B a g i a n 1 5

178 37 22
                                    

Hai!

Lagi sekolah atau kerja semangat terus yaw^^





"Bisa bantu Kakek, cucuku?"

Kalinga yang hendak memejamkan matanya lelah di sofa ruang tamu, sontak saja membuka matanya.

"Kakek tau, kan aku gak pernah bisa nolak permintaan Kakek?"

Sang Kakek terkekeh. Umurnya yang sudah tidak muda lagi itu duduk di depan sang cucu. Diumurnya yang akan menginjak 65 tahun, ia tidak menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Cukup terlihat sehat dan masih bugar.

"Walau nanti Kakek akan meminta sesuatu yang sangat penting bagimu?" tanya Hardi memastikan.

Kalinga melipat kedua tangan di depan dada dengan kaki kanannya terangkat menumpu kaki kiri. "Tentu saja," balasnya tanpa berpikir dua kali.

"Cucu yang baik." Hardi mengulurkan tangannya kepada bodyguard pribadi yang senantiasa berdiri tegap disebelahnya itu. Pria berkepala botak tersebut memberikan map kertas berwarna merah muda kepada Hardi.

"Sekarang Kakek punya tugas untukmu," ucap Hardi meletakan map itu dimeja kayu yang tidak beralaskan apa pun.

Kening Kalinga mengernyit heran ketika membaca kata perkata di dalam kertas tersebut. Terdapat foto seorang pria menggunakan jas hitam dengan gaya sangat tegas. Aura wibawa nya sangat pekat dalam foto tersebut.

"Bukannya dia kepercayaan Kakek selama 15 tahun mengurus perusahaan Kakek yang berada di Amerika?"

Hardi berdehem. Meminum teh hangat yang baru saja disajikan oleh sang istirnya-Nenek Kalinga yang bernama Aninda.

"Jadi ... Dia yang buat perusahaan Kakek yang satu ini bangkrut dan gulung tikar?" Kalinga memejamkan matanya saat Aninda mengelus rambutnya penuh sayang. Cucunya yang selalu membuat Aninda kepikiran setiap hari, apakah cucunya ini sudah makan? Apa ia baik-baik saja? Jika sakit siapa yang akan mengurusnya di apartemen? Apa hubungan dengan kedua orang tuanya semakin memburuk?

Sering sekali Aninda meminta Kalinga untuk tinggal disini saja. Tetapi cowok itu enggan dan memilih untuk tinggal di apartemen saja. Pergi ke rumah orang tua nya saja hanya untuk mengambil sesuatu. Hardi memblokir akses kedua orang tua Kalinga mengunjungi apartemen cucunya. Ia tidak ingin Kalinga menelan kekecewaan lagi yang sudah Kalinga tanam sejak masih kecil.

"Kakekmu itu sudah Nenek beri tahu jangan terlalu percaya pada orang asing. Dia tetap tidak mendengarkan Nenekmu ini." Aninda memposisikan duduknya disebelah Kalinga. Wanita tua itu masih terlihat anggun dengan dress batik berwarna cokelat tua. " Sepertinya dia akan menjadi gelandangan jika tidak bekerja ditempat, Har."

Hardi terdiam. Mengelak pernyataan istrinya itu pun tidak ada gunanya sama sekali. Karena itu memang benar adanya. Pria yang telah mengabdi perusahaannya selama 15 tahun itu telah mengecewakan dirinya saat ini. Ketika anak buahnya mengatakan jika perusahaan dirinya di Amerika bangkrut akibat kelalaian pria itu, membuat Hardi syok dan pingsan. Memang perusahaan nya bukan hanya satu atau dua, tapi kepercayaan yang Hardi bangunlah kepada pria asli bandung itu berhasil menurunkan kepercayaan pada orang asing.

"Tugasku hanya membunuhnya saja, kan?" Suara cucunya menarik Hardi pada lamunannya. Pria tua tersebut mengangguk dan tersenyum lebar pada Kalinga. Senyuman yang menyiratkan bahwa Hardi mempercayai tugas ini kepada Kalinga 100%

Kalinga tersenyum sangat lebar juga matanya yang melotot bahagia. Cowok itu segera pergi tanpa berpamitan pada Kakek-Neneknya. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Kalinga jika akan melakukan suatu hal yang menyenangkan dan mampu merilekskan pikiran.

Kalinga [Bad Boyfriend]Where stories live. Discover now