[21] Married with Enemy

Mulai dari awal
                                    

"Ya ampun, cantik banget menantu Mami. Yakin deh, si bandel itu pasti terpesona sama kamu, Frey!" seru Mami Ranti.

Pipi Freya yang sudah merah karena blush-on semakin merah karena pujian Mami Ranti. "Makasih Mami. Mami juga cantik kok," balas Freya tersenyum.

"Sini-sini peluk dulu, dong." Mami Ranti merentangkan tangannya lebar-lebar yang di sambut oleh Freya.

Mami Ranti mengelus punggung yang terbalut kebaya Freya. "Mami doakan rumah tangga kalian awet sampai kakek nenek, selalu di lancarkan segala urusannya, dan selalu di limpahkan rejekinya."

Freya mengangguk dengan setengah hati dan tersenyum. "Iya, Mi. Makasih doanya, Mami sama Papi pun juga sehat-sehat dan panjang umur," balas Freya.

Pelukan mereka terlepas dan Mami Ranti menangkup wajah Freya. "Mami gak nyangka loh kamu bakal jadi mantu Mami, padahal niat Mami kan cuma mau jadikan kamu anak gadis Mami. Eh, malah si bandel itu yang buat kamu jadi mantu Mami," curhat Mami Ranti. "Maafin anak Mami yang bandel itu ya Frey. Mami gak tau kalo dia di luar seliar itu sampai berani ngerusak anak gadis orang," sambung Mami Ranti.

"Iya, Mi. Udah jalannya begini mau gimana lagi, yang ada Freya harus terima dengan lapang dada dan harus ikhlasin semuanya, termasuk mimpi-mimpi yang belum Freya gapai," ujar Freya dengan senyuman kecil yang tercetak dibibirnya.

"Yasudah Mami mau ke depan dulu ya. Nanti si Nia yang jemput kamu." Freya mengangguk mendengar itu dan Ranti pun keluar dari kamar.

"Harus kuat!" gumam Freya menyemangati dirinya.

...o0o...

"Sah!"

Seruan itu menandakan terikatnya kedua pasang manusia kedalam hubungan suami-istri. Siapa saja yang mendengar kalimat itu diserukan akan merasa lega. Tapi, tidak dengan memeplai laki-laki kita yang wajahnya tampak sangat tertekan. Walaupun dia mengucapkan dengan lancar tampa pengulangan, tapi wajahnya tak nampak lega.

Sedangkan Bude Nia berjalan menuju kamar dimana Freya berada.

Ceklek!

"Nduk, ayo turun. Akadnya sudah selesai."

Ucapan Bude Nia membuat Freya mengalihkan pandangannya dari cermin besar di depan dan berjalan ke arah Bude Nia dengan pelan.

"Sekarang kamu sudah jadi istri. Kamu harus nurut sama semua perintah suami kamu, jangan suka melawan sama suami, apalagi kalo suami minta hak nya sebisa mungkin jangan kamu tolak karena itu dosa. Paham, Nduk?" Bude Nia memberikan sedikit nasehat saat Freya sudah di depannya.

Freya mengangguk pelan. "Iya, Bude. Sebisa dan semampu Freya lakuin," jawab Freya.

Mendengar itu Bude Nia mengangguk. "Udah ayo kita kedepan, yang lain sudah nungguin kamu."

Bude Nia menggandeng tangan Freya agar berjalan menuju tempat akad di laksanakan. Semakin dekat membuat Freya gugup serta gelisah tak menentu membuat Freya menunduk terus.

"Duduk di samping suami, Nduk."

Perkataan Bude Nia membuat Freya tersadar dan mengangkat pandangannya ke depan. Dapat Freya liat semua mata tertuju padanya, kecuali Rendi. Rasa-rasanya Freya ingin lari kembali memasuki kamar tadi.

Married with Enemy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang