Chapter 3; Penculikan Violetta

48 7 2
                                    

Teofilo menahan langkahnya saat berada di lobi. Pandangannya tertuju pada sosok pria yang sedang menunggu pintu lift terbuka bersama dengan pengawalnya. Teofilo pun menghampiri pria itu dan berhenti tak jauh di belakangnya. 

"Ada urusan apa kau ke sini?" tanya Teofilo membuat Lionello menoleh ke belakang bersamaan dengan supir sekaligus pengawalnya tersebut. 

"Mereka sedang berbincang." Teofilo melanjutkan ucapannya lalu menarik napas panjang. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana seperti Lionello. "Jangan ganggu mereka." 

Lionello mengeluarkan tangannya dari saku celana sambil membuang muka saat mendesah kasar karena mendengar ucapan Teofilo, sehingga membuat dirinya merasa kesal. 

"Kenapa dia tidak mau bertemu denganku?" tanya Lionello dengan nada tidak suka. Ya, dirinya ingin memprotes keputusan Violetta yang mengabaikannya. 

"Bagaimana dengan secangkir kopi? Kita bisa menunggu mereka selesai berbincang," tawar Teofilo. 

Lionello diam sejenak sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Teofilo. Kini mereka bertiga berjalan keluar dari gedung rumah sakit. Lionello dan Teofilo masuk ke dalam mobil begitupun sang supir. Teofilo mengajak Lionello pergi ke kafe yang letaknya seratus meter dari rumah sakit dan ada di seberang jalan. 

Sepanjang jalan Lionello hanya diam seolah enggan untuk berbincang dengan Teofilo. Ia lebih memilih membiarkan pria itu yang berbicara karena suasana hatinya masih memburuk. 

"Vio tidak ingin kembali ke Italia," ucap Teofilo membuka obrolan. 

Kalimat tersebut langsung menarik perhatian Lionello. Ia menatap Teofilo. Keningnya mengernyit, merasa penasaran akan alasan Violetta tidak ingin kembali ke Italia. Apakah karena insiden waktu itu? 

"Kenapa?" 

"Dia juga ingin berpisah denganmu," ujar Teofilo tanpa menjawab pertanyaan Lionello. 

"Jaga ucapanmu!" gertak Lionello. Kedua tangannya mengepal bersamaan dengan ekspresi wajahnya seolah sedang menahan emosi. 

Rahang Lionello mengeras. Salah satu tangannya mencengkeram kerah baju Teofilo sedang satu tangannya seperti siap hendak melayangkan tinju ke wajah pria itu, sehingga menarik perhatian sang supir yang melirik ke arah kaca spion. 

"Kenapa dia ingin berpisah denganku?" 

Teofilo menyeringai sambil menggulingkan bola matanya. Ia menampik tangan Lionello dengan kasar hingga cengkeraman pria itu terlepas. Teofilo juga mengibas-ngibaskan permukaan bajunya seolah membersihkan bekas genggaman Lionello. 

"Aku tidak tahu. Tapi seperti itulah yang diinginkan Vio," jawab Teofilo sambil tersenyum. Tak lupa ia mengedikkan bahu. 

"Aku tidak percaya padamu," timpal Lionello menatap tajam ke arah Teofilo. 

Teofilo kembali tersenyum. Ia turun lebih dulu saat mobil itu berhenti tepat di depan kafe. Dirinya berjalan menuju kafe, meninggalkan Lionello di dalam mobil. 

Lionello tampak diam sejenak. Ia berusaha mengatur napas yang sempat terasa sesak karena ucapan Teofilo. Sedangkan pengawalnya sudah membukakan pintu dan berdiri di samping mobil, menunggunya keluar. 

Tak lama kemudian ia pun keluar. Dirinya berjalan melewati pengawalnya sambil mengatakan padanya untuk menunggu di luar. 

Lionello menatap sekeliling ruangan. Ia mencari tempat duduk yang kosong sedangkan Teofilo masih berdiri di depan kasir untuk memesan minuman. 

Tiba-tiba perhatian Lionello dialihkan oleh getaran ponsel yang ada di balik saku jas. Ia mengeluarkan benda itu dan melihat Gustavo yang menelpon. Tanpa menunggu lama, Lionello langsung menerima panggilan tersebut bersamaan dengan langkah Teofilo yang menghampiri. 

Between Lust And Lies Where stories live. Discover now