2

165 3 0
                                    

Seminggu kemudian Ardan dan keluarga datang ke rumah Arman untuk melamar Ara, ya, memang itu kenyataan yang tidak bisa Arkana cegah, keputusan sang papa benar-benar tidak bisa di ganggu gugat, dan kini ia pun hanya pasrah, tapi Arka berniat membuat gadis itu cepat pergi dari hidupnya, ia akan membuat pernikahan ini buruk bahkan sangat buruk bagi Ara.

"Jadi kapan pernikahan di laksanakan?" tanya Arman.

"Lebih cepat lebih baik" ucap Aulia.

Ardan dan anak istrinya terkejut mendengar itu.

"Kenapa harus cepat-cepat, ini bukan perkara hamil duluan atau apalah itu" ucap Audrey.

"Betul, lebih cepat lebih baik" ucap Arman.

Ardan hanya menghembuskan napas mendengar nya.

Sementara Ara hanya menahan tangis dan Arka yang menahan emosi.

"Sebulan lagi pernikahan akan di laksanakan" ucap Ardan.

Arka terkejut mendengar nya.

"Gak sebulan juga pah" ucap Arka.

"Iya, itu terlalu cepat" ucap Audrey.

"Bagus, saya setuju" ucap Arman yang di angguki oleh Aulia.

Arka menggeram mendengar nya sembari menatap Ara tajam.

Seusai membicarakan pernikahan Arka menarik Ara untuk ikut dengan nya.

"Ikut gw" ucap Arka sembari menarik tangan Ara.

"Gak usah kasar" ucap Ara.

Arman dan Aulia hanya diam melihat anaknya di kasari dan Ardan heran dengan hal tersebut.

Arka dan Ara pun pergi menuju kamar Ara.

"Gak usah di kamar gw" ucap Ara.

"Gak usah munafik lo" ucap Arka yang tetap memaksa Ara bicara di kamar.

"Ada apa" ucap Ara.

"Jangan harap lo bahagia sama pernikahan kita nanti" ucap Arka tajam.

Ara menatap Arka tajam.

"Gw juga gak mau terjebak dalam pernikahan ini" ucap Ara.

"Ya udah, pergi lo" ucap Arka.

"Kenapa gak lo aja yang pergi " ucap Ara.

"Kalo gw bisa udah gw lakuin itu dari tadi " ucap Arka.

Ara diam, melihat Ara diam, Arka memperhatikan tubuh Ara, dan Arka menyadari sepertinya Ara mempunyai keterbatasan fisik.

"Kenapa lo lihatin gw kaya gitu?" tanya Ara.

"Tangan kanan lo kenapa?" tanya Arka.

"Bukan urusan lo" ucap Ara.

Arka memegang tangan kanan Ara.

"Lepas" ucap Ara, ia tak bisa memberontak.

"diem" ucap Arka.

"Lo cacat?" tanya Arka tanpa perasaan.

"Gak usah di pertegas, mending lo keluar dari kamar gw" ucap Ara dingin.

"Bisa-bisanya papa nyuruh gw nikahin lo" ucap Arka yang lagi-lagi tanpa perasaan.

"Gak usah menghina gw, gw juga gak mau nikah sama orang kaya lo, sekarang keluar dari kamar gw" ucap Ara tegas.

Tanpa bicara Arkana keluar dari kamar calon istrinya itu, setelah Arkana keluar Ara menangis dalam diam, dia merutuki hidupnya yang seperti ini.

Sementara Arka pulang lebih dulu di banding orang tuanya, ia benar-benar tidak habis pikir karena akan menikahi seorang gadis yang cacat.

BertahanWhere stories live. Discover now