28 | Meminta Dipertemukan

1.7K 189 6
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Dandi pun memperlihatkan foto Nyai Kenanga dan juga foto Risa yang ada pada ponselnya. Panji dan Kumala tekejut bukan main saat melihat wajah Risa yang benar-benar tidak ada bedanya dengan wajah Nyai Kenanga. Mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa pada saat itu dan Dandi jelas paham bahwa sebaiknya ia segera melanjutkan ceritanya.

"Risa juga suka dengan bunga mawar putih. Dia menghirup aroma bunga itu di halaman belakang rumah sambil memejamkan kedua matanya di taman tersebut. Aku mengambil foto Risa saat dia sedang mencium aroma bunga mawar tersebut. Dan ...." Dandi pun memperlihatkan hasil foto pada ponselnya sambil memperbesar foto itu perlahan-lahan.

Panji dan Kumala pun kembali tak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka saat melihat sosok Nyai Kenanga yang tadi ditemukan oleh Zulkarnain.

"Karena itulah akhirnya aku benar-benar tidak meragukan lagi apa yang bisa Risa lihat dengan kedua matanya," lanjut Dandi.

"Ya Allah ... Kenanga ...." lirih Panji, sambil memegangi dadanya yang berdebar cukup keras.

Kumala dan Dandi segera mendekat pada Panji untuk memeriksa keadaannya.

"Mbah, tarik nafas pelan-pelan. Jangan terlalu stress," saran Dandi.

Panji menatap ke arah Dandi dan tampak begitu ingin mengungkapkan sesuatu.

"Di--di mana dia tinggal? Risa ... di mana dia tinggal? Bisakah Mbah bertemu dengan dia?" tanya Panji, penuh harap.

Dandi menatap ke arah Kumala dan begitu takut kalau sampai Mbah Putrinya itu akan merasa marah atau cemburu atas permintaan Panji. Bagaimana pun, Nyai Kenanga adalah masa lalu yang pernah dicintai oleh Panji.

"Bisakah kamu mempertemukan Mbah Kakungmu dengan Risa, Nak? Jawab. Nanti Mbah akan menemaninya jika kamu bisa mempertemukannya dengan Risa. Mbah Kakungmu mungkin ingin bertanya banyak hal pada Risa soal apa saja yang dilihatnya dari sosok Nyai Kenanga di rumah kosong itu," jelas Kumala, karena tahu bahwa Dandi sedang merasa ragu untuk menjawab.

"Itu ... Risa saat ini tinggal di rumah milik Nyai Kenanga, Mbah. Dia memutuskan tinggal di rumah itu setelah menerima caci maki dari Mbah Tejo, orang yang ternyata adalah Kakek dari korban teror mawar berdarah di Desa Banyumanik," ujar Dandi.

Panji dan Kumala kembali mendengarkan.

"Risa tidak bisa menerima saat Mbah Tejo itu memfitnah Nyai Kenanga sebagai pelaku penggguna ilmu hitam, yang mengakibatkan Nyai Kenanga menghilang tanpa jejak dua puluh lima tahun lalu. Mbah Tejo bahkan mengatakan bahwa itulah sebabnya Nyai Kenanga tidak pernah menikah, karena dia adalah pengguna ilmu hitam. Risa yang sebelumnya sudah tahu bahwa Nyai Kenanga memilih setia menunggu kepulangan seseorang bernama Panji Satriaji ... uhm ... maksudku Mbah Kakung, langsung membantah fitnah itu dengan terang-terangan. Mbah Tejo pada saat itu langsung menatap ketakutan ke arah Risa, karena wajah Risa mirip sekali dengan wajah Nyai Kenanga. Dia akhirnya mencaci maki Risa dan mengusirnya, padahal saat itu Risa sedang memeriksa bunga mawar putih berlumur darah yang kembali meneror rumah itu. Akhirnya, Risa mendadak memutuskan tinggal di rumah milik Nyai Kenanga bersama Mei, bawahanku yang lain, karena dia merasa curiga pada Mbah Tejo yang mungkin saja ada sangkut pautnya dengan hilangnya Nyai Kenanga dua puluh lima tahun lalu. Aku pun bersama Kepala Desa di Desa itu membantu membersihkan seluruh rumah tersebut yang ada di bagian luar, agar mereka bisa merasakan nyaman saat tinggal di sana."

Panji dan Kumala kini saling menatap satu sama lain setelah mendengar penjelasan itu.

