1. Dia Siapa?

7 0 0
                                    

"Sarapan, Le!"

Bau khas nasi goreng pete kesukaan Ale menyebar ke setiap jengkal sudut rumah.

"IYAA UMI, BENTAR!" balas Ale setengah berteriak mengalahkan berisik ikan asin yang sedang dicelupkan ke dalam minyak panas.

Ale mengecek jam dinding di sudut kamarnya-yang terlihat mengerikan untuk ukuran seorang gadis. Sial, ia ketiduran selepas sholat subuh.

Seorang laki-laki yang mengenakan setelan jas dengan celana yang senada mendobrak pintu kamarnya.

"ASTAGHFIRULLAH GUSTI!" Tampaknya Rayyanza Al-Fatichi atau sering dipanggil Mas Aryan oleh adiknya itu terkejut melihat bagaimana kacaunya kamar Ale.

"Lo cewek apa siluman monyet, sih?" Aryan menggeleng tak percaya. "Masih bagusan kandang kambing gue, Le. Suwer dah."

"Berisik!" Ale mendorong Aryan keluar.

Aryan menghela nafas ketika pintu kamar ditutup dengan kasar oleh Ale. "Jangan lama-lama! Keburu gue abisin nasi gorengnya."

"SAMPE LO ABISIN GUE MUTILASI KAMBING LO!" teriak Ale dari dalam kamar.

Aryan dan Ale adalah sepasang manusia yang pagi-pagi sudah ribut.

Setelah memakai kardigan merah marun, merapikan kerudung segitiga putih dan mencangklong tas kuning cerah miliknya Ale turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama Umi dan Aryan.

"Walah, anak wedok mau berangkat sekolah." ledek Aryan yang sedang mengambil kerupuk kulit dari dalam toples.

"Berisik lo, Mas."

Ale menarik kursi lalu duduk. Meraih piring serta sendok dan mengambil nasi goreng pete secukupnya.

"Mas mau kemana tumben rapi gini?"

"Yeh, bukannya Mas selalu rapi ya?"

"Enggak. Maksudnya tumben pake jas."

Aryan tersenyum lebar. "Ada proyek bareng Richelle."

Ale mengerutkan kening. "Richelle yang kakaknya Rayya?"

"Ho'oh tenan."

Umi datang dengan membawa piring penuh dengan ikan asin goreng.

"Itu si Aryan sekalian modus, Le. Naksir."

"OALAAAHH... " Ale tertawa. "Kalo ditolak kasih tau gue ya."

"Resek!" balas Aryan sambil merenggut.

Setelah selesai sarapan, Ale dan Aryan masing-masing sibuk dengan urusan mereka sendiri. Ale yang sibuk menyikat sepatu hitamnya lalu Aryan yang merapikan rambut dan menyiapkan berkas-berkas penting.

"Mandiri. Berangkat sekolah jalan sendiri." cetus Aryan.

"Hmm."

"Jangan jajan aneh-aneh. Perut lo lembek."

"Ho'oh."

"Kalo jamnya pulang langsung pulang."

"Iyeee."

"Jangan malu-maluin nama gue."

"Njih, Paduka. Yaudah ah, Ale berangkat. Assalamualaikum!"

"Waalaikumussalam hati-hati!"

**

Ale tercengang melihat gedung-gedung menjulang tinggi milik salah satu sekolah elit di Jakarta. Black Navarra High School. Singkatannya SMA Blavarra. Katanya sih, banyak anak pejabat dan orang-orang berpengaruh di Indonesia yang sekolah di sini.

Gadis itu melangkah maju ke dalam halaman depan Blavarra yang tentunya luas. Menengok sisi kanan dan kiri yang asing baginya. Spanduk dan banner dengan logo Hyena hitam dengan sepasang sayap dipasang di mana-mana. Kain yang digantung bebas di sekitar gedung dengan tulisan 'Juara Itu Keren' sepertinya merujuk pada tim basket putra yang minggu lalu membawa pulang piala.

Sekolah ini benar-benar luar biasa.

Pikirannya penuh dengan spekulasi-spekulasi berapa banyak penghargaan yang diraih Blavarra dalam setahun ini sebelum tiga perempuan-hanya mereka yang Ale kenal di Blavarra saat ini.

"Duh, pagi-pagi udah cantik banget, Neng. Bagi dong sisa-sisa kecantikannya."

Itu Laudya Marshanda atau Misha saja boleh. Si wing spiker-nya tim voli putri yang kelakuannya naudzubillah bikin ngelus dodo. Misha adalah tipe perempuan yang sisi kanan dan kiri kerudungnya dilipat kebelakang.

"Sisa kecantikan bapak lo."

Yang ceplas-ceplos itu adalah Rayya Juong Hakeem. Adik dari Richelle yang tadi pagi Aryan dan Ale sebut-sebut. Rayya termasuk orang yang jutek dan judes kalau kalian belum kenal dekat.

"Hush! Masih pagi."

Si kalem anak teladan itu namanya Nisa Shakila Kiran. Anak kalem kesayangan guru-guru, deh. Kiran adalah yang paling pendiam diantara mereka.

Skip perkenalannya. Yang pasti Misha, Rayya dan Kiran adalah tiga teman kesayangan Ale.

Keempatnya berjalan beriringan. Lorong-lorong di gedung utama rasanya sesak. Sesak oleh banyaknya siswa-siswi yang memiliki ambisi tinggi.

Baru saja menghela nafas, desakan siswa maupun siswi yang berbondong-bondong menengok ke arah parkiran membuat Ale menggeram.

"Kenapa, sih?" tanyanya pada Rayya.

"Biasa. Anak White Jaguar pada dateng."

"White Jaguar?"

"Pentolannya Jakarta anjir! Geng motor, Le!" balas Misha.

Ale tampak heran. "Siapa, sih?"

Misha tertawa. "Gini nih anak no life."

Misha menggandeng tangan Ale untuk melihat cowok-cowok White Jaguar yang baru saja selesai memarkirkan motor mereka. Kerumunan mulai rusuh.

"Gue kenalin satu-satu ya. Yang rambutnya pirang, pipinya rada-rada merah itu namanya Kei Alexandre. Ketuanya. Yang ganteng, pake headphones itu Ricko Aldiandra. Crush gue bos! Yang tampang jamet punya luka di sudut bibir itu Zayyan Al-Barra. Sebelahnya Zayyan, rambut keriting matanya biru namanya Achilles Gallen Eleuther. Terus, satu-satunya yang nggak pake jaket itu- "

"Si berandal udah gede ternyata." potong Ale.

Misha terkekeh. "Kenzo si ketua Osis. Rayya wakilnya." Lalu jemarinya menunjuk laki-laki terakhir. "Itu Arka. Arkana Dwisangga Prasodjo. Pentolannya Blavarra. Peringkat satu paralel. Julukannya 'Prince Charming without a Princess' karna dia jomblo abadi dari brojol sampe sekarang."

Ale mengenali laki-laki itu.

"Dia itu cowok paling sempurna yang pernah gue temuin selama gue hidup." gumam Misha.

"Hah? Apa yang spesial dari dia? Keliatannya emang pinter sih, tapi keliatan sok cool kulkas 50 pintu gitu."

"Dia kayak cowok fiksi yang nyata, Le! Ngawur aja lo. He's every girls dream. Gue jamin lo klepek-klepek kalo kenal dia."

Dua detik setelah Misha mengatakan itu Ale terlihat serius.

Mata keduanya tak sengaja bertatap temu.

.

bersambung

.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Sep 24, 2023 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

365 DaysHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin