46 | Jujur Soal Rekaman Penting

1.5K 171 19
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Pagi itu, Romi baru saja akan ke rumah Rumsiah untuk mengantarkan makanan yang sudah dimasak oleh Ibunya. Namun belum sempat ia tiba di pintu rumah Rumsiah, langkahnya langsung terhenti ketika mendengar suara Rumsiah yang tengah mengobrol dengan seseorang di samping rumah. Ia mengintip karena ingin tahu dengan siapa Rumsiah sedang bicara saat itu. Dan saat ia melihatnya, ternyata orang itu adalah Asih.

"Risa akhirnya menangis histeris sekali semalam, Mbah Rumsi. Aku sampai merinding mendengar dia menangis histeris begitu. Entah apa yang disampaikan Nyai Kenanga padanya, sesaat setelah dia tidak sadarkan diri. Intinya, dia bilang bahwa dirinya sakit hati melihat Nyai Kenanga diperlakukan begitu oleh dia. Nah saat ditanya oleh Mei, 'Dia itu siapa? Apakah Mbah Tejo?', Risa langsung mengangguk dan lanjut menangis histeris. Kalau menurut Mbah Kumala, Risa kemungkinan baru saja diperlihatkan oleh Nyai Kenanga soal kejadian terakhir yang menimpanya, sebelum akhirnya meninggal dunia," tutur Asih.

"Ya Allah, Gusti. Kasihan sekali Cah Ayu satu itu. Berat sekali beban dari kelebihan yang dia punya pada kedua matanya. Dia ingin mengungkapkan, tapi jelas tidak bisa mengungkapkan jika belum ada bukti. Meski dia sudah tahu siapa pelaku dan juga apa yang diperbuat oleh si pelaku, tetap saja dia harus menemukan bukti lebih dulu sebelum membeberkan kejahatannya," ujar Rumsiah, terdengar begitu sedih.

Romi yang mendengar semua itu pun langsung teringat dengan bukti rekaman video yang ia ambil diam-diam ketika sedang mencoba mengintip ke dalam kamar Sutejo. Bukti rekaman yang satu itu belum ia perlihatkan pada siapa-siapa, bahkan pada Zulkarnain sekalipun. Sejenak Romi berpikir, jika Risa memang membutuhkan bukti untuk segera membongkar kejahatan Sutejo terhadap Nyai Kenanga, maka apa yang Romi miliki saat itu adalah bukti yang bisa menguatkan semuanya. Pengakuan jelas sudah terucap dari mulut Sutejo dan Juminah. Kedua-duanya jelas bisa dipenjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatan di masa lalu terhadap Nyai Kenanga.

Romi pun membuka ponselnya, lalu segera mengirimkan pesan pada Zulkarnain.

ROMI
Assalamu'alaikum, Zul. Ada waktumu pagi ini? Bisa kamu datang ke rumahku?

Romi segera masuk ke dalam rumah Rumsiah dan meletakkan makanan dari Ibunya di meja makan. Pesan balasan dari Zulkarnain pun masuk tak lama kemudian.

ZUL
Sebenarnya aku harus ke kantor karena ada beberapa hal yang harus aku urus terkait dengan pekerjaan jalan di Desa ini. Tapi kalau memang mendesak, maka aku akan suruh Sekretarisku saja yang tangani pekerjaan itu sementara waktu. Coba katakan, ada apa? Apakah ada yang mendesak?

ROMI
Sangat mendesak, Zul. Aku punya bukti rekaman video berisi pembicaraan antara Mbah Tejo dan Mbah Jum, terkait dengan pembunuhan dan penguburan jasad Nyai Kenanga yang dilakukan oleh Mbah Tejo. Jadi, bisa kamu datang ke sini sekarang juga?

Membaca pesan dari Romi jelas membuat kedua mata Zulkarnain terbelalak. Ia begitu kaget karena Romi mendapatkan bukti yang sangat sulit untuk dipercaya oleh logika.

ZUL
Jangan main-main kamu, Rom! Masa iya kamu bisa mendapatkan bukti rekaman video yang isinya pembicaraan soal bunuh-membunuh dan juga kubur-mengubur secara langsung dari narasumbernya? Jangan bikin aku berharap terlalu banyak, Rom! Bahaya!

