"Mas! Jahat banget!" Balas Safira yang kemudian memalingkan wajahnya dan menghadap ke jendela.

Setelah kejadian itu tidak ada suara, hingga mereka sampai di Rumah Dinas. Birendra sendiri menghela nafas dan menggendong istrinya ke rumah Dinasnya. Mbak Sri membukakan pintu dan kemudian Birendra membawa istrinya untuk masuk kedalam kamarnya.

 Mbak Sri membukakan pintu dan kemudian Birendra membawa istrinya untuk masuk kedalam kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Istri Bapak ya?" Tanya Mbak Sri.

"Iya Mbak" balas Birendra.

"Ayu tenan yo Pak" balas mbak Sri dan hal itu membuat Birendra tersenyum tipis.

Birendra mengambil selimut dan menutupi tubuh istrinya, tidak lama Birendra keluar bersama dengan Arya dan Mbak Sri. Yuna masih menunggu didepan dan saat ini Birendra mengatakan pada Arika untuk menempati kamar tamu. Dibelakang rumah dinas Birendra itu ada dua kamar yang satu ditempat Mbak Sri dan satunya masih kosong. Mbak Sri menawarkan pada Arika dan wanita cantik nan energik itu menerimanya tentu saja karena banyak hal yang dipertimbangkannya.

"Atau tidur di belakang aja mbak, masih ada satu kamar kosong. Dibelakang juga ada akses pintu untuk keluar masuk" balas Mbak Sri.

 Dibelakang juga ada akses pintu untuk keluar masuk" balas Mbak Sri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau begitu saya ikut yang dibelakang aja Pak Komandan. Pak Komandan nanti Firanya jangan dimarahi ya, sudah dua minggu ini memang makannya cukup banyak dan juga cepat lelah" balas Arika yang memang tahu bagaimana keseharian sahabatnya itu.

"Ya terserah kamu. Terimakasih, anggap saja rumah sendiri. Saya akan ke kamar terlebih dulu" balas Birendra.

Barang-barang Arika dibawakan oleh Arya, Arya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung berkenalan dengan Arika.

"Saya Arya, ajudannya Pak Rendra" ucap Arya.

"Arika, sahabatnya ibu Komandan." balas Arika.

"Selamat malam, jangan lupa kunci pintunya ya Mbak Sri" balas Arya yang kemudian meninggalkan kediaman Atasannya. Mbak Sri juga berkenalan dengan Arika, membantu membereskan beberapa pakaian Arika.

Didalam kamar Birendra dan Safira.
Safira membuka matanya dan memegang kepalanya yang agak pusing. Wanita itu menatap sinis Birendra saat tahu jika dirinya telah berada di Rumah Dinas Birendra. Safira perlahan duduk dan berdiri, rasanya dia ingin sekali memukul suaminya karena telah membuatnya kesal. Dirinya memang tengah kelaparan saat ini tapi suaminya bahkan tidak mau mampir ke Restoran.

"Mau kemana?" Tanya Birendra.

"Mau pergi cari makan!" Kesal Safira yang sedikit oleng karena tubuhnya tidak seimbang. Untunglah Birendra dengan sigap menangkap tubuh istrinya.

"Pelan-pelan saja. Pusing? Mau saya buatkan sesuatu?" Tanya Birendra.

"Tidak. Lepas" balas Safira yang kemudian berjalan menuju dapur, tentu saja Birendra mengawasinya.

Safira melihat di meja ada makanan, tanpa rasa malu dan gengsi Safira membuat susu hangat dan juga mengambil beberapa cemilan yang dia tahu makanan itu bernama Baklava. Safira heran biasanya dia tidak menyukai makanan ini tapi lihatlah hari ini dis begitu lahap memakannya.

 Safira heran biasanya dia tidak menyukai makanan ini tapi lihatlah hari ini dis begitu lahap memakannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kenyang, Safira bertanya tentang sahabatnya. Safira pun ingin tinggal di belakang saja namun lagi san lagi Birendra menegaskan kalau Safira itu masih istrinya. Safira juga mengucapkan jika sebentar lagi mereka juga akan bercerai.

"Aku mau tinggal sama Arika saja, kenapa harus disini sih" tanya Safira.

"Jangan lupakan tentang status kamu, Safira Pradipta masih berstatus sebagai istri dari Birendra Wiradharma" ucap Birendra dengan tegas.

"Mas, ingat ya kita mau cerai. Jadi bagaimana progresnya pengajuannya?" Tanya Safira.

Birendra menatap istrinya dengan tajam dan saat itu Birendra menarik pinggang istrinya dan menatapnya tajam. Birendra kemudian mengatakan seuatu yang membuat Safira menegang.

"Orangtua kamu meninggal bukan karena kecelakaan, tapi mereka meninggalkan karena di bunuh. Jadi kamu masih ingin bercerai dengan saya dan kasus ini di hentikan atau kamu tetap bersama saya dan penyedilikan kasus ini tetap berjalan" balas Birendra.

"Kamu!!" Ucap Safira yang menggengam tangannya kuat.

Yuhuuu uppp

Bisa nih tripple up kalau ada 10 komentar dengan user berbeda tapi ya komennya jangan 'next kak'.

Missquinlee,

10 Agustus 2023

Repost

𝒥𝑜𝒹𝑜𝒽 𝒜𝒷𝒹𝒾 𝒩𝑒𝑔𝒶𝓇𝒶✔️Where stories live. Discover now