38 | Membujuk Nyai Kenanga

1.6K 177 0
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

BRAAKKKK!!!

Tubuh Sutejo terbanting begitu kuat ke dinding. Kedua kaki laki-laki tua itu melayang jauh dari lantai. Lehernya tampak tercekik oleh sesuatu, namun sesuatu yang mencekiknya tak bisa dilihat oleh siapa pun. Hanya Risa yang bisa melihat, bahwa saat itu sosok Nyai Kenanga sendiri yang tengah mencekik Sutejo tanpa menyentuhnya sama sekali.

"Nyai, hentikan! Nyai!" pinta Risa.

BRAAKKKK!!! BRAAKKKK!!! BUGHHH!!! BRAAKKKK!!!

Tubuh Sutejo kembali terbanting ke sana kemari hingga tampak begitu lemas. Dandi meraih Risa agar tidak mendekat, karena takut kalau Risa akan terkena imbas ketika tubuh Sutejo tengah dibanting-banting oleh Nyai Kenanga.

"Nyai Kenanga berhenti! Membalas dendam dengan cara seperti ini hanya akan membuatmu semakin tidak bisa tenang, Nyai! Aku mohon berhenti!" Risa terus memohon.

Sayangnya, sosok Nyai Kenanga saat itu sudah sangat marah pada Sutejo yang masih saja berani berulah. Kemarahannya bertambah ketika Sutejo dengan jahatnya mencoba memfitnah Risa seperti yang pernah dia lakukan sejak dua puluh lima tahun lalu terhadap diri Nyai Kenanga. Ia merasa tidak bisa terima dengan apa yang Sutejo lakukan pada Risa, sehingga ketika Zulkarnain meminta padanya untuk mengutuk lebih parah atau menghukum Sutejo, ia pun langsung memenuhinya tanpa berlama-lama.

BRAAKKKK!!! BRAAKKKK!!! BUGHHH!!! BRAAKKKK!!!

Sutejo kembali tercekik di dinding, kali ini laki-laki tua itu melekat pada dinding dekat dapur. Meilani dan Zulkarnain meringis ngilu saat melihat bagaimana Sutejo disiksa habis-habisan oleh Nyai Kenanga. Dandi masih berusaha menenangkan Risa, Panji dan Kumala pun ikut turun tangan agar Risa tidak terus meronta-ronta ingin melepaskan diri.

"Sudah, Nak. Biarkan saja kalau Nyai Kenanga memang sedang menghukumnya. Dia pantas menerima hukuman itu setelah berani memfitnah kamu," bujuk Kumala.

"Itu benar, Nak. Biarkan saja. Kalau dia tidak dihukum, maka dia tidak akan pernah berhenti mencoba untuk membuat nama baikmu tercemar," tambah Panji.

"Masalahnya tidak semudah itu," ujar Risa, mulai menangis. "Jika Nyai Kenanga sampai meluapkan kemarahannya yang tersimpan selama ini terhadap Mbah tua itu, lalu tidak sengaja Mbah tua itu terbunuh, maka Nyai Kenanga tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari apa yang sudah menjebaknya selama ini. Meski kita menemukan di mana jasadnya terkubur, dia akan tetap ada di rumah ini dan menjelma menjadi arwah penasaran yang penuh dendam. Dia tidak akan lagi menjadi seperti sosoknya yang sekarang. Dia tidak akan lagi bisa tersenyum cantik seperti yang aku lihat sejak pertama kali. Kalian tidak paham itu, jadi lepaskan aku!"

Risa benar-benar memberontak hebat hingga benar-benar terlepas dari dekapan Dandi. Wanita itu berlari ke arah dinding dekat dapur dan langsung bersimpuh di dekat sosok Nyai Kenanga.

"Nyai, lepaskan dia. Jangan begini, Nyai. Jangan buat apa yang aku perjuangkan untukmu menjadi sia-sia. Aku ingin Nyai terlepas dari sini dan tidak lagi terjebak. Jadi aku mohon jangan berbuat hal yang akan mengubahmu, Nyai. Jangan menjadikan hatimu seburuk hati dia hanya karena dendam, Nyai. Biarkan dia saja hatinya yang buruk sampai mati. Aku mohon, Nyai, bersabarlah sebentar lagi. Lepaskan dia, Nyai. Lepaskan dia," mohon Risa, benar-benar menangis hebat di tempatnya.

