Mission 0 : The First Rebellion (Prologue Part 1).

96 11 0
                                    

Angin berhembus kencang di negeri berumur jagung ini. Semuanya terasa baru dan segar. Seorang pemuda berjalan di trotoar dengan ritme yang cepat. Dengan topi bundar hitamnya dan syal berwarna biru di lehernya, ia melesat ke salah satu warung kopi di sudut kota.

D'Cafe, itulah nama warung kopi sederhana ujung negeri yang menjadi saksi bisu pertama peristiwa yang tak akan disangka siapapun. Pria bertopi hitam dan syal biru itu langsung duduk di salah satu meja yang sudah diisi oleh 2 orang dengan penampilan serupa, hanya berbeda di syal dan topi saja.

"Lama sekali. Darimana kau, Kazuki?" ucap seorang dengan syal merah.

"Aku tersesat. Kau tahu, negeri ini dalam tahap pembangunan dan membuat jalanannya selalu diarahkan ke jalan lain."

Seorang lainnya yang bertopi koboy tertawa kecil, ia lalu menegak segelas whisky yang ada di gelas kecil.

"Tatsuya, kau belum mabuk, 'kan?" tanya Kazuki.

"Tentu saja belum. Bagaimana aku bisa mabuk jika teman terdekatku ini belum menunjukkan batang hidungnya."

Mereka bertiga tertawa dan melepas kebahagiaan ke udara di sekitar. Udara dingin karena berangin menjadi lebih hangat karena kebersamaan mereka.

"Tapi aku bingung, Tatsuya. Dari semua tempat, biarkan aku mengingatnya ... Bar Clover, Cafe Mules, mengapa disini?" Kazuki mulai melepas syal merahnya. Udara berhembus kencang memberikan efek dramatis.

"Bar Clover sedang ditutup karena ada investigasi di tempat itu. Cafe Mules ... yeah, aku tidak ingin pergi ke tempat yang berdekatan dengan tempat tinggal si Busuk itu." Tatsuya bergumam. Tangannya membanting gelas whisky dengan cukup kencang untuk membuat gelas teman-temannya bergetar.

Arion menoleh. Ekspresinya terlihat penuh dengan pertanyaan. "'si Busuk?' aku tahu kau tipe orang yang mudah meng-judge orang. Namun, yang kusadari bahwa kau sangat membenci seseorang sampai memanggil mereka dengan nama panggilan aneh."

Tatsuya menoleh balik. Ia terlihat terkejut dengan apa yang telah Arion sampaikan.

"Well, lupakan itu. Sepertinya whisky ini sudah mulai menyerang ..." ia menggeser gelasnya kedepan.

"Tatsuya, kita sudah berteman lama. Aku sudah sering melihatmu mabuk dan ini tidak terlihat seperti itu." Arion mencondongkan badannya kearah meja, sembari mengepal tangannya.

Tatsuya melihat ke sekitarnya, melepaskan beberapa hembusan udara dari mulutnya.

"Sejujurnya, aku mulai tidak senang dengan Tristan yang mulai menjadi 'otoriter'. Aku bergabung dengan tujuan untuk memajukan dan menjaga negara ini, bukan menebar teror dan krisis."

"Teror dan krisis?" Arion tertawa. "Yang kita lakukan hanyalah menegakkan hukum! Kita telah memberi mereka rumah. Mereka harus mau mengikuti peraturan yang sudah kita tetapkan. Pandangan 'terror dan krisis'-mu terdengar seperti suatu konsep liberal yang berlebihan." Arion melepas tangannya yang mengepal. Badannya mulai tegak kembali sembari menghadap Tatsuya.

Tatsuya terdiam. Tiba-tiba, ia berdiri sembari memukul meja dengan cukup keras untuk meninggalkan retakan. "Berlebihan?!" Seketika, semua orang di cafe memusat kepada dia.

"Tatsuya, ini tempat um-" Kazuki berusaha melerai.

"Let me tell you this, kau menyebut konsep 'liberal'-ku berlebihan. Sementara operasi untuk melenyapkan para pemberontak yang hanya menginginkan kebebasan dari aturan, yang bahkan lebih dari ketat, dan eksekusi teman-teman kita, hanya karna mereka tidak setuju, masih dalam garis moralitas?!" Tatsuya menatap Arion dengan penuh intensitas. Perasaan yang tercampur aduk adalah hal yang memenuhi dia.

Revolution HeroesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang