🍞 [15A] Drama Rumah Tangga

336 39 11
                                    


A.n:
Ada yang nungguin kah? Wkwkwkw.
Ayok, komen di sini kalau lagi nungguin. Jangan jadi siders ya teman-teman, sungguh itu enggak enak buat aku yang menulis. Kayak, apakah ceritaku enggak menarik kah? Jadi pada siders gt. Ya walaupun aku sadar sih, emang kurang menarik ahahaha🍞🍞🍞

Btw Happy Sunday and happy weekend. Wish you have a nice day!


Bab 15 Bagian A:
Drama Rumah Tangga

Bab 15 Bagian A:Drama Rumah Tangga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••••

“Salim sana nenek dan kakek dulu, baru kita pulang,” ujar Boas kepada Tasya saat ia datang menjemputnya bersama Naomi.

Tadi pagi, Naomi meminta untuk pergi ke rumah perempuan itu, katanya, ia rindu dengan sang ayah. Sebagai suami yang baik, Boas mengiyakan permintaan Naomi dan bersama Tasya pergi. Kebetulan arah rumah sakit sejalur dengan rumah kedua orang tau Naomi, sehingga ketiga orang tersebut berangkat bersama-sama.

“Makasih, ya, Nenek dan kakek, hari ini aku senang sekali.” Tasya dengan ceria memeluk kakek dan nenek secara bergantian.

Natalia mengusap rambut Tasya yang panjang. “Sering-sering ke sini, ya. Biar rumahnya rame.”

“Kakek punya sesuatu untuk kamu.” Karel mengeluarkan sebuah kalung cantik dengan mata kalung bunga. “Ini enggak seberapa harganya, cuma ini berharga buat kakek, dulu ini dipakai sama mama kamu, tapi sekarang kakek kasih ke kamu saja, soalnya mama kamu sudah besar, dan gengsi.”

“Makasih kakek! Cantik! Tasya enggak bakal lepasin.” Kemabli Tasya memeluk tubuh sang kakek.

Naomi yang berada di sisi lain di ruangan itu tersenyum manis melihat interaksi yang menyentuh hatinya.

“Ayah, bunda, Kami pamit pulang, dulu. Terima kasih untuk semuanya.” Boas menyalim tangan mertuanya.

“Pamit, ya, Ayah, Bunda. Kalau ada apa-apa telepon Naomi.” Naomi mengabur pelukan hangat kepada Natalia dan Karel. Sungguh, Naomi sangat rindu masa-masa ia di rumah.

“Rumah ini kan selalu terbuka buat kalian, datang aja, macam kalian tinggal di Papua saja, jangan macam orang susah,” bisik Natalia kepada Naomi, tidak mau Karel dan Boas mendengar perkataannya. Naomi berdecak kesal, mamanya memang perusak suasana. Kini, Naomi tahu kenapa menurut beberapa orang ia menyebalkan, ternyata turunan dari sang mama.

••••

Your parents are kind, apalagi ke Tasya. I'm feel so touched.” Boas berseru ketika mereka keluar dari wilayah perumahan orang tua Naomi.

Tasya yang berada di kursi belakang, tengah bermain dengan dawai yang menampilkan saluran YouTube Cocomelon.

Naomi melirik sebentar sambil meremas perutnya yang terasa sakit sejak pagi. “That why, I am hare.”

Huh?" Boas mengernyitkan dahi, bingung.

“Kalau enggak, kita enggak bakal nikah kan? Mas juga enggak bisa dapat perempuan secantik dan sebaik aku.” Entah Naomi sedang kerasukan roh apa sampai berkata demikian.

“Iya, kan, Tasya? Mama cantik, kan?” tanya Naomi sambil menengok ke belakang, meminta afirmasi positif dari sang anak.

Tasya mengangkat kepala dan mengangguk semangat. “Mama sangat cantik. Mama seperti barbie.”

“Indeed!” Naomi kemudian duduk seperti semula, sedangkan Tasya kembali sibuk dengan video cartoon.

“Hmm, thanks for the information.” Boas tertawa tanpa suara ketika ucapannya itu mampu membuat Naomi menatapnya dengan ekor mata. Bombastis, side eyes.

Selang beberapa waktu berlalu dalam keheningan, Naomi pun angkat suara. Perasaannya sudah tidak enak sejak duduk di mobil, you know like something red flow out from you underwear. Shit. Buru-buru, ia mengecek tanggal di ponsel. Umpatan halus lolos dari bibirnya.

“Why?” Boas bertanya.

Naomi menghela napas berat. “Mampir bentar di supermarket, ya, Mas. I need to cover something that's my some days bad.”

Boas tidak bertanya lebih lanjut. Bukan karena tidak mau, hanya saja, melihat wajah Naomi yang pucat dan terlihat seperti orang stress cukup menyadarkan pria itu untuk diam dan ikuti saja kemauan sang isteri jika tidak ingin dicerca.

Mereka berhenti di depan minimarket. Boas, Naomi dan Tasya keluar bersama-sama. Namun, padangan Boas seketika tertuju pada area celana pendek yang dipakai Naomi.

“Are you period, now?”  tanya Boas spontan ketika bercak darah yang tertinggal di sana.

Belum juga Naomi menjawab pertanyaan Boas. Pria itu buru-buru menurunkan Tasya dan melepaskan jaket kulit di tubuhnya, lalu melilitkan pada pinggang Naomi. “Better kalau kamu sama Tasya di mobil aja. Saya yang beli.”

Naomi hanya terdiam mematung sejenak, mencermati semua yang terjadi. Berlama-lama bersama Boas ternyata membuat saraf sensorik perempuan itu melambat.

Just send me the brand you need.” Tambah Boas sebelum berlalu dari hadapan kedua perempuan yang kebingungan.

Oh, Gosh no! Ada apa dengan jantung Naomi yang berdetak kencang, bahkan kini isi perutnya sedang terbang bersama butterfly. Kedua pipi perempuan itu memerah bagai kepiting rebus. Holy cow! Naomi terbawa perasaan. Code blue, it's dangerous.

To be continued

Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)Where stories live. Discover now