37

375 44 8
                                    

Chapter 37 (Seperti ini, selamanya...)

Harus berapa kali Jun katakan kalau Anna itu sangat cantik saat sedang menangis? Entah itu karena pertama kali dia melihat perempuan itu tengah menangis atau karena alasan lainnya. Tapi semakin Jun mengenal Anna, perempuan itu semakin menarik baginya. Bukan hanya sedang menangis, saat tersenyum juga saat sedang marah dan kesal wajah Anna sama cantiknya. Lalu Anna yang mabuk karena terlalu banyak minum seperti saat ini?

Sangat diluar nalar bagi Jun! Katakan Jun itu konyol, bodoh, terlalu berlebihan atau apapun itu karena dia tidak peduli. Kenyataannya, Park Anna memang penuh dengan berjuta-juta pesona yang siap memberikan daya kejut bagi Jun setiap kali perempuan itu menunjukan salah satu pesonanya. Seperti sekarang ini, pesona yang dikeluarkannya saat mabuk tanpa dia sendiri menyadarinya. 

Wajah Anna merona, memerah, hampir mirip ketika perempuan itu mendapatkan klimaks nya disetiap sesi bercintanya dengan Jun. Lalu Mulutnya yang biasanya lebih memilih diam jadi lebih banyak terbuka untuk mengatakan apapun yang perempuan itu ingin katakan, menggemaskan. Sungguh, melihat Anna yang tengah mabuk membuat Jun semakin tergila-gila saja rasanya.

Dan ketika Anna tersenyum dengan cantiknya, sepasang mata Jun hanya bisa terpaku pada wajah itu. Jun bahkan tidak sadar saat Anna mengangkat tangannya yang memegangi botol minuman kemudian menuangkan isi minuman itu ke kepalanya. Dia baru menyadarinya ketika dia merasakan dingin yang mulai terasa dikepalanya juga cairan yang kini mengalir turun ke wajah, leher juga dadanya itu, membuat kemeja mahalnya kini basah oleh cairan yang terasa sedikit lengket itu.

"Seharusnya aku sadar sedari tadi, kalau minuman botol yang murahan ini sedikit berguna." 

Apa Jun tidak salah dengar? Sepertinya Jun pernah mendengar kalimat yang sama dengan itu sebelumnya?

Senyuman Anna semakin melebar saat botol yang dia pegangi itu mulai terasa ringan, menandakan kalau keseluruhan isinya sudah dia tumpahkan ke kepala Jun semua. Tapi kemudian senyumannya sedikit demi sedikit mulat terkikis saat sepasang matanya kini menatap wajah Jun yang sudah basah kuyup. Jangan lupakan kemejanya yang sudah bisa Anna pastikan mahal harganya kini ternodai oleh minuman murahan yang  sepertinya akan lumayan sulit dihilangkan.

Kaki Anna reflek mengambil langkah mundur. Kedua tangannya kini terlipat dibelakang punggungnya, mencoba menyembunyikan botol minumannya yang sudah kosong itu. Bibirnya bergetar tapi Anna tetap memaksa untuk berkata, "Si-siapa yang suruh kau tidak mau keluar dari rumahku?! Jadi jangan salahkan aku kalau sekarang kau jadi...." Mulutnya seketika menutup kemudian mata Anna menatap kemana saja asal bukan ke arah Jun yang dia tahu sedang memandanginya dengan mata elangnya itu.

Harusnya Jun merasa kesal karena  tingkah menyebalkan Anna yang telah sengaja menyiramnya dengan minuman alkohol murahan tapi anehnya dia tidak merasa kesal, justru dia pikir itu lucu makanya Jun tertawa, terbahak-bahak hingga Anna yang mulai takut semakin takut mendapati tingkah Jun yang semakin aneh menurutnya.

Kini Anna memandang Jun dengan mengernyitkan dahinya, bingung dengan situasinya. Kalau boleh jujur, Anna bahkan sudah menyiapkan diri untuk berlari keluar kalau-kalau Jun akan marah seperti kerasukan setan padanya nanti. Tapi kenapa Jun justru tertawa?

Jun menghentikan tawanya, memandang Anna dengan pandangan geli. "Apa menurutmu ini tidak lucu?"

Tidak, sama sekali tidak jadi bagian mananya yang lucu? Dan Anna tentu tidak mengatakan semua itu dia justru menjawab dengan, "Apa kau salah makan sesuatu hari ini?"

"Tidak, aku bahkan belum makan apa-apa setelah tadi siang."

"Jadi karena perutmu lapar makanya kau jadi bertingkah sedikit berbeda?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Worst ContractWhere stories live. Discover now