24 | Memilih Tak Membahas

1.7K 193 3
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Risa terus saja diam di tempatnya duduk saat itu--di ruang sebelah--sambil menatap ke arah lukisan Nyai Kenanga. Sosok Nyai Kenanga sendiri saat ini ada di sampingnya dan duduk seraya tersenyum seperti biasa. Meilani dan Zulkarnain menunggu di ruang tamu, karena Risa meminta mereka untuk menunggu selama dirinya sedang menenangkan diri. Mereka sama sekali tidak berani mengeluarkan suara, meski hanya berupa helaan nafas.

ZUL
Sampai kapan Risa akan diam terus di depan lukisan Nyai Kenanga? Kamu tidak mau bujuk dia agar segera bicara kembali atau beraktivitas kembali?

Meilani membaca pesan itu dan segera mengirimkan balasan.

MEI
Maaf, aku enggak bisa. Kalau untuk mencakar-cakar dan melakukan smackdown pada Kahlil aku siap selalu kapan saja dibutuhkan. Tapi kalau untuk mengganggu Risa yang sedang menenangkan diri, aku undur diri. Memancing macan mengamuk jelas bukan hal yang ada di dalam daftar impianku. Risa kalau sudah mengamuk itu seramnya tiada tanding, Zul. Jadi sabar saja dan tunggu sampai dia selesai.

Zulkarnain hanya bisa meringis saat membaca pesan balasan dari Meilani. Ia kembali mengetik pesan selanjutnya agar dirinya menjadi tidak bosan.

ZUL
Risa itu aneh sampai ke hal-hal terkecil, ya? Bisa melihat yang tak kasat mata, bisa mendapat firasat dari sesuatu yang tidak terduga, dan bisa cosplay menjadi macan seperti yang kamu bilang.

MEI
Aku juga aneh sampai hal-hal terkecil, kok. Memangnya tidak kelihatan ya di matamu?

ZUL
Selain hobi makan segunung, memangnya kamu aneh dalam hal apa lagi? Ayolah, jangan banyak-banyak anehnya. Jangan bikin aku pusing karena harus menghafalkan keanehanmu itu.

Meilani pun langsung menatap sinis dan sebal ke arah Zulkarnain. Wanita itu pun segera mengetik balasan dengan cepat, sebelum Risa mendadak muncul di ruang tamu tersebut.

MEI
Enggak banyak kok. Cuma ada dua keanehan dalam diriku. Satu, suka makan dalam porsi banyak. Dua, suka pilih-pilih untuk bersikap baik terhadap seseorang.

Zulkarnain mengerenyitkan keningnya saat membaca poin kedua soal keanehan yang ada pada diri Meilani. Ia meliriknya sekilas, lalu mulai mengetik pesan kembali.

ZUL
Tentang poin kedua, kenapa kamu suka pilih-pilih untuk bersikap baik terhadap seseorang? Seingatku, dulu kamu adalah orang yang sangat baik pada siapa saja.

Meilani pun langsung tersenyum miring saat membaca pesan balasan yang ia buka. Zulkarnain bisa melihat senyuman di wajah Meilani yang jelas tidak lagi sama dengan senyuman yang biasa ia lihat.

MEI
Kamu benar. Dulu aku selalu bersikap baik kepada siapa saja. Tapi sekarang, aku hanya ingin bersikap baik pada orang yang memperlakukan aku dengan baik. Aku capek pakai topeng terus dan lebih suka menunjukkan wajahku yang sebenarnya di depan semua orang. Kalau orang itu baik padaku, maka aku juga akan baik padanya. Tapi kalau orang itu jahat padaku, maka aku bisa menjadi lebih jahat padanya.

TOK-TOK-TOK!!!

"Assalamu'alaikum," ujar Dandi, setelah mengetuk pintu yang terbuka lebar.

"Wa'alaikumsalam," sahut Meilani dan Zulkarnain, kompak.

Risa pun muncul tiba-tiba dari ruang tengah dan tatapannya langsung terarah pada Dandi yang masih berdiri di ambang pintu. Meilani dan Zulkarnain mendadak bingung mau mengatakan apa di tengah-tengah ketegangan yang terjadi pada kedua insan tersebut.

"Mei, ajak Zul ke dalam untuk makan siang. Aku sudah masak," titah Risa.

"Eh? Kamu sudah masak? Kapan masaknya? Kok aku enggak dengar apa-apa sejak tadi?" heran Meilani.

