5. Kisah SMP

1 0 0
                                    

Happy Reading!

.

.

.

"Hahaha...ga punya orang tua!"

"Yatim!"

"Kasian ya dia ga punya Ibu"

"Iya, pasti Ibunya gamau punya anak kaya dia makanya dia ditinggalin sendirian"

Semua kalimat itu selalu dia dengar, semua kalimat itu selalu menjadi mimpi buruknya. Memang benar dia tidak memiliki orang tua, dia hanya ditinggalkan sendiri bersama kakeknya yang jarang bersamanya. Dia hidup bergelimang harta, namun kekurangan kasih sayang orang orang terdekatnya.

Sedari bayi Romeo hanya mengenal kakeknya, tidak ada ayah atau ibu dan tidak boleh bertanya tentang ayah ataupun ibu. Dia diasuh oleh kakeknya seorang diri, namun tinggal sendiri bersama para pelayan dirumah besarnya.

Sejak kecil dia terbiasa dengan hinaan, dia terbiasa dikucilkan, dia terbiasa dengan berbagai cemohan. Hingga tumbuh besar pun Romeo terbiasa dengan keterasingan.

Saat kecil dulu Romeo kecil sering dirundung karena tidak memiliki keluarga, saat kecil dulu Romeo sering dihina anak tak berorangtua. Dia tidak menyangkal karena kenyataannya memang seperti itu, dia tidak melawan karena mereka memang benar.

"Meo ga punya Papa! Meo ga punya Mama!"

"Meo ga punya Papa! Meo ga punya Mama!"

Setiap hari kata yang selalu dia dengar selalu sama, teman sekolahnya selalu mengatainya anak yang ditinggalkan. Sambil bertepuk tangan para anak sebayanya mengerumuninya, sambil berteriak mereka berputar mengelilingi Romeo yang hanya diam dengan tangan terkepal dan mata yang memerah.

"Diem! Kalian diem!" Hanya berteriak yang dia bisa, tanpa berani melawan para bocah yang terus merundungnya.

Saat dia berteriak dengan air matanya yang deras, para bocah yang merundungnya malah tertawa keras. Seakan para anak anak itu tak peduli dengan sakit hatinya saat itu.

"Anak yatim ngamuk! Ayo lari ayo lari!"

"Hahaha...ayo jauhin Meo nanti kita ketularan gapunya Mama!"

Saat itu yang dia bisa lakukan hanya meringkuk dipojok kelas sambil memeluk lututnya, dengan bahu yang bergetar pria kecil menangis sendirian saat teman teman sebayanya terus mengolok-oloknya.

Tidak ada yang membantunya, tidak ada yang membelanya. Bahkan guru guru hanya diam, semuanya orang jahat. Hati kecil yang rapuh yang harusnya dijaga malah harus dihancurkan oleh lingkungan yang salah.

"Meo mau Mama! Meo mau Papa!" Saat pria kecil itu menemui kakeknya dengan wajah sembabnya, kakeknya malah mengusirnya dari ruang kerjanya. Membentak dan mengancam dan akan menyeretnya ke jalanan.

Romeo kecil hanya berbalik badan dan keluar dari sana, dia takut dengan amarah kakeknya yang menyeramkan. Sambil menangis disepanjang lorong dengan tangan mengucek matanya hingga memerah, pria kecil itu dengan hati hancur seluruhnya hanya bisa diam saat semua orang menjahatinya. Tubuhnya bergetar.

Hingga saat dia mulai beranjak dewasa, hatinya yang hancur mulai mati rasa, sudah biasa disakiti dan dipatahkan. Dalam melewati hidupnya yang kelam, yang dia tahu hanya menang dan kalah, semua hanya tentang bagaimana dia harus berkuasa. Dengan didikan keras sang kakek dia semakin yakin semakin dia kuat semakin mudah dia membuat semua orang mencium kakinya.

Dia yang mulai dewasa hanya tahu bagaimana menutup mulut lawannya yang menindasnya, memukul dan mengancam. Lingkungan membentuk dia menjadi seseorang yang tempramental, tak berhati dan kejam. Lingkungan yang harusnya menjadikannya seseorang yang berjiwa sosial tinggi malah harus merusaknya secara besar.

JaguarWhere stories live. Discover now