B a g i a n 1 2

217 41 34
                                    

Akhir-akhir ini aku sering bersin-bersin abis itu pilek air. Itu kenapa ya, apa aku alergi gitu. Soalnya kayak tiap pagi, siang, atau malem gtu terus. Biasanya kalau sakit gak pernah sampai segitunya, sehari juga sembuh😪🤧

Sekian dari aku curhatnya. Cus langsung saja⏬






















"Gue gak mau nikah sama lo!"

Sekarang, Awang dan juga kekasihnya-Debby sedang berada di rumah perempuan itu. Di dalam banyak sekali perempuan yang mundar-mandir kesana-kemari akibat sibuk menyiapkan acara tunangan majikannya. Acaranya sangat mewah, bahkan seperti akan menikah saja. Semua itu atas permintaan ibu Debby ditambah kedua orang tua Awang yang memang sangat kaya.

Awalnya, kedua orang tua Awang sempat mendiamkan anaknya itu karena pernyataan kehamilan Debby yang membuat mereka syok bukan main. Ditambah ibu Debby tiba-tiba datang ke rumah megah mereka meminta pertanggung jawaban. Ibu Debby itu licik. Setelah Awang berkata ingin bertanggung jawab meskipun bukan ayah dari anak tersebut, tentu saja wanita itu memanfaatkan situasi ini.

Jika mereka berdua menikah, otomatis keluarganya tidak akan kekurangan uang lagi. Hidupnya pasti akan mewah dan anak semata wayangnya akan hidup bahagia.

Awang menarik tangan Debby masuk ke dalam kamarnya. Sorot matanya menatap penuh kelembutan berbeda dengan kekasihnya yang malah menatapnya tajam dan penuh kebencian.

"Tapi kenapa?" tanya Awang santai. Tidak memusingkan atas penolakan Debby itu. "Lagian besok kita tunangan bukan menikah."

Debby memutar bola matanya malas. "Cepat atau lambat kita bakalan nikah, Wang!" bentaknya keras. Mengacak rambutnya itu frustasi.

"Deb dengerin gue." Awang yang biasanya tengil, jika di hadapan Debby sifatnya berubah 100%. Aura kedewasaannya menguar begitu saja.

Cowok itu memegang kedua bahu Debby erat. Tatapannya sangat dalam, tidak ada kekesalan di dalam netra hitam pekat tersebut.

"Kalinga udah bantuin gue. Dia bantuin kita buat selalu bersama-sama kayak sekarang. Gue gak mau bikin dia kecewa. Elang-"

"Tapi gue gak minta dibantuin sama dia!"

Awang membuang nafas. Pegangan di bahu Debby perlahan menguat.

"Gue yang minta bantuan dia." Awang tersenyum lebar saat melihat Debby terdiam. Cowok manis itu mengelus rambut sebahu kekasihnya penuh sayang.

"Lo ...." Ucapan Debby tergantung. Ia mendongak, menyingkirkan tangan Awang yang mengelus rambutnya. "Dan gang gak jelas Lo itu udah bikin Elang masuk rumah sakit tau gak!" Nafasnya naik-turun ribut. Bukan, bukan ia tidak mau menikah dengan Awang. Tetapi dirinya merasa tidak pantas menikah dengan kekasihnya ini. Kandungan di dalam perutnya, bukan anak Awang melainkan anak Elang-musuh dari kekasihnya tersebut. Ia merasa sangat tidak pantas bersanding disebelah cowok manis ini dan juga ibunya yang tanpa tahu malu mengaku-ngaku jika dirinya dan Awang telah melakukan kesalahan yang fatal, pada akhirnya ibunya menang. Bisa memiliki menantu kaya raya yang selama ini ia idamkan.

Awang tidak kenal lelah jika harus berada argumen seperti ini bersama Debby. Dirinya sudah terbiasa semenjak mereka berdua resmi berpacaran. Jadi, cowok itu selalu menanggapinya dengan santai dengan kepala dingin agar di kemudian hari ia tidak menyesal.

"Iya, iya maafin temen-temen gue ya," ucapnya pelan. Tertawa pelan hingga menampilkan lesung pipinya.

Debby memutar bola matanya jengah. "Kenapa Lo harus tanggung jawab sih, Wang? Anak ini bukan anak Lo. Padahal gue bisa kok aborsi dia biar dia mati."

Kalinga [Bad Boyfriend]Where stories live. Discover now