7. Jujur

253 60 29
                                    

"Udah tidur, bun?" Tanya Tian, ketika melihat istrinya itu menghampiri dirinya yang sedang bersantai di ruang keluarga, dengan laptop yang terbuka di depannya.

Donita hanya mengangguk. "Dari kemarin-kemarin, dia nggak mau tidur siang. Pasti selalu ngajak main, kalo nggak dituruti langsung tantrum. Kayaknya kangen sama ayahnya."

"Padahal dulu nggak gitu."

"Mungkin karena, dia udah mulai ngerti. Sebelumnya kan, masih nggak kenal. Makanya, dibawa siapapun pasti mau, dan jarang rewel."

Tian menutup laptopnya, kemudian beralih kepada Donita. "Boleh aku tanya sesuatu?"

"Soal apa?" Donita merasa heran, melihat raut wajah suaminya yang mendadak serius.

"Kakak."

Sebisa mungkin Donita mencoba untuk menutupi ekspresinya, agar tidak gugup. "Kenapa, sama kakak?"

"Dia nggak pernah curhat apapun sama kamu?"

"Curhat apa?"

"Semuanya. Apapun itu. Entah tentang tugas sekolah, lingkungannya, atau ... teman dekatnya." Tian menekankan ucapannya pada kalimat terakhir.

Donita merasa bimbang. Haruskah dia memberitahu Tian tentang Yafa yang sedang menyukai seseorang? Terlebih lagi, orang yang disukai gadis itu berusia 3 tahun lebih muda darinya.

Tapi, jika Donita terus-terusan menyembunyikan fakta tersebut. Lambat laun, laki-laki itu pasti akan mengetahui semaunya. Lantas, apakah reaksi Tian akan baik-baik saja, jika mengetahui hal tersebut?

Lalu, bagaimana dengan Yafa? Putrinya itu bilang, dia sendiri yang akan memberitahu Tian suatu hari nanti.

"Donita?"

Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga Donita tersadar, ketika Tian mengguncang pelan bahunya. Wanita itu juga merasa semakin gugup, sebab Tian memanggil namanya, bukan lagi dengan panggilan sayang ataupun bunda seperti biasa. Dan wanita itu paham, bahwa sepertinya, Tian sedang serius, serta tidak ingin mendengar kebohongan.

"Iya ... beberapa hari terakhir, kakak sering curhat, kalo dia lagi suka sama seseorang." akunya.

"Siapa orangnya?" Tanya Tian.

"Kalo itu ... aku belum bisa kasih tau. Kakak bilang, dia sendiri yang bakalan kasih tau kamu nanti."

"Jadi, kalian mulai punya rahasia?"

"Bukan gitu, cuma ... kita sama-sama cewek, dan kita tau, kadang kita punya hal-hal yang nggak bisa dibagi gitu aja sama orang lain. Feeling sesama perempuan."

"Aku bukan orang lain! Aku ayahnya!" Tandas Tian.

"Iya, aku tau. Tapi kan, maksudku-"

"Namanya Arhan, kan?" Sela Tian.

Donita terdiam, merasa terkejut dengan tebakan Tian yang tepat sasaran. Begitu banyak pertanyaan yang bermunculan di dalam pikirannya, tentang bagaimana Tian bisa tau?

Helaan nafas keluar dari bibir Donita. Sejenak dia lupa, siapa laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Jadi bener, namanya Arhan?" Pungkas Tian, begitu melihat Donita hanya diam, dan ekspresi wajahnya yang terkejut.

Donita menggenggam tangan Tian, mencoba menenangkan laki-laki itu. Wajah Tian mungkin terkesan biasa saja, dan tampak tenang. Tapi Donita paham, bahwa laki-laki itu hanya sedang menahan emosinya.

"Kamu harus tau, Yafa bukan lagi gadis kecil di bawah umur yang segala kehidupannya masih harus diatur. Dia udah masuk usia remaja, kalo dia lagi suka sama seseorang, ya udah, itu lumrah. Dan itu adalah hal yang wajar." Donita mencoba memberi pengertian.

My Youth (Side Story Miss Independent Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang