20. My Youth (END)

398 59 43
                                    

"Halo, kak! Tumben, mau ikutan ngumpul?" Sapa Tyara, saat mereka kembali berkumpul untuk membahas bisnis.

"Mau belajar bisnis katanya. Pengen jadi juragan kos-kosan kayak Tenesya." jawab Donita.

"Lah, nggak kuliah, kak?" Tanya Hana keheranan.

Yafa menggeleng. "Lagi nggak mood."

"Enak banget ya, orang kalo kebanyakan duit. Nggak mood kuliah, pengennya punya kos-kosan, terus dituruti." komentar Wanda.

"Siapa yang nurutin coba? Pas ngomong begitu, langsung adu mulut sama bapaknya." lapor Donita. "Tapi, emang si kakak aja yang ngeyel."

Yafa hanya meringis. "Udah dibilangin, lagi nggak mood kuliah. Daripada maksa kuliah, terus nanti, di tengah jalan malah berhenti. Gimana hayo? Buang-buang uang jadinya."

"Terserah kak, terserah." balas Donita.

Meeting pun dimulai. Dan Yafa sejak tadi hanya diam, dengan pikiran yang berkelana. Matanya menatap Wanda diam-diam. Terlihat ingin menanyakan sesuatu, namun ia urungkan.

Dan Tenesya di sana, tersenyum licik, seolah tau, apa yang dipikirkan gadis remaja itu. Nanti, begitu meeting ini selesai, dia akan melancarkan aksinya. Mengipas bara api, bernama cemburu.

Yafa melirik ponselnya, yang terasa sepi. Ini sudah 2 hari Arhan tidak lagi mengirimkan pesan untuknya. Ada perasaan ingin menghubungi laki-laki itu, tapi, dia sudah terlanjur mendiamkannya.

Rindu?
Tidak perlu ditanya. Yafa jelas rindu dengan Arhan.

Setelah berkali-kali memikirkan ucapan ayahnya tempo hari, Yafa mulai kembali meyakinkan dirinya, bahwa Arhan adalah laki-laki baik, yang sangat berbeda dengan ayahnya. Tapi kini, kenapa laki-laki itu sekarang justru menghilang tanpa kabar?

Tanpa Yafa sadari, gadis itu menggigit ujung jari telunjuknya. Khawatir, jika Arhan bisa saja sudah bosan, karena dirinya yang selalu abai akhir-akhir ini.

"Kamu kenapa, kak?" Tegur Donita.

Yafa gelagapan, bingung harus menjawab apa. "Eng-enggak, nggak papa." jawabnya gagap.

"Biasanya, kalo ditanya kenapa, terus jawabnya begitu, berarti emang ada apa-apa." sahut Tenesya.

Mata Yafa membulat. Namun, gadis itu mencoba bersikap biasa saja. "Enggak, enggak."

"Kamu sakit, kak?" Tanya Shua penuh perhatian.

Yafa menggeleng cepat.

"Kangen Arhan, ya? Dia emang akhir-akhir ini ambil lembur terus, sih." Wanda membeberkan fakta, apa yang terjadi di kantornya.

"Beneran dia sibuk di kantor? Bukan karena hal lain?" Tenesya memulai.

"Maksudnya?" Tanya Donita.

Tenesya berdeham, untuk melancarkan aksinya. "Bukannya aku mau bikin kamu marah ya, kak. Tapi, beberapa hari yang lalu, aku nggak sengaja liat Arhan sama cewek yang seumuran dia, lagi di cafe berdua doang."

"Temennya kali, atau saudaranya gitu." celetuk Hana.

"Ya kali, Arhan selingkuh. Nggak mungkinlah!" Tyara mengibaskan tangannya.

Wanda mengangguk setuju. "Mana berani dia? Sekalinya selingkuh, pasti langsung dimutasi lagi sama Tian."

Tenesya terlihat santai, lalu mengeluarkan ponselnya. "Menurut kalian, emang, kalo cuma temen atau saudara, harus banget ciuman di tempat umum?"

Shua adalah orang pertama yang langsung merebut ponsel Tenesya, lalu melihat foto yang diambil wanita itu. Dari postur tubuhnya, itu memang Arhan. Wanita itu menutup mulutnya, lalu memberitahu hal tersebut kepada yang lain. Dan terakhir, ponsel Tenesya berada di tangan Yafa.

My Youth (Side Story Miss Independent Series)Where stories live. Discover now