10. Ayah seram

25 7 2
                                    

-Not Alone-

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

°•°•°•°•°•°•°•°


Malam ini, aku tidak kembali ke rumah.

Tahu kenapa?

Karna Ayahku sudah kembali ke rumah karna mendengar kabar diriku yang di bebaskan dari rumah sakit jiwa. Dan aku akan kembali di buru oleh lelaki paruh baya itu dan akan memasukkanku ke penjara mental itu lagi.

Karna itu, saat ini aku berada di rumah Tassya. Dan menginap disana, tidak hanya aku saja. Tapi ada Eva juga. Aku sebenarnya iri dengan kehidupan Tassya, selain bergelimang harta..dia juga bergelimang kasih sayang orang tua.

Tidak seperti diriku yang kekurangan kasih sayang orang tua. Jika mereka menjadikan Ayah sebagai tempat perlindungan mereka, maka aku akan menjadikan Ayahku sebagai tempat yang harus ku jauhi, dan tak kan ku dekati. Karna mendekatinya, ibarat menancapkan pisau, semakin dekat, semakin dalam dan semakin terluka.

"Intan sama Erika gimana?" tanya Eva seraya menghidupkan televisi keluaran terbaru dari Polygrop.

"Erika baru bangun dari koma. Kalau Intan besok udah di bolehin pulang, besok kita jemput Intan yok?" ajak Tassya

"Yoklah!!" seruku

Untuk saat ini. Aku hanya ingin menikmati kebersamaanku bersama teman temanku. Sebelum sesuatu terjadi padaku karna ulah Ayah kandungku.

"Sab, gue tau ada yang lo sembunyiin dari kita. Kita udah sahabatan selama lebih dari 2 tahun lho. Ayolah Sab, kalau ada masalah..cerita" ucap Tassya yang di angguki setuju oleh Eva

"Iya, gue emang ada masalah.." ucapku yang tidak pandai menyembunyikan keterpurukan ini.

"Ayah lo lagi ya?" tanya Eva yang ku angguki

"Huft, gue udah capek...banget!" ucapku seraya membanting tubuh di kasur milik Tassya.

"Waktu gue nggak berangkat sekolah selama beberapa hari setelah libur panjang akhir semester.. sebenernya gue bukan di kurung di kamar sama Ayah..tapi..gue dipaksa masuk ke rumah sakit jiwa" ujarku

"What!! Yang bener aja! Wah jadi kemarin lo bohong!" seru Eva

"Iya, sorry..gue nggak mau kalian ngejauhin gue gegara gue pernah masuk RSJ" ucapku

"Ya ampun Sab..kita nggak akan jauhin lo kok..apapun yang terjadi kita pasti tetap temenan sama lo" ucap Tassya yang membuatku tersenyum.

"Thanks ya kalian udah mau jadi sahabatku.." ucapku

"Cie udah aku kamu lagi nih ye," goda Eva

"Wah, balik lagi nih kepribadiannya yang dulu," ucap Tassya

Memang, dulu sebelum mengenal mereka. Aku belum menggunakan panggilan Gue-Lo tapi menggunakan panggilan Aku-Kamu ke siapapun itu. Sebenarnya sekarang masih sih, buktinya Aku cerita aja masih pakai Aku-Kamu hehe😁. Dulu aku itu polos, karna sahabatan dengan mereka, aku jadi agak sesad.

"NAK SABRINA, INI AYAHMU MAU MENJEMPUTMU!" teriak Ayah Tassya yang membuatku tercekat

Semuanya tidak berjalan sesuai ekspetasiku. Memang, aku harus berekspetasi rendah agar aku tidak akan kecewa seperti ini. Ayahku, mendatangi rumah Tassya dan memintaku untuk ikut dengannya.

"Sab..ayah lo sab..lo gimana?" tanya Tassya

Aku bangkit dari posisiku lalu mengambil tas yang berisi pakaian dan lain lainnya untuk rencana menginap di rumah Tassya. "Guys, gue balik dulu yaaaa, bye bye!" ucapku lalu keluar kamar Tassya.

"SABRINA!" teriak Tassya dan Eva yang tak ku tanggapi. Jika kamu terus menghindar maka hukumanmu semakin berat itulah kalimat yang terus di ucapkan Ayahku. Jelas aku tidak mau, hukuman apa lagi yang lebih berat dari di masukkan secara paksa ke RSJ?

"Ayah.." panggilku

Jujur, Aku sangat gemetaran saat ini. Ayahku itu menakutkan. Lebih menakutkan dari hantu, setan, siluman dan semacamnya. Tatapannya tajam, lebih tajam dari ujung lancip pisau yang baru diasah. Perlakuannya terhadapku sangat kasar, melebihi selembar amplas. Hanya aku yang melihat Ayahku layaknya monster yang mengancam nyawaku. Karna apa? Ayahku selalu memperlakukanku baik saat  ada keberadaan orang lain.

"Nak, kamu hari ini jangan menginap dulu ya? Kita hari ini akan pergi ke rumah nenek," ucap Ayahku seraya mengusap usap kepalaku yang membuatku merinding.

Ayahku lembut, aku curiga.
Ayahku kasar, aku sudah biasa.

"I-iya Yah.." ucapku

Aku mendongak, di lantai 2 sana.. Tassya dan Eva menatapku iba. Aku tidak suka tatapan kasihan seperti itu. Lebih baik tatapan intimidasi dari pada tatapan seolah olah aku manusia paling mengenaskan di muka bumi.

"Ayo pulang.." ucap Ayahku seraya merangkul pundakku.

"Kami pamit pergi!" pamit Ayahku pada Ayah Tassya

"Iya silahkan. Sampai bertemu di lain waktu Pak Jevan.." ucap Ayah Tassya yang di angguki Ayahku.

Kami berdua berjalan keluar dari rumah megah milik keluarga Tassya. Saat sudah keluar, Ayah melepaskan rangkulannya pada pundakku.

Ayahku memasuki mobil dan menyalakannya. "Masuk!" perintah Ayahku yang langsung ku laksanakan. Menakutkan sekali huhu.

Sepanjang jalan, kami tidak saling melontar kata. Jangankan berbicara, menatap Ayahku pun aku tidak berani. Saat ini aku hanya diam seraya memperhatikan jalanan yang ramai kendaraan dari balik kaca mobil.

Waktu terasa lama saat satu mobil dengan Ayahku. 15 menit saja aku merasa seperti 2 jam. Dan setelah 30 menit perjalanan, kami sampai di rumah. Ayahku keluar mobil, dan aku mengikuti setelah menarik nafas panjang.

Ayahku memasuki mansion, aku pun begitu. Lihatlah, rencana kaburku sia sia. Aku kembali ke rumah aura menyeramkan ini.

"Hei!" panggil seseorang saat aku baru saja memasuki pintu utama.

"Heum?" sahutku lalu menoleh ke sumber suara.

Di sana ada seorang laki laki yang duduk di sofa ruang tamu. "Parah sekali, ini mah 2 kali lipat dari Ayah"

Bersambung...

NOT ALONE Where stories live. Discover now