"Kamu dan Zul terlalu sibuk mengobrol melalui WhatsApp sehingga tidak mendengar suara di dapur. Lagi pula, Nyai Kenanga ada bersamaku sejak tadi, jadi jelas saja suara yang aku hasilkan tidak terlalu keras terdengar karena kehadirannya," jelas Risa.

Zulkarnain dan Meilani langsung menyimpan ponsel mereka dengan kompak ke dalam saku celana masing-masing, saat tahu kalau Risa ternyata tahu bahwa mereka berkomunikasi lewat WhatsApp sejak tadi. Keduanya segera bangkit dari sofa ruang tamu menuju ke meja makan yang ada di dalam rumah. Tatapan Risa masih belum beralih dari kedua mata Dandi, begitu pula dengan Dandi yang juga masih menatap ke arah kedua mata Risa.

"Silakan masuk, Mas Dandi. Ayo kita makan siang sama-sama," ajak Risa.

Dandi pun mengangguk, lalu membuka sepatunya dan melangkah masuk ke dalam rumah itu seperti kemarin. Di meja makan, Zulkarnain dan Meilani tampak sudah makan lebih dulu. Sayur tauge dan juga ayam goreng yang dimasak oleh Risa mendadak sudah lenyap dari atas piring saji. Zulkarnain menutup wajah dengan tangan kirinya agar Risa tidak menatap ke arahnya, karena kini isi piring Zulkarnain sama banyaknya dengan isi piring milik Meilani.

"Allahu akbar! Kalian itu lapar atau kelaparan, sih?" tanya Risa, tak habis pikir. "Kamu juga, Zul ... bisa-bisanya kamu mengikuti porsi makannya Mei? Kamu kesurupan atau bagaimana?"

"Siapa suruh masakanmu rasanya enak! Bisa-bisanya cuma sayur tauge dan ayam goreng begini rasanya jauh lebih enak daripada rasa makanan di restoran tempat kemarin kuajak kalian ke sana," protes Zulkarnain.

Dandi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku.

"Mau aku pesankan go-food, Dek Risa?" tawar Dandi.

"Enggak usah, Mas. Aku masak dengan porsi lebih, kok, tadi. Aku sudah menduga kalau akan ada yang menjelma menjadi manusia gragas di rumah ini, sehingga aku sengaja memasak dengan porsi lebih. Tapi yang tidak aku duga adalah Zul juga ikut-ikutan gragas seperti Mei," jawab Risa, yang kemudian segera berjalan menuju ke arah dapur.

Dandi pun segera duduk di samping Zulkarnain dan menunggu Risa menyajikan makanan. Risa datang tak lama kemudian dan langsung mengambilkan makanan ke atas piring untuk Dandi.

"Ah ... kamu curang, Sa!" protes Meilani.

"Curang apalagi, Mei? Sayurnya sama, lauknya sama. Apalagi yang kamu sebut curang itu?" heran Risa.

"Kamu memberikan semua dada ayamnya untuk Mas Dandi! Tadi yang kamu sajikan di sini cuma paha atas, paha bawah, dan sayap!" rajuk Meilani.

Dandi pun tertawa pelan usai membaca doa makan. Ia segera menggigit kedua dada ayam yang ada di atas piringnya agar tidak diminta oleh Meilani. Risa kini berkacak pinggang sambil membatalkan niatnya untuk duduk.

"'Kan kamu pada akhirnya mendapatkan empat potong ayam di piringmu, setelah bertarung dan bergelut dengan Zul. Enggak usah protes pada apa yang aku berikan pada Mas Dandi. Itu cuma dua potong dada ayam, Mei. Bukan empat potong bagian paha atas dan bawah yang kamu jarah dari piring saji. Sudah ... makan saja dan habiskan. Protes terus tidak akan membuatmu kenyang," omel Risa.

Zulkarnain menyipitkan kedua matanya saat melayangkan tatapan ke arah Risa.

"Tapi apa yang dikatakan oleh Mei itu benar, Sa. Kamu enggak adil sama kita berdua. Masa Mas Dandi kamu kasih ...."

"Makan atau aku suapin ayam hidup ke mulutmu!" ancam Risa, memotong ucapan Zulkarnain.

Dandi pun langsung menyikut lengan Zulkarnain agar segera tutup mulut. Risa jelas akan melaksanakan ancamannya jika sampai Zulkarnain terus melancarkan protes.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now