"Apa kubilang, Pak! Sudah jelas pasti Sutejo adalah orang yang menjadi penyebab hilangnya Nyai Kenanga! Dia itu memang sudah gila sejak awal dan selalu memaksa ingin mendapatkan Nyai Kenanga. Tapi karena Nyai Kenanga memilih setia padamu dan menunggu kepulanganmu, makanya dia menjadi marah pada Nyai Kenanga," ungkap Kumala, sambil menangis di pundak Panji.

"Mbah Putri juga berpikir begitu sejak dulu? Kenapa bisa, Mbah?" tanya Dandi.

"Karena satu-satunya orang yang sering sekali mabuk setelah ditolak oleh Nyai Kenanga dan meracau tentang keinginan untuk melenyapkannya hanyalah Sutejo, Nak. Hanya saja zaman dulu tidak ada yang bisa membuktikan hal itu, karena semuanya tidak secanggih sekarang," jawab Kumala.

* * *

Kedua mata Zulkarnain tampak menyipit ke arah Risa saat tahu bahwa Risa akhirnya akan tetap tinggal di rumah Nyai Kenanga malam itu. Padahal tadinya ia sudah galau disepanjang waktu siang menuju senja. Meilani sendiri saat ini sedang mendongkol pada Risa, karena ia baru melihat caption story WhatsApp yang dibuat oleh sahabatnya itu setelah terpajang selama lima jam. Jadi, Risa kini hanya bisa duduk di teras rumah Zulkarnain sambil mencoba mencari perlindungan pada Asih yang sejak tadi sedang mengusap-usap rambut panjang Risa.

"Mbah ... aku diasingkan oleh mereka berdua," lapor Risa, sangat dramatis.

Tatap mata Asih pun langsung terarah kepada Zulkarnain dan Meilani tanpa basa-basi.

"Kalian ini sudah mulai menua tapi masih saja seperti anak-anak! Kenapa harus mengomel begitu pada Risa hanya karena masalah sepele? Suka aneh-aneh saja tingkah kalian itu," omel Asih.

Risa pun kemudian memeluk pinggang Asih sambil memasang wajah sedih dengan sengaja, agar Zulkarnain dan Meilani semakin tersudut.

"Zul marah padaku karena tadi aku bilang akan membawa Mei pulang ke rumah kost kami, Mbah. Dia tidak terima. Dia maunya Mei tidak kubawa ke mana-mana dan tetap aku ajak tinggal di rumahnya Nyai Kenanga biar bisa berada di dekatnya," ujar Risa, apa adanya.

Zulkarnain pun jelas semakin sebal pada Risa, namun berusaha keras untuk tidak meloloskan satu kalimat protes pun dari mulutnya.

"Kamu itu, Zul! Kalau memang kamu tidak mau Mei pergi ke mana-mana, maka cepatlah nikahi dia! Bukan malah memarahi Risa yang memang mungkin harus mengajak Mei kembali ke rumah kost untuk mengambil barang atau keperluannya. Tunggu saja! Mbah akan lapor pada Mbah Kakungmu malam ini juga, biar kamu segera dinikahkan sama Mei!" tegas Asih.

Setelah Asih masuk ke dalam rumah, Risa pun tertawa hebat sampai berguling-guling di lantai teras. Zulkarnain dan Meilani jelas langsung memberinya pelajaran tanpa ampun.

"Awas kamu, ya! Kalau sampai suatu saat aku bisa bertemu dengan Kakek dan Neneknya Mas Dandi ketika dia akan memperkenalkan kamu pada mereka, akan aku oseng-oseng nama baikmu yang cemerlang itu!" ancam Meilani, sambil memiting leher Risa.

"Dan aku akan menambahkan bumbu yang akan membuat oseng-oseng nama baikmu semakin terasa sedap!" tambah Zulkarnain yang sedang membantu Meilani menggebuk kedua kaki Risa dengan sepasang kaos kaki yang baru diangkat dari jemuran.

"Ampun!!! Aku minta ampun!!!" jerit Risa, sudah benar-benar tak mampu lagi melawan.

Tatapan mata Kahlil menajam dan penuh kemarahan, saat ia menatap ke arah teras rumah Zulkarnain. Ia tidak menyangka kalau akhirnya Zulkarnain juga akan meninggalkan dirinya seperti Romi yang tak lagi mau berdekatan dengannya.

"Tunggu saja. Akan aku buat Risa menjadi milikku selamanya!" geram Kahlil.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now