menyunggingkan senyum terbaikku ke arahnya.

"Kenapa Anda selalu meminum minuman saya?" Tanyanya.

"Aku sudah membayar untuk ini, kemarin." Jawabku sambil meraih kursi tinggi disampingnya.

Gadis itu hanya diam dan mulai kembali mengetik di laptopnya. Aku mengintip ke arah layar laptopnya, sepertinya dia sedang membuat laporan yang rumit. Gadis itu mendorong kepalaku yang condong ke arahnya menjauh dengan tangannya.

"Apa anda tak ada kegiatan yang lain selain mengganggu saya." Tanyanya datar tapi ada sedikit intonasi sebal di dalam suaranya.

Aku menggeleng, menopangkan tanganku di rahang kemudian melihat wajahnya, berusaha mengingat detail wajah gadis di depanku.

"Apa sebenarnya yang anda inginkan dari saya, Mr. Eleven." Tanyanya menatapku dengan matanya yang masih terlihat bening walau terhalang kacamatanya.

"Mungkin nomor ponsel dan aku tak menolak jika kau memberi alamat rumahmu." Jawabku.

Gadis itu mendengus dan berdecak malas.

"Apa orang tampan dengan setelan jas mahal seperti anda ternyata hanya seorang tukang sensus penduduk." Ucapnya mencemooh.

Aku tertawa mendengar ucapan kekesalannya padaku, sudah lama aku tak tertawa seperti ini.

"Oh jadi menurutmu aku tampan." Tanyaku,

SEVEN ELEVEN Where stories live. Discover now