Cerita Asa

50 4 9
                                    

Asmaraloka Hidayat, nama yang diberikan oleh almarhum Abah kepada laki-laki yang kini sudah berusia 22 tahun.

Memiliki arti yang cukup indah. Asmaraloka memiliki arti dunia cinta, sedangkan Hidayat nama dari Abah. Kita panggil saja namanya, Asa.

Laki-laki itu hidup hanya dengan sang Ibu dalam kesederhanaan yang dipanggil Ambu. Menurut Asa, Ambu adalah malaikat tanpa sayap.

Cukup sudah kita membahas nama Asa, mari kita pandang akan kehidupan Asa yang monoton menjadi klimaks.

Laki-laki berkulit putih bersih itu sedang merapihkan beberapa pakaian yang ia masukan ke dalam koper ukuran sedang dengan wajah serius.

Tak lama kemudian pintu kamar kosannya terbuka, menampilkan pria berambut hitam legam berdiri diujung pintu.

"Sa! Lo mau ke mana anjir?" Panik temannya.

Asa menengok sebentar lalu melanjutkan kegiatannya, "ke Amerika." Jawab Asa datar.

"Bercanda lo?? Anjir jadi bener lo mau ambil penelitian di sana??"

"Iya."

"Keterima lo?"

"Iya."

"Beasiswa full?" Tanya temannya itu tidak percaya.

Asa membuang nafasnya berat, ia menatap penuh Juan, temannya yang sedari tadi mengoceh. "Kenapa? Kan lo tau."

"Tapi kenapa lo berangkat lebih awal? Kata lo kalo keterima, sebulan kemudian baru berangkat."

"Gue sengaja lebih awal, gue juga keterima magang di sana."

"Anjirr? Ini nyata atau akal-akalan lo karena ditinggal nikah sama Gee nih?" Wajah Juan menatap curiga ke Asa.

Lagi lagi Asa hanya menghembuskan nafas menahan kesal menanggapi temannya yang heboh itu.

"Kebetulan aja gue keterima magang juga. Tuhan itu Maha baik, Dia tau apa yang hamba-Nya butuhkan."

Juan diam sejenak, ia merasa tidak enak sudah berkata hal yang sensitif bagi Asa.

"Kapan lo balik ke Indo?"

"Gak tau. Mungkin..." Asa mempertimbangkan perkataan selanjutnya, namun akhirnya ia tetap ucapkan, "gak akan pernah."

"Dihh?!" Mata Juan melotot, "SA AMBU LO DI SINI ANJIRRR! Lo gak tega ninggalin Ambu sendirian?"

"Kalo gue udah sukses di sana, gue bakal bawa Ambu ke Amerika. Tinggal sama gue."

"Jangan gilaa lo! Hidup di negara orang gak segampang yang lo pikirin."

"Selagi punya otak cerdas gue rasa bisa."

Kalah telak sudah Juan jika Asa sudah membawa kata-kata otak cerdas. Ia sangat tahu betul betapa pintar sahabat sekaligus roommate-nya itu

Asa berdeham, ia mendekati Juan lalu menepuk pundak sahabatnya, "gue titip Gee ya. Kalo suatu saat dia butuh bantuan, tolong bantu dia."

"Kenapa gak lo sendiri aja?"

"Gak bisa, Wan. Posisinya gue udah mantan dia, dan posisi lo itu sahabat dia. Lo aman, gue enggak. Mungkin gue juga bakal hapus jejak dari kehidupan Gee."

"Lo kenapa nyerah banget sih anjing?" Juan kesal sekaligus iba.

"Gue gak nyerah, gue ngalah."

"Kalo lo cinta sama Gee. Lo bisa ngomong sama keluarganya pelan-pelan. Lagian Gee sama Bang Yoga gak saling cinta—"

"Cinta itu gak berbentuk, cinta bisa tumbuh di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Kita gak bisa menebak perasaan orang lain. Gue yakin, Bang Yoga orang yang tepat untuk Gee." Ucap Asa final.

Asmaraloka || Hamada Asahi (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang