•_• Prolog •_•

2 1 0
                                    

[Happy Reading]

•°•°•°•

Kamu itu ... ah, susah buat aku jelasin kamu bagiku itu apa. Kamu lebih dari tinta hitam yang memberikan titik, koma, angka, huruf, sampai bentuk di salah satu lembar kosong dari buku kehidupanku. Perumpamaan dari dermaga dan laut pun, kamu lebih dari itu.

“Kalau kamu nggak ada, mungkin aku nggak bisa bertahan sampai sekarang.”

Satu kalimat yang bisa mewakilkan arti kamu bagiku. Di mana kamu itu lebih luas dariku. Kamu yang mengenalkan arti ‘kebahagiaan’ lain yang mungkin nggak bisa orang lain kasih. Ya, kamu adalah segalanya. Kamu, duniaku ....

•••

Kamu itu ... bintang, samudra, dan angkasa. Perumpamaan yang menurutku cocok untukmu. Sesuatu yang mustahil buat digapai. Kamu setuju, ‘kan?

Kamu tahu? Ada pepatah yang dari dulu aku benci. “Setiap pertemuan, pasti akan ada perpisahan.”

Ya, memang. Karena bahkan, yang saling mencintai pun kalau takdir berkata lain, kita nggak berhak memaksakan kehendak buat bersama. Ah ... nggak masalah. Asal kamu pernah bersamaku, bagiku kamu tetap kado dari Tuhan yang paling indah.

•••

Sejauh apa pun laut pergi, tetap membutuhkan tempat sebagai tujuan akhirnya. Dan laut ini, hanya kamu yang pantas jadi dermaga tempatku berlabuh.”

—Delatam V. Segara, laut milik Melcia Zyva Nastusha.

•°•°•°•

Saturnus, 01/02/24

Cyashter_

Selcouth [On Going]Where stories live. Discover now