ROMI
Aku akan kirimkan padamu berupa rekaman suara lebih dulu. Itu pun aku akan potong tepat di bagian congornya Mbah Jum merepet ke urusan bunuh-membunuh dan kubur-mengubur yang dilakukan oleh Mbah Tejo akibat dia kesal sama Suami tersayang, tercinta, sehidup-senerakanya itu! Tunggu!

Zulkarnain pun mendadak tertawa geli akibat membaca pesan yang Romi kirimkan. Padahal saat itu dirinya sedang merasa tegang, karena Romi baru saja membicarakan soal bukti tentang pembunuhan dan penguburan yang Sutejo lakukan terhadap Nyai Kenanga. Beberapa saat kemudian masuklah pesan suara yang Romi kirimkan. Zulkarnain segera memasang earbuds miliknya dan mulai mendengarkan isi potongan rekaman tersebut.

"Sudahlah, Pak! Dia 'kan sudah mati, sudah sampeyan bunuh dua puluh lima tahun lalu! Mana mungkin dia bisa muncul lagi dan mau membalas membunuh sampeyan? Jasadnya saja sudah sampeyan kubur dalam-dalam di tanah! Masa iya Nyai Kenanga mau bangkit lagi dari tanah tempat sampeyan menguburnya? Tidak masuk akal, Pak! Tidak masuk akal!"

Kedua lutut Zulkarnain pun terasa sangat lemas luar biasa usai mendengar suara Juminah di dalam rekaman itu. Kini dirinya jelas ingin sekali melihat secara langsung bukti rekaman video yang Romi miliki. Untuk itu, ia segera meminta pada Sekretarisnya melalui telepon untuk menggantikannya mengurus pekerjaan jalan Desa. Setelah itu, ia segera menaiki motornya dan melaju menuju ke rumah Romi. Romi terlihat sudah menunggu kedatangan Zulkarnain di halaman rumahnya. Kahlil yang belum berangkat ke sawah bisa melihat kedatangan Zulkarnain ke rumah Romi. Romi juga tampaknya langsung menyambut Zulkarnain, seakan ada hal penting yang akan disampaikan olehnya. Hal itu jelas membuat Kahlil merasa penasaran dan mendekat diam-diam ke arah pagar pembatas rumahnya dan rumah Romi.

Zulkarnain kini sedang menyaksikan video rekaman yang Romi punya di ponselnya. Wajah Sutejo dan Juminah terlihat sangat jelas dalam video itu. Suara mereka juga sangat jernih terdengar, karena tak ada suara lain yang masuk ketika video itu sedang direkam.

"Bagaimana? Kamu sudah percaya sekarang padaku? Hm?" tanya Romi, setengah naik darah pada Zulkarnain.

"Iya ... iya ... aku percaya padamu sekarang soal itu. Aku percaya bahwa kamu berhasil mendapatkan yang paling penting di dalam hal yang sedang kita tangani. Kalau begitu, aku akan menghubungi Risa agar dia bisa segera datang ke sini," ujar Zulkarnain, sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

"Yakin mau dipanggil ke sini? Enggak kita berdua saja yang ke rumahnya?" Romi memberikan opsi.

"Enggak usah. Ini masih pagi, dan mungkin calon Istriku belum sempat mandi. Jadi aku enggak akan membiarkan dia merasa malu dipagi hari yang cerah ini hanya karena aku dan kamu bertamu ke rumah Nyai Kenanga pagi-pagi buta," jelas Zulkarnain.

"Hm, iya ... iya ... yang lagi bucin! Segitu takutnya kamu kalau cantiknya calon Istrimu dilihat oleh orang lain, hah? Bilang saja to the point, tidak usah banyak alasan!" sembur Romi.

Zulkarnain terkekeh pelan, lalu benar-benar menelepon Risa untuk memintanya datang ke rumah Romi. Kahlil mendengar soal akan datangnya Risa ke rumah Romi. Ia pun langsung membatalkan niatnya pergi ke sawah, lalu segera meninggalkan halaman rumah untuk menuju ke suatu tempat.

"Hari ini juga akan kubuat Risa menjadi milikku selama-lamanya! Dia tidak akan menjadi milik laki-laki lain selain aku! Aku akan membuatnya tidak punya jalan untuk menolak. Dia hanya akan memiliki satu jalan, yaitu menerimaku sebagai orang yang akan menikahinya!" batin Kahlil, penuh ambisi.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now