22

171 33 11
                                    

Chapter 22 (Apa Dia Telah Mati?)

Anna segera berlari keluar dari toilet rumah usangnya hanya untuk meraih ponselnya yang berbunyi diatas ranjang tidur bututnya itu. Mulanya dia harus mengernyitkan dahi saat rentetan nomor tidak dikenal itu terpampang pada layar ponselnya (bukan nomor dari orang yang dia harapkan selama tiga hari ini sebenarnya). Namun dengan ragu pada akhirnya Anna tetap menjawab panggilan telepon itu.

"Ha-"

"Benarkah ini dengan Park Anna? Aku Pak Lee, guru pembimbing nya adikmu, Park Jisung. Jisung mengalami sedikit kecelakaan saat ini. Tolong jangan panik! Dia baik ba-"

"Dimana adik ku berada saat ini?" Anna segera meraih tas selempang nya, berlari keluar tanpa mengunci pintu rumahnya itu dulu. Jantungnya rasanya sudah ingin jatuh dan turun ke perutnya memikirkan banyak hal buruk yang mungkin saja terjadi pada adiknya saat ini.

Park Jisung, pasti baik-baik sajakan? Pastikan?

***

"Kaki kirinya tidak sengaja tertimpa beberapa arang panas saat Jisung terlalu giat bekerja paruh waktu di salah satu rumah makan  siang ini. Tidak terlalu parah, tenang saja!"

Anna menarik nafasnya, mencoba menahan tangisnya yang entah kenapa akhir-akhir ini mudah sekali untuk keluar. Sangat memalukan! "Jadi maksudnya, adik ku diam-diam menyelinap keluar dari asrama untuk pergi bekerja paruh waktu, begitu?"

Dengan ekspresi yang ketara sekali menampilkan rasa tidak enaknya, Guru Lee menganggukan kepalanya. "Tidak apa-apa, maksudku itu bukanlah suatu hal yang buruk! Bekerja paruh waktu bukanlah hal yang tidak baik, hanya saja..." Guru Lee baru ingin melanjutkan kalimatnya dengan piliahan kata yang bagus tapi Anna (wali murid Jisung) lebih dulu membuka suaranya.

"Bukankah ujian kelas baru diadakan minggu lalu?"

Sekali lagi Guru Lee menganggukan kepalanya kemudian Anna tersenyum. "Apa ini kali pertama Jisung melanggar aturan asrama? Diam-diam keluar untuk bekerja paruh waktu? Dan apa selama ujian dia juga melakukannya?"

Anna ingin melihat guru Lee kembali menganggukan kepalanya tapi ternyata guru Lee justru tersenyum. Senyuman guru muda itu bukanlah sesuatu yang Anna ingin lihat dan dengar saat ini. 

"Maaf, tapi seharusnya aku sudah melaporkan soal ini sejak tahun lalu."

"Apa?"

Guru Lee berdiri bangun dari duduknya, menundukan kepalanya dihadapan Anna dan berkata. "Jisung memohon padaku agar merahasiakan ini dari anda dan pihak sekolah. Perjanjiannya, nilai serta prestasinya terjamin tidak akan turun. Dan selama ini, Jisung berhasil memegang janjinya itu."

Sepasang mata Anna semakin berkaca-kaca, merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari seseorang yang katanya guru pembimbing adiknya ini. "Jadi selama ini hanya karena perjanjian itu kau merahasiakan ini semua dari pihak sekolah, bahkan dariku yang seorang walinya?" Anna tersenyum, masih merasa tidak percaya kemudian dia menambakan. "Pak Lee, apa anda tidak berpikir kalau usia Jisung masih terlalu dini untuk mengerjakan pekerjaan paruh waktu? Dan apa jika kejadian hari ini tidak terjadi maka selamanya aku tidak akan pernah tahu kalau semasa sekolahnya, adik ku terus mengerjakan sesuatu yang seharusnya tidak dia kerjakan?"

"Tolong tenanglah dulu, nona Park!"

"Bagaiman aku harus tenang kalau seorang pelajar, yang kewajibannya adalah belajar harus bekerja paruh waktu? Apa kau pikir aku tidak mampu membiayai kehidupan adik ku sendiri makanya kau terus berusaha merahasiakannya dariku?" Anna berdiri bangun, menundukan kepalanya pada Guru Lee (memberi hormat). "Aku akan menemui Jisung dulu, mungkin dia sudah bangun dari tidurnya saat ini." 

The Worst ContractDove le storie prendono vita. Scoprilo ora