2. J Annoying

427 121 44
                                    

Voment ya^^

Langkah Byantara sontak berhent begitu melihat satu sosok yang dia kenal tengah berada di tempat yang akan dia tuju. Pria itu terdiam sejenak dan mengamati sekitar untuk mempertimbangkan peluang kabur jika sewaktu-waktu dibuat mendadak malu. Lalu setelah yakin ada peluang itu, Byantara kembali mendekat untuk memesan martabak pesanan sang Ibu yang ada di sebelah lapak penjual nasi goreng. Kebetulan tempat yang disediakan untuk menunggu sangat berdekatan sehingga tidak ada sekat bagi pembeli yang ada disana pun hanya ada tersisa satu kursi yang bisa dia jadikan tempat duduk. Sayangnya, itu tepat di sebelah Janethaㅡwanita yang membuat Byantara perlu waktu berpikir untuk tetap membeli disana atau di tempat lainnya

Memilih aman, Byantara hanya berdiri di tempatnya dengan jarak aman dari sosok Janetha. Tapi sebanyak apapun dia berusaha tidak memperdulikan eksistensi Janetha, Byantara gagal menahan lehernya untuk menoleh pada sosok wanita yang tengah menyumpal telinganya dengan earphone dan menatap langit malam itu. Seakan menikmati kekhidmatannya sendiri, Byantara ikut mendongak mencari tahu apa yang membuat Janetha tidak terusik untuk sekedar beralih dari pemandangan langit di atas.

Tidak ada bulan, hanya bintang yang tidak begitu ramai. Hingga saat kepalanya berhenti menengadah merasa konyol, Byantara menyesal tidak langsung menghindari tatapan Janetha yang sudah mengarah lurus padanya.

Senyum Janetha terukir lebar lalu menepuk-nepuk kursi di sampingnya dengan tenaga ekstra, "Pakk!! Duduk sini, Pakkk!!"

Byantara menunduk saat mata-mata disana menjadikannya objek tunggal. Berlagak tak mengenal, Byantara mengalihkan pandangan.

"PAK BYAN!"

Byantara masih bertahan tak acuh.

"Mas, dipanggil tuh."

Napas berat Byantara berhembus saat matanya terpejam merasa malu bukan kepalang. Tidak ada pilihan lain.

"Pakㅡ" panggilan Janetha terputus saat melihat Byantara menghampirinya dengan tatapan lelah.

"Beli apa, Pak?" Tanyanya tanpa merasa bersalah.

"Oh, martabak telur ya??"

"Pesenan Mama Puri?"

"Kok baru pulang, Pak?"

"Pak Byan, sariawan?"

"Mulutnya lagi bau ya?"

"Tha!" Seru Byantara tertahan, "Bisa diem?"

Alis Janetha mengernyit. Alih-alih tersinggung dia justru tertawa renyah.

"Tha tidur aja berisik lho, Pak."

"Saya bukan bapak kamu."

"Mau Tha panggil sayang tapi kita kan belum pacaran."

"Astaghfirullah." Gumam Byantara diiringi helan napas lirih lalu memilih diam. Dia tidak mau semakin mengundang atensi para pembeli yang lumayan ramai disana.

Kedatangan pedagang nasi goreng yang menghampiri Janetha membuat Byantara merasa lega. Tapi setelah melakukan transaksi pembayaran, Janetha membuat Byantara cemas karena kembali duduk di sebelahnya.

"Ngapain? Udah kan?"

Janetha mengangguk.

"Pulang sana." Titah Byantara sinis. "Gak usah nungguin saya."

"Geer. Orang Tha mau nebeng." Janetha menunjuk motor satria FU berwarna hitam di tempat parkir dengan tampang menyebalkan.

"Geer, siapa yang mau nebengin kamu?" Balas Byantara tak kalah menyebalkan.

Cover - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang