37 | Sutejo Berulah

1.7K 190 8
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Risa kembali ke halaman belakang dan menyerahkan kertas serta pensil ke tangan Panji. Ia kemudian duduk bersimpuh di samping kursi teras tempat Panji duduk. Kumala mendekat pada mereka dan ikut duduk pada kursi satunya lagi.

"Teh buatanmu ini enak, Nak. Mbah dan Mbah Kakungmu dari tadi tidak bisa berhenti minum. Rasanya tidak terlalu manis dan ada aroma rempahnya yang sangat khas," puji Kumala.

"Nanti akan aku buatkan lagi jika Mbah Putri masih mau," ujar Risa.

"Kami berdua lebih ingin kamu memasak lagi seperti tadi pagi. Masakanmu enak sekali, sampai-sampai Mbah menambah dua kali," ujar Panji, yang kemudian tertawa begitu senang.

Sosok Nyai Kenanga terus memperhatikan mereka di halaman belakang rumah itu. Ia tersenyum tanpa henti karena ikut merasa bahagia saat tahu kalau Panji bisa melanjutkan hidup meski tidak seperti yang diharapkan, dulu. Ia senang karena di sisi Panji ada Kumala yang bersedia menemaninya, meskipun Panji jelas sangat bersusah payah untuk bangkit setelah kehilangan harapannya atas diri Nyai Kenanga. Kini, ia juga senang karena mereka tidak ragu-ragu mendekat pada Risa dan jelas akan memberikan restu pada Dandi setelah tahu kalau Dandi menaruh hati pada wanita itu.

Keadaan benar-benar sangat tenang saat itu, sampai akhirnya suara pagar depan yang terbanting terdengar begitu keras memecahkan semua ketenangan dan menggantinya dengan rasa was-was dalam benak semua orang. Meilani yang sedang mengerjakan berkas bersama Dandi di ruang tamu pun langsung terlonjak kaget dari kursi. Dandi juga tampak begitu gusar saat mendengar suara sekeras itu dari jarak yang sangat dekat.

"Hei perempuan sialan!!! Keluar kamu dan hadapi aku!!!" panggil Sutejo, yang tentunya tertuju untuk Risa.

Kumala memegangi dadanya yang berdebar begitu keras, sementara Panji segera menenangkannya. Risa pun berlari ke depan secepat mungkin dan mendahului langkah Dandi serta Meilani, padahal mereka berdua hampir keluar dari pintu rumah yang terbuka lebar. Sutejo tampak berkacak pinggang sambil menatap marah ke arah Risa.

"Ada apa, Mbah Tejo? Kenapa Mbah Tejo mendadak datang ke sini tanpa permisi, membanting pagar rumah ini, dan berteriak-teriak seperti orang gila? Ada apa? Cepat katakan," pinta Risa, tetap berusaha bicara sesopan mungkin meski dengan nada lebih tegas.

Sutejo pun menatap tajam sambil menunjuk ke arah wajah Risa. Dandi tidak terima dengan perlakuan itu, dan langsung menghalangi Risa dengan punggungnya.

"Kamu pasti titisannya Nyai Kenanga, 'kan??? Kamu pasti juga salah satu penganut ilmu hitam, 'kan??? Pasti teror-teror yang terjadi padaku sampai aku terkena penyakit kulit ini adalah karena ulahmu!!! Kamu itu tukang santet!!! Dasar perempuan hina!!!" umpat Sutejo.

"TUTUP MULUTMU SUTEJO!!!" teriak Panji, dengan wajah penuh amarah.

Kedua mata Sutejo mendadak membola saat melihat siapa pria yang membentaknya barusan. Panji memberi tanda pada Dandi, agar tetap bersama dengan Risa. Kumala kini berdiri bersama Meilani dan menghalangi tatapan Sutejo ke arah Risa seperti yang Dandi lakukan. Dandi membawa Risa ke dalam dekapannya dengan sangat lembut.

"Mas," bisik Risa, merasa tak enak pada Kumala dan Panji jika sampai melihat yang tengah Dandi lakukan terhadapnya.

"Tenang, ya, Dek. Jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh laki-laki tua itu. Jangan dengarkan. Biarkan Mbah Kakungku yang menghadapinya," bisik Dandi, berusaha memberi kekuatan pada Risa agar mental dan perasaannya tidak berantakan.

Panji berkacak pinggang sambil menatap tajam ke arah Sutejo.

"Berani-beraninya kamu datang ke rumah Kenanga dengan cara tidak sopan!!! Berani-beraninya juga kamu memaki-maki dan menuduh yang tidak-tidak pada Cucuku!!! Kurang ajar, kamu!!! Dasar tukang fitnah!!!" Panji benar-benar meluapkan amarahnya.

Panji tidak bisa menerima saat Sutejo menuduh Risa sebagai penganut ilmu Hitam, seperti yang pernah dia tuduhkan terhadap Nyai Kenanga. Wajah Sutejo memucat luar biasa saat mendengar pernyataan dari Panji, bahwa Risa adalah cucunya. Panji berpikir dan berucap begitu agar Sutejo bisa cepat pergi dari rumah Nyai Kenanga. Jika Sutejo tahu bahwa Risa adalah cucunya, maka mungkin Sutejo tidak akan lagi mencari-cari masalah. Itulah yang Panji pikirkan.

Sutejo jelas mulai merasa takut kalau pada akhirnya dirinyalah yang akan tersudut hari itu, karena sudah jelas tidak ada satu orang pun yang tampak ingin membelanya. Namun Sutejo tetaplah sosok yang sama sombongnya seperti dulu. Dia jelas tidak mau kehilangan muka dan harga diri di hadapan Panji.

"Betul-betul tidak punya hati, sampeyan! Atas dasar apa sehingga sampeyan menuduh Cucu kami dengan tuduhan keji begitu? Apa salahnya Cucu kami kepada sampeyan? Teganya memfitnah seenak hati! Apa sampeyan tidak punya anak perempuan, hah? Merasa senang, kalau ada yang memfitnah anak perempuan sampeyan?" tanya Kumala, tak kalah emosi dari Panji ketika menghadapi Sutejo.

Zulkarnain berlari dari kantornya, saat ada salah satu warga yang memberi tahu bahwa Sutejo sedang mencari perkara terhadap Risa di rumah Nyai Kenanga. Ia jelas merasa sangat ingin meluapkan amarahnya saat itu juga, karena tadi ia sudah melihat bahwa Sutejo semalam berusaha masuk ke wilayah rumah milik Nyai Kenanga tanpa izin. Zulkarnain pun tiba di sana dengan wajah yang sama marahnya seperti Panji dan Kumala. Meilani agak sedikit kaget karena kedatangan Zulkarnain yang begitu tiba-tiba dan sudah memasang wajah semarah itu.

"Sebaiknya anda pergi dari sini sekarang juga, atau aku akan membuat Anda mendekam di penjara! Aku tidak main-main!" tegas Zulkarnain.

Kedua mata Sutejo pun membola akibat melihat bahwa Kepala Desa pun ikut membela Risa, seperti yang dilakukan oleh Panji dan Kumala.

"Hah! Atas alasan apa kamu mau memenjarakan aku? Karena aku menuduh perempuan hina yang ternyata adalah Cucunya Panji, mantan kekasih Nyai Kenanga yang sama hinanya seperti Cucunya itu? Iya? Benar begitu?" Sutejo memutuskan untuk tidak membiarkan dirinya dikalahkan.

"JANGAN BICARA KURANG AJAR TENTANG KENANGA ATAUPUN CUCUKU, SUTEJO!!! AKU TIDAK MAIN-MAIN DAN TIDAK AKAN MELEPASKAN KAMU JIKA BERANI SEKALI LAGI BICARA KURANG AJAR TENTANG KEDUA-DUANYA!!!" ancam Panji.

"Kamu pikir aku takut, hah??? Kamu pikir aku ...."

"Nyai Kenanga! Kutuk saja dia dengan kutukan yang lebih berat daripada kutukanmu semalam terhadapnya!" pinta Zulkarnain secara tiba-tiba.

Semua orang pun langsung terdiam di tempat masing-masing, termasuk Sutejo. Zulkarnain memberikan ponselnya pada Meilani, agar Meilani bisa melihat video yang dikirimkan oleh Romi kepadanya.

"Setelah semalam dia masuk ke rumahmu ini tanpa izin dan menerima kutukanmu disekujur tubuhnya, sekarang dia kembali berulah dan mencoba membuat Risa terlihat buruk dimata orang lain, Nyai! Kutuk saja dia separah mungkin! Atau beri dia hukuman yang setimpal atas ucapan buruknya terhadap Risa!" lanjut Zulkarnain.

Dalam sekejap, tubuh Sutejo seperti ditarik oleh sesuatu yang membuatnya terbawa masuk ke dalam rumah milik Nyai Kenanga. Hal itu jelas membuat semua orang terkejut bukan main, sementara Risa bisa melihat apa yang sedang menimpa Sutejo saat itu.

"Nyai Kenanga! Jangan! Hentikan, Nyai!" serunya, sambil berlari ke dalam rumah dari dekapan Dandi.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now