Sosok Nyai Kenanga yang tadinya hampir membunuh Sutejo pun mendadak luluh. Tubuh Sutejo dibiarkan ambruk ke lantai begitu saja dan kemudian tak sadarkan diri. Nyai Kenanga menatap lama ke arah Risa dan tidak menghilang dengan cepat seperti biasanya. Ia ingin melihat Risa berhenti menangis lebih dulu sebelum kembali bersembunyi. Sayangnya, Risa menangis lebih lama karena tidak sanggup menahan perasaan takutnya akibat serangan yang Nyai Kenanga lakukan pada Sutejo. Rasa takut itu adalah bentuk dari rasa sayangnya untuk Nyai Kenanga dan keinginan untuk membebaskannya.

"Maaf, Nyai. Maaf karena aku mendadak setakut ini atas tindakanmu. Aku sudah sering melihat arwah-arwah lain yang tidak bisa lepas dari tempatnya terjebak, akibat membalaskan dendam pada orang yang ditujunya. Meski aku membantu agar dia bisa melepaskan diri dengan cara menemukan tempat di mana jasadnya terkubur, hal itu sama sekali tidak ada gunanya, Nyai. Dan aku tidak mau hal itu terjadi padamu, Nyai. Aku sungguh tidak mau itu terjadi padamu," ungkap Risa, sambil berulang kali menyeka airmatanya.

Zulkarnain menundukkan kepalanya saat mendengar yang tengah Risa ungkapkan saat itu. Nyai Kenanga mungkin masih ada di hadapan Risa, sehingga wanita itu masih juga tetap berada di posisinya.

"Sosok Nyai yang aku lihat adalah sosok pertama yang begitu murni sebagai arwah yang terjebak. Nyai sudah begitu sabar menunggu selama ini agar ada seseorang yang menemukan Nyai dan membantu agar Nyai bisa benar-benar bebas. Jadi tolong jangan rusak hal itu, Nyai. Biar aku yang hadapi semuanya untuk membantumu. Aku tidak peduli kalau mulut laki-laki tua itu akan melukai hatiku atau merusak nama baikku. Aku hanya peduli satu hal, yaitu ingin menemukan di mana Nyai berada saat ini. Aku tahu kalau Nyai tidak akan bisa memberi tahu secara langsung di mana keberadaan Nyai sebenarnya, karena itu akan membuat Nyai tetap saja terjebak dan tidak bebas. Jadi biarkan aku yang menyelesaikan semuanya, Nyai. Kalau pun Nyai ingin membalas dendam, biarkan Allah saja yang membalasnya. Percayakan padaku, Nyai, seperti bagaimana Nyai mempercayakan padaku ingatan-ingatan lama milikmu melalui aroma bunga mawar putih di taman belakang sana."

Sosok Nyai Kenanga pun akhirnya menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia setuju dengan apa yang Risa inginkan. Sosok itu kembali menoleh ke arah Sutejo yang masih tidak sadarkan diri. Ia segera membuat Sutejo melupakan apa yang sudah terjadi dan melupakan apa pun yang dia dengar ketika Risa sedang memohon padanya. Lalu dalam sekejap, Nyai Kenanga pun sudah memindahkan tubuh Sutejo dari rumah itu ke tempat seharusnya laki-laki tua itu berada. Sosok Nyai Kenanga pun pergi dan kembali bersembunyi di tempat favoritnya. Risa kemudian bangkit dari lantai dan menatap ke arah Zulkarnain.

"Lain kali tolong jaga mulutmu, Zul. Aku paham bahwa kamu merasa marah pada Mbah tua itu, tapi kamu juga tidak boleh sembarangan meminta pada Nyai Kenanga. Jika Nyai Kenanga lepas kendali seperti tadi dan Mbah tua itu terbunuh, maka tidak ada gunanya aku berada di sini. Paham kamu?" tanya Risa.

Zulkarnain pun menganggukkan kepalanya, tanpa berani mengeluarkan suara. Risa mendekat pada Meilani dan mengambil ponsel milik Zulkarnain yang masih dipegangnya saat itu. Kumala mendekat dan merangkulnya dengan lembut. Kedua wanita itu pun melihat video yang ada pada ponsel tersebut, dan tatapan Risa kembali tertuju pada Zulkarnain.

"Kamu yang merekam video ini?" tanya Risa.

"Bukan. Romi yang merekamnya. Dia yang mengikuti Mbah Tejo semalam, gara-gara curiga dengan gerak-geriknya," jawab Zulkarnain.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now