SPECIAL PART

5.6K 473 56
                                    

Uhuk!

Uhuk!

"Saynaaa,," suara lemah itu mampu membuat seorang wanita menatap kearahnya. Dengan susah payah wanita itu berjalan, menghampiri suaminya yang tengah berbaring lemas di atas ranjang.

Lihat lah, pria gagah itu kini berbaring tak berdaya. Kaki kekarnya kini tak mampu lagi untuk menahan tubuhnya. Jangankan untuk berjalan, berdiri pun Skala sudah tak sanggup.

Sayna memandangi wajah suaminya yang mulai mengeriput dimakan usia. Rambut tebal pria itu yang mulai memutih, dan tubuh kekarnya yang kini terlihat lebih kurus.

"Kenapa?"

Tersenyum tipis, Skala mencoba mengangkat tangan kurus nya itu untuk menggapai wajah istrinya. Ia ingin mengelusnya seperti dahulu, membelainya untuk menyalurkan rasa sayang yang teramat besar.

Namun, tangannya itu malah terjatuh untuk yang kesekian kalinya, tak sanggup untuk menggapai wajah Sayna.

"Se-sak Sayna" Skala mencoba mengambil oksigen dengan susah payah. Pria tua yang tidak berdaya, yah mungkin sebutan itu sangat cocok untuknya.

"Kaka mau apa? Minum?"

Menggeleng, Skala memejamkan matanya. Mencoba merasakan sakit yang kini terus menerus menyerang tubuhnya. Mungkin ini dampak minuman alkohol yang waktu itu dia minum. Dirasa sudah sedikit membaik, pria tua itu kembali menatap istrinya yang masih setia duduk disampingnya.

"Saynaa aku mencintaimu"

"Sayna juga cinta sama kaka"

Pria itu tersenyum, mencoba lagi menggapai wajah istrinya. Mengelus pelan, bahkan pipi yang telah mengeriput itu masih terasa lembut di tangannya. "Kau masih sama seperti dulu, selalu cantik di mata ku"

Tersenyum tipis, Sayna memegang tangan Skala yang berhasil menyentuh pipinya. "Dasar gombal, kulit Sayna udah gak sekencang waktu masih muda"

Menggeleng pelan, Skala membantah ucapan istrinya itu. "Kau selalu cantik Sayna. Tak perduli seberapa banyak kerutan di wajah mu, semua itu tak bisa menutupi ke cantikkan mu dimata ku"

"Bahkan rambut mu masih terlihat indah, walau sebagian sudah ada yang memutih. Kau selalu cantik Sayna, selalu" terjadi keheningan beberapa saat, sebelum Skala mengeluarkan suaranya kembali.

"Saynaa,, jika bisa memilih, aku ingin selalu bersama mu. Namun, bukankah di setiap pertemuan pasti ada perpisahan?" Skala menjeda ucapnya sesaat, sebelum meneruskan kalimatnya lagi. "Dan kau tau apa yang aku syukuri Sayna?"

Pria itu beralih menggenggam lembut tangan istrinya. Walaupun bukan genggaman kuat seperti dulu. "Aku bersyukur. Perpisahan ku dengan mu suatu saat nanti, bukan karna perihal orang lain, ataupun perpisahan yang sangat menyakitkan untuk dua insan yang saling mencintai"

"Namun perpisahan kita ini, karna maut" Skala tersenyum, kala melihat istrinya meneteskan air mata. Ia ingin menghapus jejak air mata di pipi istrinya seperti dulu, namun apalah daya tangannya yang sudah tidak sanggup. "Jangan menangis, aku tidak bisa menghapusnya kali ini Sayna"

Menghembuskan nafas perlahan, Skala masih tersenyum tipis menghadap ke arah langit-langit kamar. "Anak-anak kita sudah memiliki pasangan nya masing-masing, aku tak menyangka keduanya akan tumbuh dengan cepat. Padahal rasanya, baru kemarin aku membelikan mainan untuk mereka"

"Saynaaa,, mereka telah menemukan cintanya, aku harap kisah cintanya berakhir seperti kisah kita, menua bersama" Beralih menatap istrinya, tak pernah sedikitpun pria itu melunturkan senyumannya. "Kau wanita hebat Sayna, kau berhasil mendidik mereka dengan baik, aku bangga padamu. Terimakasih telah mengurus anak-anak ku"

My Little Family (SEQUEL) || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя