10 💚

159 17 0
                                    

Stella menatap nanar Rangga yang tengah terbaring di sofa ruang tamu di rumah Reza, "apa yang terjadi ?", tanya Gibran menatap Reza yang keluar membawa minuman dan juga cemilan meletakan di meja.

Reza menghembuskan nafas panjang, "gue juga ngak tahu tadi tiba-tiba Rangga nelphone minta di jemput, gue kaget pas sampai di sana Rangga sudah teler untung orang tua gue ada di luar kota kalau tidak berabe urusannya", ujarnya mengusap wajah kasar.

Stella meringis masih memperhatikan wajah Rangga yang terlihat begitu kacau, "oh iya, sebelum hilang kesadaran Rangga selalu bergumam,'maafin gue Stella maafin kesalahan gue", ujar Reza mengingat sesuatu.

Hati Stella terasa di remas sekarang bersimpuh di hadapan Rangga mengusap rambut cowok itu membuat Gibran memalingkan wajah, Reza yang melihat menautkan alis sejenak mengangguk mengerti situasi, Rangga perlahan membuka mata menatap samar-samar ke arah gadis di hadapannya mengusap pipi gadis itu lembut, "maafin kesalahan gue Stel, gue tahu lo ngak akan pernah memaafkan gue kalau lo tahu gue penyebab orang tua lo meninggal".

Deg


Gibran dan Reza langsung menoleh melotot menatap Rangga yang kini kembali menutup mata, berbeda dengan Stella yang kini menangis meraung menekan dadanya, Kedua cowok di sana membeku tidak percaya mendengar ucapan Rangga yang begitu jelas di telinga, Gibran tersadar mendekat menarik Stella ke dalam pelukannya.

"Hiks kenapa Rangga mengakui dalam keadaan tidak sadar, gue harap dia mengatakan itu dalam keadaan sadar, Gib", ujarnya menagis pilu membalas pelukan Gibran mengeluarkan sakit hati.

Gibran meringis mengusap punggung gadis itu, Rangga kembari meracau di dalam tidurnya membuat tangisan Stella berhenti melirik ke arah cowok itu, "maafin gue Stel, maafin gue", gumamnya perlahan cairan bening keluar dari sela mata cowok itu.

Reza masih terdiam di tempat tidak menyangka, meringis ikut merasa sakit melihat bertapa kacaunya Rangga saat ini, bukan hanya Stella yang sakit tapi cowok itu juga ikut merasakan sakit, "Gibran, lo antar Stella pulang, biar Rangga nginap di rumah gue", ujar Reza akhirnya.

Gibran mengangguk memapah tubuh Stella yang sudah lemas, "Rez, titip Rangga ya", lirih Stella berlalu keluar rumah bersama Gibran.

Stella melamun di atas motor membuat Gibran yang melirik melakui kaca spion menghembuskan nafas menarik tangan gadis itu membuat Stella tersentak, "peluk gue Stell, lo bebas melamun asal lo meluk gue agar ngak jatuh", ujarnya.

Perlahan kedua tangan gadis itu melingkar membenamkan wajah ke punggung Gibran, perlahan cairan bening keluar membasahi pipi, sedikit tersentak merasakan usapan lembut di tangannya, "lo bisa menangis sepuasnya", ujar Gibran yang masih terdengar oleh Stella.

Sampai di rumah, Gibran memapah Stella yang terlihat begitu kacau, melihat tubuh gadis itu semakin lemas cowok itu langsung mengangkat tubuh Stella masuk ke dalam rumah meletakan di atas sofa, "jangan tinggalin gue", lirih Stella menutup mata menggengam tangan Gibran.

"Hm lo tidur gue di sini", ujarnya mengusap lembut rambut Stella wajah yang tadinya sudah tidak terlihat pucat kini semakin memucat, pandangan Gibran menyendu meringis sakit membayangkan dirinya di posisi Stella, bagaimana bisa gadis itu hidup terlihat baik-baik saja setelah menyimpan luka yang begitu dalam, terutama yang memberi luka adalah sahabat yang sudah dia anggap saudara sendiri, bukankah itu sangat mengerikan.

Tanpa sadar cairan bening keluar dari sela mata Gibran membuat cowok itu tersentak mengusap pipi, kini cowok itu sepenuhnya sadar, perasaannya sudah jauh terlalu dalam untuk gadis di hadapannya sekarang.

*****

Suasana kelas 2 IPA 2 terlihat aneh sekarang banyak di antara mereka yang bingung, terutama Gerry dan Rossa yang sama sekali tidak melihat kedatangan Rangga, Stella, Gibran, bahkan Reza yang menjabat sebagai ketua kelas.

"Woy ini anak-anak pada kemana sih, atau hari ini kita libur ya", celetuk teman kelasnya.

"Coba cari di grup kelas", ujar Nada membuka ponsel.


Whattsapp

2ipa2

Nada : woy kalian pada kemana ?

Gerry : bolos kok ngak ngajak-ngajak.

Teman 1 : ck gini nih ngak solit amat

Teman 5 : woyy Reza muncul lo atau kita pada balik nih

Teman 3 : pulang aja kuy, ketua kelas aja ngak masuk, pada balik yuk.

Teman 4 : kuy lah.

Gerry : gue ikut

Nada : gue juga

Rossa : 2

Teman 20 : kuy lah gaskan.

Reza : balik ke rumah gue.


"Woy kerumah Reza kuy", ujar Gerry membuat mereka serempak memganggukan kepala

Merek mengendap menuju gerbang belakang, memanjat membiarkan para perempuan keluar lebih dulu setelah semuanya berhasil keluar mereka mencari angkutan menuju ke rumah Reza.

Reza yang baru keluar kamar mandi mengeringkan rambut dengan handuk tersentak mendengar ketukan dari luar, cowok itu membuka melongo sendiri menatap tidak percaya kehadiran teman kelasnya, "ngapain kalian ke sini?", tanyanya bingung.

"Lah bukannya lo yang nyuruh ya", ujar Rossa mengeluarkan ponselnya memperlihatkan chat di grup, Reza melongo.

"Ranggajing", umpat Reza kesal menatap Rangga yang keluar dari kamar Reza cengengesan

"Wahh ada skandal apa nih si dua R", celetuk teman kelasnya menatap memicing curiga membuat Reza dan Rangga mengidik ngeri saling pandang.

"Anj_ gue masih normal", ujar Reza geli begitupun dengan Rangga langsung mencibir menjauh.

"Main ps kuy", ajak Gerry membuat teman cowok langsung semangat

Berbeda dengan para cewek yang langsung bergegas masuk kedapur menghancurkan dapur Reza di sana, Reza menghembuskan nafas mengusap wajahnya kasar melengos pasrah.

*****

School Love On (Selesai)Where stories live. Discover now