🥑 [13A] Sebulan Pertama

310 32 1
                                    

Bab 13 Bagian A:
Sebulan Pertama

••••

Naomi menggeliat dalam tidurnya. Perlahan kelopak mata gadis itu terbuka dan menampilkan netra hitam pekat. Mengedarkan pandangannya ke sekitar, perlahan timbul perasaan aneh dan masih belum terbiasa dengan suasana baru ini. Kamarnya dulu berwarna hijau terang dengan plafon papan biasa berwarna putih dengan lampu murahan, tidak ada jendela besar di samping kamarnya, pun luasnya sangat kecil.

Kamarnya kini, ralat, kamar Boas yang kini mereka tempati bersama begitu mewah untuk ukuran gadis biasa seperti Naomi. Berwarna putih dengan campuran abu-abu, terdapat jendela besar dengan sedikit balkon kecil di depannya sehingga ia bisa melihat pemandangan perumahan di saat malam atau kapanpun. Sungguh, Naomi tidak pernah bermimpi suatu saat dirinya akan merasa tidur di kamar seperti ini.

Naomi bangun dari tidurnya, menyadarkan tubuh pada ranjang sambil mencari-cari keberadaan Boas. Namun, pria itu tidak ada di kursi sofa, ranjang baru pria itu. Jujur, Naomi merasa bersalah karena pria tinggi itu harus tidur di sofa yang ukurannya tidak seberapa itu, pasti badannya sakit.

Naomi menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, lalu turun dari tempat tidur. Niatnya sekarang adalah mandi, lalu membantu bibi di dapur memasak. Naomi tidak bisa hanya berdiam saja di kamar seperti nyonya besar, ia sadar bahwa setidaknya ada sesuatu yang bisa ia lakukan di sini selain makan, dan tidur.

Padahal, Boas sudah mengatakan ia tidak perlu bekerja, atau melakukan pekerjaan rumah lainnya, bahkan ibu mertuanya pun sama. Akan tetapi, Naomi tidak bisa, ia benar-benar tidak biasa jika hanya duduk bersantai saja. Seumur hidupnya, ia sudah dididik oleh Natalia untuk bekerja, membantu memasak, dan melakukan hal rumah lainnya jika tidak ingin diteriaki pemalas  dan main hape terus--dimarahi habis-habisan--setiap hari.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok bertubuh tinggi yang bermandikan keringat. Bisa ditebak dengan jelas kalau Boas baru saja jogging seperti kebiasaannya beberapa hari ini.

“Mau mandi?” tanya Boas seraya duduk di sofa.

“Iya, tapi kalau mas mau mandi duluan, silakan. Hari ini jaga pagi, ya?” tanya Naomi, setidaknya nyawa pasien lebih penting daripada dirinya yang harus mandi.

“Hmm, mau visite pasien sih, sama anak-anak koass. Terus ada operasi jam sembilan.” Boas kemudian meminum air mineral di dalam botol hingga tandas.

Naomi mengangguk paham. Ada kalanya ia bersyukur membaca novel-novel bertemakan kedokteran sehingga setidaknya beberapa kata seperti follow up, visite, CITO, OR, Check up, dan istilah lainnya dipahami gadis itu.

“Operasi apa?" tanya Naomi,  penasaran.

“Operasi biasa, usus buntu,”  jawab Boas santai, seakan-akan melakukan operasi adalah hal biasa. Ya wajar saja, sih. Profesinya memang sebagai dokter spesialis bedah sudah sewajarnya terbiasa dengan pisau bedah, darah, jahitan, dan lainnya.

Naomi mengangguk sambil berjalan ke arah jendela dan menghadap keluar, memperhatikan kondisi rumah di sekitarnya yang memiliki desain yang sama dengan rumah ini.

“Kamu ada waktu enggak? Teman-teman saya mau ketemuan sekalian kenalan sama kamu.” Boas kini sudah berdiri di samping Naomi.

Naomi menoleh. “Harus ya, Mas?” tanya Naomi setengah enggan.

“Terserah kamu, aja. Tapi kalau mas boleh kasih saran, ya, ikut aja, sekalian kenalan sama mereka kita nonton film. Jalan-jalan setelah kamu di rumah aja selama beberapa hari ini.”

Tawaran Boas sangat menggiurkan, kebetulan sekali ia ingin menonton film karya Christoper Nolan berjudul Oppenheimer.

“Okeh, deh.”

Boas memutar badan, hendak pergi setelah mengetahui jawaban Naomi. Senyum tipis muncul di wajahnya.

“Tasya ikut, kan? Biar aku ada temannya.” Naomi kembali bersuara.

Kali ini senyum tipis itu berubah menjadi lebar dan tidak ditutup-tutupi lagi. “Jika mau kamu gitu, saya sangat senang.”

“Bukan buat mas ya, tapi emang si Tasya tuh kesepian tau di rumah terus, berasa jadi rapusel kalau aku jadi Tasya. Aku izin juga, ya, mas, besok-besok kalau mau ke rumah mama bawa Tasya, atau hang out gitu bareng teman-teman.”

“Kenapa minta izin. Kamu kan mamanya.”


To be continued

To be continued

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)Where stories live. Discover now