8 💚

168 17 1
                                    

Rangga menatap lekat wajah Stella yang tertidur di atas tempat tidur setelah penjaga uks memberikan sebutir obat gadis itu berhenti meringis kesakitan terlelap begitu saja, cowok itu mengusap rambut Stella lembut menatap sendu tiba-tiba sesak di hatinya menyeruak, bagaimana jika gadis itu tahu kebenaran yang tersimpan begitu rapat ? Apa gadis itu akan memaafkan dia.

Ceklek

Rangga tersentak menoleh mengerjapkan mata menatap Rossa yang tiba-tiba masuk, cowok itu tersenyum tipis melihat gadis itu berjalan mendekat, "gue bawain minuman, gue tahu kalau Stella suka sama coklat", ujarnya tersenyum mengulurkan minuman coklat kearah Rangga.

"Makasih Ross, sini duduk", ujar Rangga menepuk kursi di sampingnya, Rossa menganggukan kepala duduk di sana salah tingkah.

Rossa membasahi bibir bawah kedua tangannya saling meremas, "lo cemas bangat ya?", tanya Rossa membuat Rangga menoleh menganggukan kepala tersenyum tipis.

"Tentu walaupun ini bukan kali pertama Stella seperti ini kalau datang bulan, pernah dulu sekali dia sampai kesakitan 3 hari lamanya", cerita Rangga menatap lekat wajah gadis itu.

Rossa menghembuskan nafas menahan rasa sesak yang tiba-tiba muncul di hatinya, "Stella berharga bangat ya buat lo?", tanyanya mencoba tersenyum.

"Hm bisa di bilang begitu, semenjak kedua orang tuanya meninggal, Stella ngak punya siap-siapa selain gue, walaupun gue dan dia bukan sahabat yang selalu bersama 7×24 jam", jelasnya membuat Rossa menganggukan kepala.

Rossa menghembuakan nafas menipiskan bibir meneguk ludah kasar memejamkan mata menyakinkan dirinya, "Rangga gue mau ngomong sama lo", ujarnya akhirnya mengepalkan tangan menahan detak jantung yang sudah berdetak tidak karuan.

Rangga menghembuskan nafas, "kalau soal perasaan lo, gue sudah tahu", ujar Rangga membuat gadis itu spontan menoleh kaget dengan wajah yang sudah memerah menahan malu, menyadari cowok itu juga meliriknya Rossa langsung menunduk dalam.

"Tapi maaf Ros, gue belum bisa buka hati untuk sekarang, gue bukan orang yang baik, lo bisa dapat cowok yang lebih baik dari gue Ros", liriknya mengelus pundak gadis itu lembut.

Mata Rossa sudah berkaca-kaca mengigit bibir menahan tangis, "kenapa ? Apa ada yang lo suka?", tanyanya dengan suara bergetar.

"Gue ngak punya orang spesial Ros, lebih tepatnya gue ngak pantas menaruh hati untuk seseorang, maaf gue belum bisa cerita, tapi sebentar lagi lo akan tahu, bukan hanya lo tapi semua teman kita akan tahu tentang gue", lirihnya menatap sendu ke arah Stella yang belum kunjung membuka mata.

Rossi menoleh ada rasa sakit tersirat dari ucapan cowok itu, "apa boleh gue menunggu lagi ? Seperti yang gue lakuin beberapa tahun terakhir", ujarnya membuat Rangga menoleh dengan wajah kaget.

"Maksud lo ? Lo suka sama gue sudah lama ?", tanyanya

Rossi mengangguk yakin dengan wajah kembali memerah, "gue suka sama lo dari SMP saat kita pertama menjadi teman kelas tepatnya kelas satu SMP", ujarnya membuat Rangga melotot, memang keduanya satu SMP bahkan menjadi satu kelas di kelas 1 namun setelah kenaikan mereka berpisah, dan sekarang di SMA mereka bertemu lagi di dalam kelas yang sama.

Rangga menghembuskan nafas menunduk akhirnya mengangguk, "gue ngak maksa lo untuk mengubur perasaan lo, tapi gue mohon jangan terlalu berharap Ross, saat kebenaran terbuka gue takut lo ikut benci sama gue", ujarnya lirih.

"Gue akan menunggu dan akan percaya sama lo", ujarnya yakin membuat cowok itu tersenyum dengan pandangan nanar.

"Auhh sudah kan, gue sekarang bisa bangu?", tanya Stella membuat keduanya tersentak menoleh dengan wajah memerah menatap gadis itu cengengesan dengan wajah memucat

Rangga mencibir pelan, "sejak kapan lo bangun?", tanya cowok itu penuh selidik, "saat Rossa meminta izin untuk menunggu", ujarnya dengan wajah polos membuat Rossa semakin malu.

Cowok itu diam-diam menghembuskan nafas lega, "ngak usah nunggu lagi, buka hati lo bro, ngak usah ganjen lagi, sudah ada di depan mata kok masih mencari", celetuknya menggapai minuman coklat di nakas, Rangga spontan mengambil dan menyodorkan pada gadis itu.

Stella menatap Rossa tersenyum tipis ke arah gadis itu, "Ros apa boleh gue minta sesuatu setelah suatu saat nanti kalian jadian?", tanya Stella lirih membuat keduanya menatap dengan alis tinggi menunggu ucapan gadis itu.

"Rangga sudah seperti keluarga bagi gue, jadi saat waktunya lo jadian sama dia, gue mohon jangan buat hubungan gue renggang, lebih tepatnya jangan cemburu sama gue, anggap gue adiknya Rangga", ujarnya terlihat memohon.

Rossa tersenyum menganggukan kepala paham kondisi gadis itu apa lagi setelah tahu jika kedua orang tua Stella sudah tidak ada membuat perasaan iba muncul di hati, perasaan cemburu yang sering merasuk di hatinya meluap begitu saja, "ehm"

Ketiganya menoleh ke arah pintu melihat Gerry dan Gibran di sana menentang tas, "kalian terlalu asik sampai lupa sudah waktunya pulang", celetuk Gerry membuat ketiganya meringis.

Gibran mendekat mencubit pipi Stella pelan, "lo sudah baikan?", tanyanya penuh perhatian, gadis itu mencibir menghempaskan tangan cowok itu, "ngak usah ngeselin sekali aja bisa ngak sih Gib, sakit tahu", omelnya mengusap pipi yang terlihat memerah karena cubitan cowok itu.

Rangga menipiskan bibir menghembuskan nafas menatap keduanya, "Gib, gue mau ngomong sama lo, Gerry tolong antar Stella pulang", ujarnya menarik lengan Gibran keluar dari uks membuat mereka yang ada di dalam menautkan alis bingung.

Gibran menghempaskan tangan Rangga setelah sampai di taman belakang, "gue masih normal anjing", umpat Gibran mengidik ngeri menatap Rangga yang terlihat memasang wajah datar.

"Langsung saja, lo suka sama Stella ?", tanya Rangga membuat Gibran mengatupkan bibir menatap wajah Rangga yang benar-benar terlihat serius saat ini.

Gibran tersenyum menegakaan tubuh menatap dengan wajah yang tidak kalah serius, "ya gue suka sama dia, bukan lagi suka tapi gue jatuh cinta sama dia".

Deg

Hati Rangga teriris mendengar ucapan cowok di hadapannya yang terlihat sangat serius dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulut cowok itu.

*****

School Love On (Selesai)Where stories live. Discover now