25. Lebih Dekat

239 38 23
                                    

Sepulang kelas yang diakhiri lebih awal karena ketidakhadiran seorang dosen, Ghina dan Janetha pergi ke tempat karaoken yang ada di dalam sebuah mall. Awalnya Janetha enggan, tapi Ghina berhasil memaksanya karena wanita itu gagal berkencan dengan pacarnya dari kampus sebelah. Janetha punya project cover yang belum selesai, tapi sebetulnya moodnya juga tidak begitu baik untuk mengerjakan sesuatu.

Sejak dua hari lalu, Janetha tidak berkomunikasi dengan Byantara sama sekali. Agaknya Janetha merasa bersalah karena dia pikir, sikap kekanakannya yang tidak membalas pesan Byantara di kafe waktu lalu membuat pria itu enggan menghubungina seperti biasa. Ingin mengirim pesan pun Janetha tidak sanggup. Salah satu alannya selain gengsi adalah Janetha takut Byantara menagih jawabannya.

"COY!!"

"Goblok sia!" Pekik Janetha marah sembari menutup telinganya, "Ngapain sih? Budeg nih!"

Ghina tertawa sebelum menjawab, "Salah sendiri ngelamun mulu! Tuh, ada telpon gak dijawab-jawab!"

"Biarin!" Kata Janetha ketus sembari menatap ponselnya yang tertelungkup.

"Adee problem, Bestie?!" Ghina menekan pause pada remote controlnya dan mencoba berbicara hati-hati pada Janetha, "Gak mau cerita?"

"Enggak apa-apa."

"Gue tanya apa jawabnya apa!" Ghina menoyor kepala Janetha, "Udah deh, gue tuh tau lo sama Wafda punya rahasia yang gak gue sama Sabit tau. Cuma gue diem aja, gak mau rame. Tapi kalau itu bikin lo jadi kacau, gak ada salahnya kali, J, berbagi sama gue. Seenggaknya kita sama-sama cewek. Lo sama Wafda kan gak pernah nyambung, masa lo lebih percaya dia daripada gue?!"

Ghina mengerling pada sisi wajah Janetha yang menunduk. Tidak ada bantahan, berarti semua dugaannya benar.

"Tentang bokap-nyokap lo? Bang Jarel? Kerjaan? Kosan? Atau apa?" Ghina menepuk bahu Janetha yang akhirnya memberinya atensi, "Ada hal lain lagi?"

"Gue gak tau mau mulai dari mana." Ujar Janetha hampir pasrah, "Terlalu ruwet."

Hela napas kasar Ghina berhembus.
"Dari mana aja. Gue dengerin. Kasih gue aba-aba kalau lebih menggemparkan daripada ledakan Bom Hiroshima."

Janetha menatap Ghina yang kemudian memberinya anggukan setelah menyeruput lemon teanya.

"Lo pernah expect gue punya cowok gak, Ghin?"

Ghina terdiam, menatap langit-langit untuk membayangkan pertanyaan Janetha, "Pernah. Tipe Capricorn yang cuek, batu, overthinker, skeptis, gengsian, mood swingㅡ"

"Bacot, Ghina Kambing. Malah dienakin nyela gue ya lo!"

"Dengerin!" Balas Ghina menghindari toyoran Janetha, "Belum selesai, Oneng!"
Janetha sudah dalam mode malas mendengarkan. Ghina dengan mulut ceriwisnya berhasil membuat mental Janetha semakin down. Apa yang diucapkan cewek itu seakan menjadi gambaran pendapat Byantara tentangnya.

"Tapi Capricorn tuh humoris, praktis alias fleksibel, teratur, open minded yang maksud gue kek, lo gak menutup pikiran lo cuma buat satu kemungkinan, terus yang pasti adalah setia." Ghina menganggukan kepala.

"Jadi?"

Ghina mengambil napas panjang dan dalam untuk kemudian menghembuskannya sembari menatap Janetha tepat di mata, "Lo bakal jadi pasangan yang bisa di andalin setelah lo nemuin orang yang pas-ketemu dia nya versi lo, Honey! Lo punya kelebihan yang gak lo sadarin, J. enggak ding, lo sadar tapi denial."

"Tapi banyak buriknya perasaan?" Tanya Janetha kecut.

"Mana ada manusia yang gak punya sisi burik, Janetha Sayang?!" Ujar Ghina menghela napas, "Lo cuma butuh seseorang yang nerima baik dan buruknya lo. Kalau lo diposisi yang ngerasa gak pantes buat someone karena sifat-sifat buruk lo ya perbaiki. Menjadi lebih baik itu enggak menjadikan lo orang lain, kan, J?"

Cover - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang