15 💚

160 16 0
                                    

Gibran keluar dari kamar bersenandung riang membuat mama mengidik ngeri menatap anaknya yang sudah mengambil taperware mengisi tiga roti isi coklat, "kamu kenapa sih Gib, ngak ketempelan kamu kan ?", tanya mama membuat Gibran langsung menoleh cemberut.

"Ngak ma, masa orang ganteng kek Gibran ketempelan, kalau gitu Gibran berangkat ya", ujarnya terkekeh menyalami mama keluar dari rumah mendekat kearah motornya menancap gas menuju ke rumah Stella.

Sampai di rumah gadis itu, Gibran tersenyum menatap Stella yang sudah berdiri di depan rumah, "nih roti pesanan lo", ujar Gibran menyerahkan kantongan berisi taperaware membuat senyuman Stella berbinar senang.

"Makasih Gib, ini berapa ?", tanya Stella naik ke atas mototr Gibran.

"Grasis untuk lo", ujar Gibran membuat Stella menautkan alis bingung.

"Bukannya roti ini di jual ya, kok gratis", ujarnya

Gibran menggelengkan kepala menghembuskan nafas gemas sendiri dengan ketidak pekaan gadis itu, "makan saja Stel", ujarnya akhirnya.

"Makasih banyak Gib", ujar Stella tulus.

Keduanya kembali diam, sampai di sekolah keduanya berjalan beriringan menuju kelas, Gibran berjalan sambil memainkan rambut Stella yang di ikat membuat Stella kesal menatap melototkan mata, "berhenti Gib", celetuk Stella.

"Gue sudah bilang kan gangguin lo adalah hobby gue Stel", ujarnya membuat Stella menghembuskan nafas pasrah berjalan menuju bangkunya duduk di sana membuka taperware memakan roti di dalamnya.

Gibran mengulum bibir gemas menatap gadis yang duduk di sampingnya, "STELAA", gadis itu sampai tersedak mendengar teriakan itu, Gibran spontan menyodorkan air mineral ke arah Stella.

"Woy Bas bisa ngak lo ngak usah teriak", ujar Nada menatap tajam ke arah Bastian.

"Siap ibu bos", celetuknya mengejek berjalan mendekat ke arah bangku Stella, "langsung ke lapangan, mau latihan, semua yang ikut lomba sudah dapat izin dari kepala sekolah", ujarnya membuat Stella mengangguk langsung keluar bersama Bastian.

Reza masuk kedalam kelas berhenti di depan menatap teman kelasnya bergantian, "gaysss gue ada info soal pertandingan basket yang akan di laksanakan sebentar lagi, pak kepala sekolah meninta kita satu kelas datang mendukung pemain kita", ujarnya membuat kelas menjadi heboh.

"Asiikkk cuci mata kita", girang pada ciwi - ciwi.

"Seruu tuhh"

"Sudah ada surat izin ngak ?", tanya Gerry.

Reza menganggukan kepala tersenyum, "sudah ada, jangan khawatir ini permintaan langsung dari kepala sekolah, tapi di sana absen tetap berjalan, paham kan maksud gue?", tanyanya membuat mereka mengangguk kompak.

"Kalau gitu gue harap jaga kesehatan mulai hari ini agar bisa ikut memeriahkan pertandingan, satu lagi rahasiain dari Stella agar jadi kejutan untuk dia", ujarnya lagi.

"Satu lagi informasi, guru ngak masuk banyak urusan, mempersiapkan beberapa lomba yang akan di laksanakan di luar sekolah",ucapnya membuat kelas langsung heboh

Para cowok sudah duduk di belakang main game para cewek sudah bergosip riang, Gibran menghela nafas menatap ke arah Rangga yang kini duduk bersama Rossa bercerita, cowok itu keluar dari kelas menuju ruang musik, memainkan gitar sejenak menutup mata menikmati alunan merdu, wajah Stella kembali muncul membuat senyuman Gibran mengembang begitu saja semakin menikmati alunan merdu yang tercipta.

"Wah kak bagus bangat", Gibran tersentak kaget menatap ketiga anak kelas satu menatap dengan berbinar.

"Eh makasih", ujar cowok itu langsung keluar mengindari ketiga gadis itu, alisnya terangkat tinggi melihat Stella tengah di gotong ke uks, rasa cemas muncul di hatinya bergegas berlari menuju uks, "Stella kenapa ?", tanyanya langsung ke arah Bastian.

Bastian menghembuskan nafas, "tuh anak semalam elerginya kambuh sampai staminyanya turun, pas latihan dia sampai pingsan", ujarnya membuat Gibran melotot.

Rangga datang langsung mendekat ke arah Stella di belakang ada Rossa yang ikut panik mendengar kabar gadis itu pingsan di lapangan, "astaga jangan bilang", ujar Rangga tercekat mengusap wajahnya kasar.

"Gib, bantuin gue, kita bawa Stella ke rumah sakit", ujar Rangga panik.

Gibran mengambil alih tubuh Stella mengangkat keluar dari uks, Rangga dan Rossa sudah lebih dulu keluar mencari mobil, dengan pelan Gibran masuk kedalam mobil memeluk gadis itu, "Gib gue titip Stella, gue ikut pake motor sama Rossa", ujar Rangga.

Gibran menganggukan kepala mengusap wajah Stella lembut meminta supir membawa ke rumah sakit terdekat.

Sampai di rumah sakit Stella langsung di tangani oleh dokter, bertepatan Rangga dan Rossa datang, "gimana Gib?", tanya Rangga, cowok itu menggelengkan kepala membuat cowok itu menghela nafas, Rossa mengusap punggung Rangga untuk menenangkan.

"Stella punya elergi apa ?", tanya Gibran kepada Rangga.

"Dia ngak bisa makan telur rebus, Stella selalu lupa, elerginya juga berbeda dengan yang lain rasa sakit di perutnya bisa menyiksa beberapa hari", ujarnya

Ceklek

"Bagaimana keadaan pasien dok ?", tanya Rossa langsung membuat dokter tersenyum.

"Pasien sudah sadar, obat yang dia minum semalam sudah kadaluarsa, itu alasan pasien pingsan karena rasa sakit di perutnya, jangan khawatir pasien sudah minum obat, tunggu infusnya habis ya baru bisa pulang", ujar dokter membuat ketiganya menganggukan kepala berterimah kasih masuk kedalam ruangan Stella.

Rangga menatap tajam ke arah gadis itu membuat Stella meringis, "lo ceroboh lagi Stella", ujarnya langsung mengomel.

"Maaf", ujar Stella merasa bersalah.

"Jangan sampai terulang lagi, gue sama Rossa keluar dulu cari makanan, Gib tolong jaga Stella ya", ujar Rangga menepuk puncak kepala gadis itu meraih tangan Rossa keluar dari ruangan

*****

School Love On (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang