Bukit Bintang #07

3.7K 105 27
                                    

Birendra pulang menjelang maghrib, saat itu Safira sudah berada di ruang tamu. Tadinya mau telpon suaminya tapi ternyata ponselnya ketinggalan dirumah. Pimtu terbuka membuat Safira menoleh dan menatap suaminya dengan tajam.

"Mas Rendra, ini sudah jam berapa kenapa baru pulang? Nggak tahu apa sedari tadi aku gabut nggak tahu mau ngapain" ucap Safira dengan kesal.

"Sekarang masih gabut?" Tanya Birendra.

"Ya masih, nggak tahu harus ngapain?" Balas Safira.

"Nyicil bikin anak aja kalau begitu, dijamin kamu nggak akan gabut" balas Birendra.

"Apaan sih Mas, mesum mulu pikirannya. Udah Mas mandi sana" usir Safira.

"Tadi tanya, giliran dijawab marah-marah" balas Birendra yang kini mulai masuk kedalam kamarnya dan menuju kamar mandi.

Safira hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan suaminya, belum kenal aja udah berani cium bibir dan membuat kissmark di lehernya dan setelah jadi suaminya pria itu semakin berani saja menyentuhnya. Untungnya Safira tidak trauma dengan kelakukan suaminya. Safira pun kini berjalan ke dapur untuk melihat apakah ada bahan makanan untuk dimasaknya dan ternyata ada. Safira pun mulai mengoleh bahan itu membuat lauk pauk, bodo amat nanti kalau suaminya tak suka.

Saat Birendra keluar dari kamarnya dia mencium bau masakan yang tentu saja membuat Pria tampan itu menggugah seleranya. Safira marah-marah pada suaminya agar beribadah lebih dulu sebelum makan, Safira pun juga ikut suaminya hingga sepuluh menit kemudian keduanya kini telah kembali ke ruang makan, keduanya menyanyap makanan yang tentu saja dibuat oleh Safira.

"Gimana Mas?" Tanya Safira.

"Lumayan sih" balas Birendra.

"Ehhmm Mas besok aku sudah mulai masuk kuliah" ucap Safira.

"Ya bagus, oh iya saya juga mau bilang kalau pengajuan pendidikan saya telah di terima. Hanya satu tahun saja" balas Birendra.

"Satu tahun itu lama Mas, LDRan dong kita" balas Safira.

"Iya, paling sebulan lagi saya berangkat" balas Birendra.

"Hemm mengingat pernikahan kita ini hanya pernikahan yang saling menguntungkan, bagaimana kalau setelah Mas kembali dari pendidikan kita cerai saja, lagian aku juga sebenarnya nggak enak kalau nolak" balas Safira.

Birendra menatap tajam istrinya, tanganya mengepal dan saat itulah dia tahu Safira menerima pernikahan itu hanya karena sungkan alias tidak enak dengan Mamanya dan sebagai balas budi. Dari awal menikahi Safira tidak ada niatan Birendra sama sekali untuk mempermainkan pernikahan ini, Birendra hanya mengiyakannya dan sedikit menyesali karena telah menyentuh Safira yang mungkin terpaksa melayaninya.

"Harusnya saya tidak menyentuhmu" ucap Birendra.

"Tidak masalah Mas, aku memang ingin mempersembahkan mahkotaku untuk Mas Rendra. Lagian aku juga penasaran gimana rasanya, Mas mau kemana?" balas Safira.

"Ke ruang kerja, ada banyak berkas yang harus saya pelajari sebelum berangkat ke Washington" balas Birendra.

Safira melihat perubahan raut wajah suaminya, dirinya pun heran kenapa harus merasa tidak enak melihay suaminya yang berubah menjadi masam. Safira memang baru baru 7 minggu tinggal di keluarga Wiradharma, semuanya memperlakukannya dengan begitu baik termasuk mama mertuanya yang sudah menganggapnya putrinya sendiri, Safira pun juga sudah menganggapnya seperti Ibunya sendiri. Tapi pernikahan ini bahkan tidak dilandasi dengan cinta dan Safira tidak mau membuat Birendra menderita karena menjadi suaminya.

Safira kini berada di ruang belajarnya, wanita itu tampak sedih dan menyesal karena mengatakan yang sebenarnya, harusnya dulu dirinya merasa dilecehkan saat Birendra menyentuhnya namun Safira tidak memungkiri kalau nyatanya tubuhnya sangat menerima sentuhan Birendra.

𝒥𝑜𝒹𝑜𝒽 𝒜𝒷𝒹𝒾 𝒩𝑒𝑔𝒶𝓇𝒶✔️Where stories live. Discover now